BeritaArrow iconReksa DanaArrow iconArtikel

Strategi Value Investing ala Lo Kheng Hong dan Investasi di Reksadana Pasar Uang

Bareksa10 Desember 2019
Tags:
Strategi Value Investing ala Lo Kheng Hong dan Investasi di Reksadana Pasar Uang
Lo Kheng Hong (kedua kiri), Lukas Setia Atmaja (Ketiga kanan), Hermawan Hosain (kiri), Ferita Tanudjaja dalam Sinarmas Year End Gathering

Nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia lebih besar daripada simpanan di perbankan

Bareksa.com - Banyak orang berpikir bahwa bank merupakan tempat yang paling banyak uangnya. Sebab, di sanalah masyarakat menyimpan uang. Namun, pendapat itu belum tentu benar karena ada tempat lain yang justru menyimpan lebih banyak uang, yakni pasar modal.

Hal itu diutarakan oleh Lo Kheng Hong, seorang yang sudah berinvestasi di pasar modal selama 30 tahun. Menurut dia, perputaran uang di pasar modal jauh lebih besar dibandingkan dengan di perbankan nasional.

Mengutip data Statistik Perbankan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana pihak ketiga (DPK) bank umum mencapai Rp5.891 triliun per September 2019. Sementara itu, nilai kapitalisasi Bursa Efek Indonesia sudah mencapai Rp7.090 triliun per September 2019.

Promo Terbaru di Bareksa

"Ada uang besar di pasar modal," ujar pria berusia 60 tahun tersebut dalam diskusi Year End Gathering Sinarmas, di Jakarta (9/12/2019).

Pria kelahiran Jakarta 20 Februari 1959 ini disebut memiliki aset hasil investasi hingga triliunan, sehingga sering disebut triliuner asal Indonesia. Meskipun dikabarkan memiliki aset senilai Rp2,5 triliun, Lo hidup sangat sederhana sebagaimana ia dibesarkan.

Orangtua Lo hidup sederhana dan rumahnya hanya berukuran 4x10 meter persegi. Selepas sekolah menengah atas (SMA), dia tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan dana dan bekerja di sebuah bank menjadi pegawai tata usaha.

Sambil bekerja, dia ingin melanjutkan pendidikan dengan mengambil kelas malam. Bukan di sekolah mahal dan terkenal, Lo mengambil jurusan Sastra Inggris di kampus yang menyewa gedung di sebuah sekolahan.

Setelah mengenal pasar modal, Lo belajar berinvestasi di saham. Namun, tidak langsung sukses karena beberapa kali mengalami kegagalan dari saham yang melakukan penawaran perdana (IPO), sehingga dia makin rajin untuk terus belajar.

Tahun 1996, Lo memutuskan berhenti bekerja dari jabatan terakhirnya sebagai kepala cabang di bank untuk menjadi seorang full time investor. Kini, dia tidak memiliki perusahaan, tidak punya karyawan, tidak punya pelanggan, dan juga tidak punya bos.

Dia hanya punya satu supir dan dua pembantu. Dia juga tidak suka membeli barang-barang mewah untuk terlihat seperti orang kaya pada umumnya.

"Menjadi kaya itu penting, kelihatan kaya itu tidak penting," katanya.

Value Investing

Lo, yang menerapkan strategi value investing seperti halnya investor terkenal dunia Warren Buffet, mengatakan dia hanya tertarik untuk berinvestasi dalam jangka panjang.

Adapun bursa saham Indonesia, menurut historisnya, bisa menawarkan imbal hasil tertinggi di antara bursa utama dunia bagi investor jangka panjang.

Strategi value investing hanya memilih saham yang harganya jauh di bawah harga intrinsiknya, atau yang tercermin dalan nilai buku (book value). Dia kerap kali menyebut saham seperti ini sebagai saham yang salah harga.

Sejumlah saham yang telah memberikan cuan miliaran buat Lo Kheng Hong antara lain, PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), PT Panin Financial Tbk (PNLF), PT Rig Tenders Indonesia Tbk (RIGS), PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP).

Ada tiga kiat yang disampaikan olehnya dan terangkum dalam RTI, yakni read, think and invest. Maksudnya, investor harus memiliki pengetahuan yang didapat dari membaca, lalu berpikir dan menganalisa informasi yang didapatkan tersebut, terakhir hasil pemikiran tersebut dituangkan dalam investasi.

Reksadana Pasar Uang untuk Kas

Ada yang menarik ketika Lo berbagi mengenai pengalaman berinvestasinya. Dia selalu mengandaikan pekerjaan terbaik adalah sebagai investor karena bisa menghasilkan uang sambil tidur.

Dari asetnya yang triliunan, dia memegang sekitar 15 persennya dalam bentuk kas (cash) untuk berjaga-jaga bila pasar sedang turun atau krisis. Namun, dia enggan menyimpan dana tersebut di bank, melainkan di dalam reksadana pasar uang.

"Kas saya seperti halnya tabungan, tapi saya tidak mau taruh di bank. Selain return (imbal hasil) kecil, terkena potongan pajak 20 persen dan biaya admin. Lebih baik saya taruh di reksadana," jelasnya.

Tentu saja, reksadana yang dipilih adalah jenis pasar uang yang sifatnya stabil dan mudah dicairkan sehingga cocok untuk jangka pendek. Sementara dia mencari saham-saham yang salah harga, dananya diparkir dulu di reksadana pasar uang.

"Seperti uang cash yang setiap saat bisa dicairkan," kisahnya.

Sebagai gambaran saja, suku bunga tabungan di salah satu bank besar nasional untuk simpanan di bawah Rp1 juta tidak memberikan bunga. Bunga 1 persen per tahun bisa didapatkan kalau simpanan bernilai lebih dari Rp1 miliar.

Sementara itu, top 10 reksadana pasar uang yang tersedia di marketplace Bareksa bisa memberikan return 6,7 persen hingga 7,3 persen dalam setahun terakhir. Tentu saja imbal hasil ini sudah bersih, tidak dipotong pajak dan biaya admin lagi.

Tabel Top 10 Reksadana Pasar Uang Bareksa per 9 Desember 2019

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Sebagai informasi, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sementara itu, reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi pada instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun. Jenis reksadana ini cocok untuk investasi dengan jangka waktu pendek sekitar setahun dan/atau cocok untuk investor dengan profil risiko rendah.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua