Reksadana Pendapatan Tetap Ini Kinclong Saat IHSG Melemah Pekan Lalu

Bareksa • 25 Nov 2019

an image
Ilustrasi investor sedang merencanakan investasinya di reksadana pendapatan tetap (shutterstock)

Total sepanjang pekan lalu IHSG melemah 0,46 persen, dengan ditutup di level 6.100,24 pada Jumat

Bareksa.com - Bursa saham Tanah Air harus rela berakhir di zona merah pada pekan lalu. Dalam lima hari perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya mampu menguat dua hari beruntun, tetapi masih belum cukup membawanya ke zona hijau.

Total sepanjang pekan lalu IHSG melemah 0,46 persen, dengan ditutup di level 6.100,24 pada Jumat (22/11/2019). Level itu merupakan mendekati level terlemah dalam satu bulan yakni 6.062,98 yang dicatatkan pada Kamis (14/11/2019), pekan sebelumnya.

IHSG melemah bersama dengan bursa-bursa utama Asia pekan lalu. Indeks Kospi Korea Selatan dan Nikkei Jepang anjlok masing-masing 2,79 persen dan 1,3 persen. Indeks Shanghai Composite China melemah 0,21 persen, begitu juga dengan Strait Times Singapura yang turun 0,41 persen. Hanya Indeks Hang Seng Hong Kong yang berhasil menguat 1,02 persen pada pekan lalu.

Kabar-kabar terbaru dari perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penggerak bursa saham Asia pekan lalu. Pada Selasa, Presiden AS Donald Trump mengatakan jika China tidak menandatangani kesepakatan dagang, maka bea masuk akan dinaikkan lagi.

"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan bea masuk, bahkan lebih tinggi lagi," kata Trump sebagaimana dilansir CNBC International.

Sehari setelahnya Reuters melaporkan penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China dapat mundur hingga tahun 2020 lantaran China berusaha untuk mendapatkan penghapusan bea masuk yang lebih agresif dari AS.

Di sisi lain, dari pihak China menyatakan banyak orang menyakini kesepakatan dalam waktu dekat, tetapi Pemerintah Beijing juga sudah siap dengan skenario perang dagang berkepanjangan.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pada Kamis lalu mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan (7 Day Reverse Repo Rate) sebesar 5 persen. Dengan demikian BI mengakhiri rentetan penurunan suku bunga dalam empat bulan berturut-turut.

Tetapi BI bukan tanpa stimulus kali ini. Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi persnya mengumumkan bahwa rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dipangkas sebesar 50 basis poin, yang mulai berlaku pada 2 Januari 2020.

"GWM diturunkan untuk bank umum dan syariah 50 bps sehingga masing-masing menjadi 5,5 persen dan 4 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/11/2019) seperti dilansir CNBC Indonesia.

Dengan dilonggarkannya rasio GWM, maka likuiditas di bank akan bertambah dan bisa digunakan oleh mereka guna menggenjot penyaluran kredit. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi RI diharapkan akan lebih terpacu lagi. Namun sayangnya, kebijakan BI tersebut belum mampu mendongkrak kinerja IHSG pekan lalu.

Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap

Di tengah kinerja bursa saham yang kurang kondusif, reksadana pendapatan tetap masih menjadi pilihan yang menarik bagi para investor.


Sumber: Bareksa

Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana pendapatan tetap hanya terkoreksi 0,03 persen sepanjang pekan lalu. Jauh lebih baik dari indeks reksadana saham yang turun 0,86 persen, dan indeks reksadana campuran yang terpangkas 0,44 persen.

Kinerja reksadana pendapatan tetap hanya kalah dari indeks reksadana pasar uang yang mampu naik 0,04 persen sepanjang pekan lalu.

Satu hal yang cukup menarik, berdasarkan reksadana pendapatan tetap yang dijual Bareksa, terdapat satu produk yang mampu mencatatkan kinerja paling kinclong sepanjang pekan lalu dengan kenaikan satu persen.


Sumber: Bareksa

Reksadana tersebut adalah Schroder Income Fund dengan kenaikan 1,45 persen sepanjang pekan lalu. Reksadana yang dikelola oleh PT Schroder Investment Management Indonesia ini bertujuan untuk mendapatkan imbal hasil dalam jangka panjang melalui investasi pada efek bersifat utang serta dapat berinvestasi pada instrumen pasar uang dan/atau deposito.

Arah kebijakan investasinya yaitu :

• Minimum 80 persen dan maksimum 100 persen pada efek bersifat utang

• Minimum 0 persen dan maksimum 20 persen pada instrumen pasar uang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) tahun.

Sebagai informasi, Schroder Income Fund dapat dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp100.000. Reksadana pendapatan tetap yang diluncurkan sejak 19 Maret 2018 ini, bekerja sama dengan bank kustodian The Hongkong And Shanghai Banking Corporation.

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Selain itu, reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sementara reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang minimal 80 persen dana kelolaannya diinvestasikan ke instrumen obligasi dan pasar uang. Reksadana jenis ini cocok untuk Anda yang memiliki profil risiko rendah-moderat serta cocok untuk tujuan jangka waktu menengah antara 1 hingga 3 tahun.

(KA01/AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.