Bank Commonwealth : Iklim Investasi Kondusif, Ini Saran Buat Investor Reksadana

Bareksa • 13 Nov 2019

an image
Ilustrasi investor syariah wanita berhijab dan pria bisnisman sedang melihat tablet komputer gadget untuk bertransaksi investasi reksadana saham surat berharga negara sukuk tabungan online

Bank Commonwealth merekomendasikan investor untuk lebih dinamis alokasikan portofolio di obligasi dan reksadana saham

Bareksa.com – Perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS)-Tiongkok pada Oktober lalu berakhir dengan nada optimistis. Kedua belah pihak masing-masing memiliki kepentingan untuk menyudahi ketegangan yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun.

Selanjutnya pertemuan dijadwalkan akan dilanjutkan di bulan Desember dan terlihat kedua belah pihak berkeinginan untuk mencapai kesepakatan perdagangan tahap pertama tersebut.

Melihat hal itu, Bank Commonwealth merekomendasikan investor untuk lebih dinamis lagi dalam mengalokasikan portofolio investasinya ke instrumen obligasi maupun reksadana saham dengan tetap memperhatikan profil risiko para investor. 

Mayoritas hasil laporan pendapatan perusahaan penghuni indeks S&P 500 menunjukkan hasil yang lebih positif dibandingkan dengan perkiraan, ditambah dengan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga membuat sentimen positif untuk pasar investasi. 

Pada Oktober lalu, investor juga melihat perkembangan Brexit dengan hati yang tenang, seiring dengan diterimanya usulan kesepakatan antara Inggris Raya dan Uni Eropa. Walaupun masih belum mendapatkan persetujuan dari parlemen Inggris, sehingga Uni Eropa kembali menyetujui permohonan Inggris untuk memperpanjang tenggat waktu Brexit hingga Januari 2020. 

Dari dalam negeri, Bank Indonesia merespons kebijakan The Fed dengan memangkas suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate 25 basis poin ke angka 5 persen, ditambah dengan optimisme pelantikan kabinet Indonesia Maju yang pernuh warna menjadi sentimen positif untuk iklim investasi. 

Sentimen November

Meski demikian, ada hal-hal yang harus diperhatikan para investor pada November ini yakni perkembangan rencana perundingan lanjutan antara Amerika Serikat dan Tiongkok terkait perang dagang dan data pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 tiap negara yang dijadwalkan akan dirilis di bulan ini.

“Data pertumbuhan ini akan menunjukkan apakah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia lebih buruk atau lebih baik dari ekspektasi. Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat disebabkan tensi perang dagang yang belum usai, namun berbagai bank sentral saat ini melonggarkan kebijakan moneter untuk mendorong dana yang mengendap di tabungan dapat masuk ke investasi atau konsumsi, sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi,” jelas Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya melalui keterangan tertulis, Rabu, 13 November 2019. 

Ivan menambahkan, laporan pertumbuhan laba emiten kuartal III 2019 sudah dimulai pada bulan Oktober lalu, dengan mayoritas perusahaan memiliki hasil pertumbuhan laba di atas perkiraan. Hal tersebut juga merupakan sentimen positif bagi pasar investasi.

Laporan pertumbuhan laba yang di atas ekspektasi, ditambah dengan pertumbuhan ekonomi yang melaju sedikit lebih baik dari perkiraan serta perkembangan positif atas perundingan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok diharapkan mampu menunjang iklim investasi di bulan November ini tetap positif. 

Dengan kondisi yang bergerak ke arah positif ini, alokasi portofolio investasi dapat menjadi lebih dinamis, namun tetap memperhatikan profil risiko setiap nasabah.

“Untuk profil risiko Balanced, Bank Commonwealth menyarankan untuk membagi porsi portofolio sebanyak 30 persen di reksadana fixed income dan 30 persen di reksadana saham, dengan mengambil posisi di tengah era suku bunga rendah. Sedangkan untuk profil risiko Growth kami tetap memilih porsi lebih besar di reksadana saham dengan alokasi sebesar 70 persen, mempertimbangkan iklim investasi tetap positif di kuartal IV 2019,” ujar Ivan.

Sebagai informasi, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang. Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(AM)

***

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.