Bareksa.com – Jumlah lembaga dan profesi penunjang pasar modal, khususnya manajer investasi semakin bertambah. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 4 Oktober 2019 mengungkapkan ada 98 manajer investasi atau bertambah enam dari posisi akhir 2018 sebanyak 92 manajer investasi.
Bertambahnya jumlah manajer investasi diyakini meningkatkan persaingan di industri reksadana maupun pengelolaan investasi. Tapi, keadaan ini menjadi tantangan tersendiri bagi manajer investasi yang baru hadir.
Seperti disampaikan Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) Edward Lubis, baru-baru ini. menurut Edward, kompetisi manajer invesatsi sudah semakin berat. Terlihat dari pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management (AUM) yang masih tumbuh single digit.
Edward menyatakan, persaingan semakin berat bagi manajer investasi baru. “Karena membawa basis investor butuh waktu,” kata Edward yang juga merupakan Direktur Utama Bahana TCW Investment Management.
Selain itu, Edward menambahkan, manajer investasi baru mendapat tantangan untuk membuat produk yang unik. Menurut Edward, setiap manajer investasi pasti memiliki kemiripan produk.
“Sehingga, kompetisinya semakin ketat. Manajer investasi baru harus lebih kreatif dalam menawarkan produk ke para investor,” imbuh Edward.
Sementara, mengacu Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report September 2019, Batavia Prosperindo Asset Management masih menduduki posisi teratas AUM dengan nilai Rp44,22 triliun, disusul Mandiri Manajemen Investasi Rp43,05 triliun dan di posisi ke tiga ada Bahana TCW Investment Management Rp41,83 triliun.
Perkembangan Jumlah Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal
Sumber: OJK
Tahun ini, Edward berharap pertumbuhan AUM reksadana secara industri bisa sampai 10 persen. Sementara, jumlah investor akan terus bertambah seiring dengan kehadiran penjualan reksadana melalui e-commerce.
“Sekarang, digital campaign menjadi penting. Terutama bagi masyarakat yang baru mengenal reksadana,” ujarnya.
Data OJK hingga 16 Oktober 2019 mengungkapkan nilai pengelolaan investasi telah mencapai Rp812 triliun. Dari jumlah itu, reksadana mendominasi dengan porsi 68 persen dan 27 persen. Sementara, produk pengelolaan investasi lainnya seperti (DIRE, EBA, dan DINFRA) memiliki porsi 5 persen dari total dana kelolaan.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.