Bareksa.com – Perjuangan Legowo Kusumonegoro sebagai salah satu pencetus reksadana pertama di Indonesia mulai membuahkan hasil. Kini, industri reksadana terus bertumbuh dan mulai dikenal masyarakat luas.
Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana telah mencapai Rp551 triliun per 17 September 2019. Sementara jumlah investornya mencapai 1,45 juta per akhir Agustus 2019.
Menurut Legowo, pertumbuhan industri reksadana tidak terlepas dari beragam inovasi yang muncul. Terutama dengan kehadiran portal reksadana yang cukup membantu mempromosikan produk investasi ini.
Dengan adanya portal reksadana, Legowo menilai distribusi reksadana semakin terbuka, nilainya pun terjangkau mulai dari Rp10.000 atau Rp100.000 sudah bisa berinvestasi.
“Itu sangat membantu karena dari sisi distribusi maka aksebilitas investasi reksadana semakin terbuka, mau di mana saja, kapan saja, bisa investasi,” kata Legowo, belum lama ini.
Keberadaan portal reksadana tentu saja semakin menumbuhkan industri reksadana. Terutama dari pertumbuhan jumlah investor. Legowo bangga tapi sekaligus khawatir. Legowo berharap, pertumbuhan industri reksadana yang pesat harus diimbangi dengan kualitas produk dan pemainnya.
Legowo yang kini merupakan CEO Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memaparkan, saat ini ada 97 manajer investasi terdaftar dan berizin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dari 97 manajer investasi itu harus melayani lebih dari 1 juta investor.
Menurut Legowo, jumlah itu tidak berimbang. Namun Legowo bilang tidak ada rasio pasti antara jumlah manajer investasi dan jumlah investor. Hanya saja, dari 97 manajer investasi itu, sekitar 75 persen dikuasai big 10. Artinya, manajer investasi yang lainnya harus menjadi kreatif agar mendapat atensi dari investor.
“Jadi yang di luar big 10 harus memoles produknya agar seksi. Untuk lebih seksi, maka return harus lebih tinggi. Artinya, risiko menjadi tinggi. Itu yang membuat kami waspada. Karena pemain banyak, pengawasan tidak mudah,” ungkap Legowo.
Legowo berharap, jangan sampai mempertahankan bisnis harus menawarkan produk yang terlalu kreatif yang terlalu berisiko bagi investornya. Karena kalau ada nasabah yang dirugikan karena terlalu berisiko, yang rusak adalah industrinya.
“Itu tidak fair bagi pelaku yang melakukan edukasi dengan benar, solusi yang benar, dan pengelolaannya serius,” tambahnya.
Sementara, Legowo juga menyadari, secara nature, produk reksadana lebih sulit untuk dipasarkan. Terminologinya baru bagi masyarakat. Sekarang saja masih banyak yang belum kenal reksadana.
“Jadi butuh waktu untuk menjelaskan produk investasi dan butuh proses agar investor paham,” ujarnya.
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.