Bareksa.com - Akhir tahun sudah mulai dekat, dan 2018 akan segera berlalu. Di tahun ini, sudahkah kita mencapai target yang kita buat di awal tahun? Bila memang belum, apakah benar kita sudah berusaha dengan baik?
Mari kita ingat kembali target yang kita buat di awal tahun ini. Mungkin kita ingin menyelesaikan kuliah, menjadi lebih sehat, mengurangi berat badan, mengurangi utang hingga ingin merdeka secara finansial.
Sebagian dari kita ingin mengumpulkan uang banyak tapi hanya bermodalkan menabung di bank. Cara ini kurang efektif karena imbal hasil dari bunga bank sangatlah kecil. Selain itu, ada potongan pajak dan biaya administrasi yang menggerus tabungan pokok kita.
Untuk itu, kita perlu berinvestasi atau menanamkan modal dengan maksud uang pokok kita bisa bertumbuh. Reksadana bisa dipilih sebagai salah satu produk investasi bagi masyarakat awam seperti kita.
Reksadana merupakan salah satu instrumen investasi yang ditujukan bagi calon investor yang tidak mempunyai keahlian dalam bidang investasi, tetapi mempunyai keinginan untuk mengalami pertumbuhan uang melalui investasi.
Secara sederhana, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Jika kita berinvestasi di reksadana, berarti kita menitipkan uang pada pihak yang sudah mengerti cara mengelolanya agar uang kita berkembang.
Reksadana sendiri jenisnya beragam, mulai dari jenis reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran hingga reksadana saham. Tiap-tiap jenis reksadana ini memiliki karakteristik masing-masing sesuai isi portofolionya sehingga kita harus memiliki strategi agar mendapatkan keuntungan maksimal dari investasi reksadana ini.
Jenis-Jenis Reksadana
1. Reksadana Pasar Uang
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang seluruh dana dalam portofolionya dialokasikan pada instrumen pasar uang. Instrumen pasar uang yang dimaksud biasanya berbentuk deposito, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), ataupun obligasi yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun.
Karakter reksadana ini adalah stabil dan pasti meskipun imbal hasilnya relatif kecil dibandingkan dengan jenis lain. Namun, imbal hasil (return) reksadana pasar uang masih lebih besar dibanding bunga yang didapat dari deposito.
Risiko yang dimiliki reksadana ini juga sangat kecil karena mayoritas portofolionya berisi deposito. Reksadana ini sangat cocok bagi investor pemula yang ingin mencoba untuk berinvestasi. Selain itu, berdasarkan jangka waktu, reksadana ini sebaiknya digunakan untuk investasi jangka pendek sekitar setahun.
2. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana pendapatan tetap merupakan jenis reksadana yang mengalokasikan minimum 80 persen dari portofolionya pada obligasi. Return reksadana pendapatan tetap biasanya lebih tinggi dibanding reksadana pasar uang karena pendapatan dari obligasi dalam portofolionya lebih besar dibandingkan dengan imbal hasil deposito.
Dari segi risiko, reksadana ini nilainya bisa naik dan turun (berfluktuasi) tetapi tingkat fluktuasinya relatif rendah dibandingkan reksadana saham dan campuran. Reksadana ini sangat cocok untuk investor yang ingin mendapatkan return stabil dengan risiko yang relatif rendah. Jangka waktu untuk berinvestasi di reksadana ini optimalnya adalah sekitar 1 sampai 3 tahun.
3. Reksadana Saham
Reksadana saham merupakan reksadana yang memiliki risiko dan return paling tinggi karena minimal 80 persen dari portofolio reksadana ini dialokasikan ke saham.
Return yang dihasilkan dari investasi saham jauh lebih tinggi dibanding investasi lainnya karena fluktuasi dari harga saham. Harga saham dapat bergerak sangat tinggi sehingga return yang dihasilkan sangat tinggi. Namun harga saham juga bisa turun sangat dalam dalam waktu singkat.
Investasi pada reksadana saham disarankan hanya untuk investor agresif, yakni investor yang dapat menerima risiko tinggi, terutama risiko fluktuasi NAB (nilai aset bersih) per unit reksadana saham. Investasi reksadana saham sangat menguntungkan apabila dilakukan dalam jangka panjang (di atas lima tahun).
4. Reksadana Campuran
Reksadana ini merupakan reksadana yang mengalokasikan portofolionya pada saham, obligasi, dan pasar uang pada proporsi yang berbeda dari reksadana saham, pendapatan tetap, maupun pasar uang. Biasanya, proporsi dari saham dan obligasi lebih mendominasi reksadana ini.
Return reksadana campuran hampir sama dengan reksadana saham karena masih ada unsur saham pada portofolionya, yang memungkinkan mendapatkan return cukup tinggi apabila diinvestasikan dalam jangka panjang. Pada reksadana ini juga ada obligasi yang memberi pendapatan tetap berupa kupon bunga tiap periode tertentu.
Risiko yang dimiliki oleh reksadana campuran pun tidak sebesar reksadana saham karena ada instrumen obligasi pada portofolionya yang pergerakannya tidak sefluktuatif saham. Sehingga, apabila harga saham anjlok seketika masih ada instrumen obligasi yang menopang kinerja reksadana tersebut.
Reksadana ini cocok untuk investor agresif yang sudah mengerti dan mampu menghadapi risiko dari pergerakan NAB reksadana. Selain itu, reksadana ini bisa digunakan untuk investasi jangka menengah hingga jangka panjang atau sekitar tiga hingga lima tahun.
Strategi Reksadana
Ketika kita sudah mengetahui reksadana yang dipilih, kita pun segera membelinya. Kembali ke resolusi di awal tahun ini, pasti kita ingin mendapatkan keuntungan di akhir tahun. Namun, apakah strategi yang kita gunakan benar?
Mari kita ambil contoh menggunakan reksadana saham yang tersedia di marketplace Bareksa, yaitu Sucorinvest Equity Fund. Misal kita memiliki uang pokok sebesar Rp6 juta dan pada awal tahun ini, lalu kita investasikan uang tersebut ke dalam reksadana yang dikelola oleh PT Sucor Asset Management ini.
Alhasil, setelah hampir setahun kita menyimpan uang dalam reksadana ini, hasil investasi kita sebesar Rp6,2 juta. Artinya, terdapat pertumbuhan Rp201.146 atau sebesar 3,35 persen dari uang pokok kita. Jelasnya terlihat dalam grafik ini. Garis hijau menandakan uang pokok kita dan garis abu-abu menandakan total investasi kita.
Apakah hasil investasi tersebut sudah maksimal? Untuk menjawabnya, mari kita simulasikan jika kita memulai investasi pada lima tahun yang lalu (Januari 2014) dengan modal yang kecil, yaitu Rp100.000 saja. Namun, strategi investasi kita adalah membeli rutin sebesar Rp100.000 setiap bulan di tanggal 1. Sehingga, kini tidak terasa kita juga memiliki uang pokok Rp6 juta.
Bagaimana hasil investasi kita?
Bila kita rutin berinvestasi setiap bulan selama lima tahun (Januari 2014-Desember 2018), uang pokok kita bisa bertumbuh. Hasilnya, kini total investasi dan keuntungan mencapai Rp8,84 juta. Artinya, ada imbal hasil (return) Rp2,84 juta atau sebesar 47,39 persen dari uang pokok kita.
Lebih jelasnya lihat grafik berikut ini.
Garis hijau menandakan uang pokok kita dan garis abu-abu menandakan total investasi kita.
Melihat perbandingan dua cara investasi tersebut, sekarang kita dapat memahami bahwa untuk mendapatkan hasil maksimal dari investasi, kita perlu memilih produk yang tepat dan disesuaikan dengan strategi yang tepat juga.
Bila kita berinvestasi pada produk reksadana saham, pastinya untuk jangka panjang. Dan strategi terbaik adalah dengan berinvestasi secara rutin agar uang yang kita kumpulkan sedikit demi sedikit bisa bertumbuh.
Nah, sudahkah strategi kita sesuai untuk mencapai resolusi keuangan kita di tahun ini?
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.