Apa Produk Investasi Favorit Orang Indonesia?

Bareksa • 12 Feb 2018

an image
Customer service butik Logam Mulia (LM) menunjukkan emas batangan bergambar seekor anjing saat diluncurkan di Jakarta, Kamis (18/1). Dalam rangka menyambut Imlek, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) merilis emas batangan bertemakan Imlek 2569 seberat 88 gram yang bergambar shio anjing. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Investasi yang populer atau favorit belum tentu memberikan keuntungan yang tinggi, meskipun memberikan kesan aman

Bareksa.com - Masyarakat Indonesia dinilai perlu bersikap waspada dengan anomali ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disebut-sebut lebih optimistis pada 2018. Salah satu langkah antisipasinya adalah dengan mengembangkan dana tabungan dan investasi.

Hasil riset dari lembaga riset pemasaran Inside ID mencatat, rata-rata responden mengalokasikan 13 persen pendapatannya untuk tabungan dan investasi. Dari alokasi untuk tabungan dan investasi tersebut, responden menyisihkan 79 persen ke pundi tabungan, sementara 21 persen lainnya digunakan untuk berinvestasi.

Survei Inside ID bertajuk “Understanding Indonesian Consumers Outlook 2018” dilaksanakan pada 10 November – 20 November 2017 dan mensurvei lebih dari 600 konsumen online di seluruh wilayah di Indonesia. Sampel dipilih berdasarkan usia, jenis kelamin, domisili, serta tingkat Pendidikan responden. Survei Inside.ID dilakukan melalui survey panel yang diisi oleh responden secara online.

Managing Director Inside ID Andres Christian menyebut, masyarakat masih lebih tertarik untuk menabung ketimbang berinvestasi. "Orang Indonesia masih lebih memilih untuk bermain aman dengan menempatkan uang mereka ke tabungan yang resikonya cenderung kecil, ketimbang berinvestasi," ujar Andres, Jumat, 9 Februari 2018.

Meski demikian, Andres menjelaskan orang Indonesia kini sudah lebih teredukasi perihal berinvestasi. Ia menyebut bahwa angka rata-rata peminat investasi telah bergerak meningkat, naik sekitar 0,25 dari angka rata-rata tahun lalu. Sama halnya dengan investasi, semakin besar pula angka rata-rata peminat tabungan dan deposito di 2017, naik sekitar 0,18 persen. Bahkan, berdasarkan data riset Inside ID, sekitar 40 persen responden memiliki investasi saat ini.

Terkait instrumen investasi apa yang menjadi primadona orang Indonesia, Andres menjelaskan bahwa hasil riset menunjukkan emas masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat. Sebab, diketahui bahwa setengah dari responden ternyata mempunyai investasi emas. Investasi lainnya adalah deposito (37 persen), properti (30 persen), reksa dana (22 persen), dan saham (17 persen).

Sah-sah saja masyarakat yang menjadi bagian dari survei Inside ID ini memilih emas sebagai pilihan investasi nomor satu. Tapi, tentu saja masyarakat juga perlu tahu bahwa investasi pada reksa dana tak kalah menguntungkan serta aman.

Di Marketplace Reksa Dana Bareksa misalnya, ada salah satu produk reksa dana yang memberi return 105,54 persen dalam 5 tahun terakhir (data per 9 Februari 2018). Reksa dana ini adalah reksa dana Sucorinvest Equity Fund. Saat ini, Sucorinvest Equity Fund punya kebijakan investasi 80 persen dalam ekuitas (60 persen merupakan saham-saham LQ45) dan antara 0 persen hingga 20 persen dalam instrumen pasar uang.

Grafik: Pergerakan NAB Sucorinvest Equity Fund dalam 5 Tahun Terakhir

Sumber: Bareksa.com

Lalu coba bandingkan dengan pergerakkan harga emas dalam periode yang sama. Mengutip goldprice.org, harga emas dalam 5 tahun terakhir hanya naik 9,19 persen dari Rp516,53 juta per kilogram menjadi Rp563,99 juta per kilogram.

Grafik: Pergerakan Harga Emas Dalam 5 Tahun Terakhir

Sumber: goldprice.org

Andres menyebut, ternyata masyarakat yang masih memilih untuk berinvestasi dengan emas, belum terlalu melek dengan instrumen investasi lain. Hal ini sejalan dengan paparan Andres terkait karakter orang Indonesia yang cenderung berinvestasi dengan cara aman. Mereka belum terlalu mengerti bahwa nilai uang yang mereka tanamkan masih bisa tergerus inflasi sehingga nilainya bisa turun. (Baca juga Parodi Film Dilan 1990 : Inflasi Itu Berat, Kamu Nggak akan Kuat, Investasi Saja)

Padahal, perlu diketahui juga bahwa investasi reksa dana itu juga aman karena baik produk maupun manajer investasinya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Selain itu, potensi imbal hasilnya bisa lebih tinggi dibandingkan instrumen deposito ataupun emas.

Jadi, investasi yang populer atau favorit belum tentu memberikan keuntungan yang tinggi, meskipun memberikan kesan aman. Namun, perlu dipahami juga bahwa setiap produk investasi termasuk reksa dana maupun emas pasti memiliki risiko. Masyarakat sebagai investor juga perlu memahami profil risiko sebelum memulai berinvestasi. (hm)

***

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.