Bareksa.com – Setelah menguat sejak awal pekan, pasar saham bergerak melemah di pertengahan perdagangan pekan ini. Pada penutupan Rabu, 08 November 2017, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tipis 0,18 persen ke posisi 6.049,38.
Investor asing tampak kembali melakukan aksi jual. Pada perdagangan Rabu kemarin, asing tercatat melakukan penjualan bersih cukup besar, yakni Rp818,8 miliar di seluruh pasar.
Salah satu sentimen penekan IHSG adalah rilis data penjualan ritel periode September 2017 yang tumbuh melambat. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2017 tumbuh 1,8 persen (year on year), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,2 persen (year on year).
Pertumbuhan penjualan ritel yang melambat terjadi pada kelompok makanan dengan pertumbuhan sebesar 7,6 persen (year on year) atau melambat dibandingkan 7,9 persen (year on year) pada bulan sebelumnya.
Sementara kelompok non makanan mengalami kontraksi yang semakin dalam, dari -5,9 persen (year on year) pada Agustus 2017 menjadi -6,2 persen (year on year). Adapun secara regional, kontraksi pertumbuhan tahunan IPR pada September 2017 terjadi di tiga kota dengan kontraksi terdalam terjadi di Denpasar, yakni -12,6 persen (year on year).
Meski begitu, penjualan eceran pada September 2017 tetap tumbuh meskipun lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Pada Desember 2017, penjualan eceran diperkirakan kembali meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) 3 bulan yang naik dari 141,0 menjadi 153,1.
Di sisi lain, pasca penutupan perdagangan Selasa kemarin (07 November 2017), Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia di akhir Oktober 2017 adalah sebesar US$126,5 miliar , lebih rendah dibandingkan posisi akhir September 2017 yang sebesar US$129,4 miliar.
Meski lebih rendah, posisi cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai 8,6 bulan impor atau 8,3 bulan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Berbagai sentimen tersebut membuat pergerakan indeks sektoral ditutup mixed pada perdagangan Rabu kemarin. Sektor aneka industri dan sektor barang konsumsi menopang laju IHSG tidak turun lebih dalam dengan penguatan masing-masing 0,97 persen dan 0,54 persen.
Dari sektor barang konsumsi, saham PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) menjadi penopang terbesar IHSG dengan kontribusi penguatan pada indeks 8,4 poin. Sementara dari sektor aneka industri, saham PT Astra International Tbk (ASII) menopang laju IHSG dengan kontribusi 3,7 poin.
Jika dilihat sejak awal bulan ini, pasar saham telah mencatatkan kenaikan cukup tinggi, yakni 0,73 persen per 08 November 2017. Adapun sepanjang bulan ini, 8 dari 10 indeks sektoral menopang laju indeks dengan kenaikan tertinggi diraih sektor aneka industri dan sektor keuangan dengan kenaikan masing-masing 3,12 persen dan 1,58 persen.
Sumber : Bareksa.com
Positifnya pasar saham sepanjang November ini pun turut menopang kinerja reksa dana saham mencatatkan kinerja bertumbuh. Hal ini dikarenakan jenis reksa dana ini menempatkan aset investasinya paling banyak pada saham, yakni sekurang-kurangnya 80 persen dari total aset.
Sepanjang November 2017, return indeks reksa dana saham mencatatkan pertumbuhan 1,10 persen per 08 November 2017. Menariknya, kinerja reksa dana saham ini berhasil melampaui kinerja IHSG yang mencatatkan pertumbuhan 0,73 persen dalam periode yang sama.
Bahkan, lima besar reksa dana saham yang tersedia pada Marketplace Bareksa menghasilkan return tertinggi di kisaran 3,76 persen hingga 10,12 persen. Berikut daftar lima besar reksa dana tersebut dengan perolehan return tertinggi sepanjang November 2017 (per 08 November 2017) berdasarkan Marketplace Reksa Dana Bareksa.
Sumber : Bareksa.com
Di posisi pertama, MNC Dana Syariah Ekuitas menjuarai reksa dana saham yang tersedia di Marketplace Bareksa. Produk yang dikelola oleh PT MNC Asset Management ini memberikan return sebesar 10,12 persen sejak awal bulan hingga 8 November 2017 (month to date/MTD).
Perlu dicatat, reksa dana saham cocok untuk investor yang memiliki profil agresif, yaitu yang bisa menerima risiko untuk mendapatkan potensi keuntungan yang besar (high risk high return). Selain itu, investasi reksa dana saham sesuai untuk jangka waktu panjang di atas lima tahun agar dapat meminimalisir risikonya. (hm)
**
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana..