Dirut RHB-AMI, Rima Suhaimi : Target Dana Kelolaan Tahun Ini Rp 5 Triliun

Bareksa • 17 Jul 2017

an image
Direktur Utama PT RHB Asset Management Indonesia, Jakarta.

Perseroan mengembangkan variasi produk baru reksa dana dengan segala profil risiko untuk mendukung target AUM

Bareksa.com – Reksa dana kini menjadi alternatif pilihan investasi yang lebih fleksibel. Sebab terdapat berbagai jenis reksa dana yang dapat disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi setiap individu. Seperti produk-produk reksa dana yang tersedia di PT RHB Asset Management Indonesia (RHB-AMI), salah satu perusahaan manajer investasi yang mengelola produk reksa dana. 

Pada tahun ini, RHB-AMI memiliki fokus untuk mengembangkan variasi produk reksa dana yang dapat memenuhi kebutuhan investor. Mulai dari produk yang memiliki risiko tinggi seperti reksa dana saham, hingga produk dengan risiko relatif rendah seperti reksa dana pasar uang. 

Sebagai informasi, RHB-AMI merupakan salah satu perusahaan manajer investasi yang memiliki kredibelitas cukup baik dengan pengalaman mengelola reksa dana selama 10 tahun. Sejak memperoleh izin sebagai manajer investasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Februari 2007 silam, RHB-AMI telah memiliki 13 produk reksa dana konvensional yang terdiri dari berbagai jenis. 

Direktur Utama PT RHB Asset Management Indonesia, Rima Suhaimi, menyatakan dalam memasarkan produk reksa dana, RHB-AMI melakukan kerjasama dengan beberapa Agen Penjual Reksa Dana (APERD) yang resmi terdaftar di OJK. Dalam waktu dekat ini, RHB-AMI juga akan bekerja sama dengan Bareksa.com dalam menjual reksa dana secara online untuk menjangkau nasabah ritel secara lebih luas. 

Untuk mengetahui variasi produk seperti apa yang dikembangkan RHB-AMI pada tahun ini dan bagaimana strateginya? Berikut kutipan hasil wawancara Bareksa dengan Rima di kantornya di Jakarta, pada Rabu, 5 Juli 2017;

1. Tahun ini, kira-kira apa yang menjadi fokus atau target PT RHB Asset Management Indonesia? Bagaimana perusahaan mencapai fokus atau target tersebut?

Saat ini, kami masih fokus untuk mengembangkan varian produk reksa dana. Mulai dari jenis saham, pendapatan tetap dan pasar uang. Khusus tahun ini, pada produk reksa dana saham yang kami kelola cukup menghasilkan kinerja positif. Salah satunya adalah reksa dana RHB Alpha Sector Rotation yang tercatat telah membukukan return 9 persen sepanjang tahun ini, lebih tinggi dari indeks reksa dana saham yang hanya sekitar 4 persen (per 4 Juli 2017). Reksa dana saham ini, dalam waktu dekat juga akan segera diluncurkan pada Marketplace Reksa Dana Bareksa. 

2. PT RHB Asset Management Indonesia akan bekerjasama dengan Marketplace Bareksa dalam memasarkan produk reksa dana secara online, apakah ini menjadi salah satu fokus perusahaan di tahun ini, mengingat ekonomi digital semakin berkembang? 

Tentunya iya, karena saat ini nasabah kami masih didominasi oleh nasabah institusi. Dengan bekerjasama dengan Bareksa.com sebagai Agen Penjual Reksa Dana (APERD) online, kami berharap dapat menambah jumlah investor baru, khususnya ritel. Di mana, nasabah reksa dana Bareksa sendiri sudah hampir mencapai 50 ribu nasabah yang berasal dari berbagai daerah dan tidak hanya dari Pulau Jawa. 

3. Tips apa yang bisa Ibu sampaikan bagi investor secara umum agar bisa mencapai tujuan keuangan mereka, terutama dalam memilih produk reksa dana sebagai instrumen investasi?

Dalam berinvestasi reksa dana, mulailah sejak muda. Semakin muda berinvestasi maka toleransi kita terhadap risiko akan semakin tinggi. Sehingga, kita pun dapat memilih produk reksa dana saham sebagai pilihan. Di mana, jenis reksa dana ini memiliki potensi return (keuntungan) yang cukup tinggi dalam jangka panjang. Sebagai pemula, tidak ada salahnya untuk mencoba jenis reksa dana saham ini dengan nominal yang kecil terlebih dahulu. Misalnya mahasiswa, bisa dimulai dengan menyisihkan uang Rp100 ribu per bulan. Asalkan rutin melakukannya, pertumbuhan return reksa dana saham cukup optimum dibandingkan dengan tabungan atau deposito. Agar disiplin menyisihkan uang untuk berinvestasi reksa dana, kita pun dapat mengikuti program auto-debet yang disediakan oleh agen penjual reksa dana.

4. Apakah di tahun ini perusahaan berencana juga akan menambah produk baru? Reksa dana jenis apa yang akan diluncurkan? Berapa besar target dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) yang ingin dicapai oleh perusahaan tahun ini? 

Tahun ini, kami berencana untuk meluncurkan kembali 2 produk reksa dana berjenis saham, salah satu di antaranya termasuk dalam kategori syariah. Hal ini menjadi variasi yang baru pada produk kami karena sebelumnya kami menerbitkan produk konvesional saja. Produk syariah ini dapat menjadi pilihan bagi investor yang menerapkan prinsip syariah pada investasi. Untuk target dana kelolaan, kami menargetkan pertumbuhan AUM kami bisa stabil mencapai Rp 5 triliun. Per Juni 2017 ini,  AUM kami telah berada pada level Rp 3,83 triliun. 

5. Sejak awal tahun hingga saat ini pasar saham cenderung positif, bahkan sempat menyentuh level tertingginya yakni ke 5900-an. Apakah Ibu Optimis IHSG ini bisa tembus ke level 6000? Faktor apa yang mendorong atau menghambat pergerakan IHSG dalam waktu dekat ini?

Kami optimistis bahwa target level IHSG di level 6000 boleh tercapai tahun ini, malah target nya boleh dinaikkan kalau kondisi bisnis secara keseluruhan terus membaik. Kami sadar bahwa valuasi pasar di sekitar 17x PE FY2017 relatif mahal dan akan menekan potensi kenaikan harga saham dan IHSG. Namun dalam kondisi ekonomi dan siklus bisnis yang membaik, saham menjadi preferred asset class diandingkan obligasi (bonds). Ada dua faktor eksternal dan dua faktor lokal yang perlu diperhatikan pada semester II 2017:

Pertama, potensi perubahan kebijakan moneter di Amerika Serikat dan di Eropa. Kenaikan suku bunga untuk kali ketiga tahun ini oleh Federal Reserve Bank sudah diketahui secara umum. Selain itu, Fed bakal mengetatkan lagi kebijakan moneter dengan menurunkan balance sheet.  Tetapi target, profil dan waktu penurunan balance sheet itu belum diputuskan atau diumumkan. Di Eropa, European Central Bank (ECB) masih menjalankan program pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) sebesar 60 miliar euro sebulan. ECB bakal memutuskan untuk meneruskan atau mengubah (menurunkan) QE untuk Tahun 2018.

kedua, depresiasi dolar AS kemungkinan tidak berlanjut di semester II 2017.  Nilai dolar AS terhadap mata uang utama di dunia secara rata-rata turun 6,4 persen (menurut USD index atau DXY) selama semester I 2017. Potensi perubahan kebijakan moneter di AS dan treasury yield yang kembali naik sejak akhir bulan Juni mungkin mendukung dolar AS jadi lebih stabil dan bisa menghambat aliran modal masuk (capital inflow) ke negara berkembang (emerging market).

Ketiga, laporan keuangan emiten pada kuartal ke-2 2017 di Indonesia. Tren laba terhadap ekspektasi dan outlook dari masing-masing perusahaaan terutamanya dari saham heavyweight seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), perbankan dan konsumer.

Keempat, pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terutama soal belanja pemerintah pusat dengan defisit fiskal sebesar 2,9 persen dari GDP dan investasi dari sektor swasta baik yang lokal atau dalam bentuk FDI (foreign direct investment).

Kami berpendapat bahwa faktor eksternal akan mengurangi momentum pasar saham dalam jangka pendek, namun IHSG akan kembali rebound setelah investor global melakukan penyesuaian terhadap perubahan kebijakan di AS dan Eropa.

6. Bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja reksa dana saham RHB AMI, terutama produk RHB Alpha Sector Rotation yang akan diperdagangkan di Bareksa?  Dalam hal ini, kebijakan atau strategi apa yang digunakan pada pengelolaan reksa dana ini, sehingga dapat memberikan return yang optimum bagi investor?

Reksa dana yang masih mempertahankan alokasi yang besar di sektor perbankan dan perusahaan yang diprediksi melaporkan tren laba yang positif. Selain itu, menambah posisi kas di mana kemungkinan laporan keuangan perusahaan itu kurang memuaskan. Sektor perbankan sudah menjadi best performer di semester I 2017 dan membutuhkan konfirmasi outlook yang positif terhadap kredit macet (NPL), pertumbuhan kredit dan margin bunga bersih (NIM). Selain itu, beberapa saham yang juga diamati termasuk di sektor telekomunikasi, infrastruktur dan alat berat atau batu bara.

7. Tidak hanya pada produk reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap RHB Fixed Income Fund 2 pun tercatat memiliki kinerja cukup baik, meskipun masih tergolong reksa dana baru. Dengan adanya peningkatan rating obligasi Indonesia oleh S&P, bagamaina dampaknya terhadap kinerja reksa dana ini?

Dibandingkan dengan valuasi saham yang relatif mahal, valuasi instrumen pendapatan tetap relatif menarik karena real yield cukup tinggi. Surat utang negara 10 tahun dengan nominal yield 7 persen sebenarnya memberikan expected real yield di sekitar 3 persen dengan asumsi inflasi 4 persen ke depan. Potensi perubahan kebijakan moneter di AS dan Eropa, dan kenaikan defisit fiskal ke 2,9 persen menjadi headwind terhadap harga surat utang, namun investasi di reksa dana pendapatan tetap lebih rendah volatilitasnya dan tetap menerima kupon atau bunga walaupun harga surat utang fluktuatif. Investor dengan jangka waktu investasi yang panjang boleh memanfaatkan real yield yang cukup tinggi, terutama kalau berpendapat bahwa inflasi di Indonesia akan terus terkendali dan bisa turun ke level yang lebih rendah dari 4 persen dalam jangka menengah.

8. Saat ini tren suku bunga deposito masih cenderung turun. Pada reksa dana pasar uang RHB Rupiah Liquid Fund memiliki deposito, sebagai efek terbesar pada portofolio. Bagaimana strategi perusahaan dapat menghasilkan return melebihi suku bunga deposito? 

Reksa dana Rupiah Liquid Fund lebih fleksibel dalam membeli instrumen pasar uang atau melakukan penempatan deposito di bank. Dalam kondisi penurunan suku bunga deposito, instrumen pasar uang boleh menghasilkan return yang lebih atraktif dibandingkan deposito.

9. OJK saat ini memiliki Dewan Komisioner yang baru. Apa harapan RHB-AMI kepada pengurus OJK yang baru ini untuk mendukung industri reksa dana? 

Saat ini, masalah industri reksa dana ini adalah keterbatasannya jumlah investor, terutama ritel. Kami mengharapkan OJK dapat mengeluarkan kebijakan dalam memperluas jangkauan investor. Misalnya saja seperti literasi dan edukasi atau sosialisasi terkait investasi di pasar modal dengan lebih agresif. Kemudian, sebenarnya kami juga masih membutuhkan dukungan dari seluruh pelaku pasar modal. Misalnya saja ketersediaan underlying asset yang menjadi isi portofolio produk reksa dana. Dengan begitu, kami pun dapat menyediakan pilihan produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan investor lebih besar lagi.

**

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana..