Bareksa.com – Dana kelolaan reksa dana pada periode September mencatatkan nilai sebesar Rp309,5 triliun. Angka ini menurun sekitar 2,26 persen dari periode bulan sebelumnya yang sebesar Rp316,6 triliun. Menyusutnya dana kelolaan pasar reksa dana ini disinyalir karena adanya penurunan dana kelolaan reksa dana saham yakni sebesar 6,68 persen. Dimana sebelumnya dana kelolaan reksa dana saham mencapai Rp115,89 triliun menjadi Rp108,15 triliun.
Laju pasar saham yang terhambat akibat berbagai sentimen global yang terjadi pada bulan September, turut membuat kinerja reksa dana saham dan campuran tertekan hingga minus 1,53 persen dan 0,58 persen. Kemudian adanya aksi ambil untung (profit taking) dari kenaikan pasar saham yang dinilai sudah terlalu tinggi oleh sebagian investor pun juga menambah sentimen IHSG bergerak di teritori negatif pada periode september.
Grafik: Perbandingan Return Indeks Reksa Dana, Periode Bulan September
Sumber: Bareksa.com
Terkoreksinya pasar saham ikut menurunkan minat sementara investor pada reksa dana saham dan melakukan penjualan (redemption) yang tercermin dari menurunnya unit penyertaan reksa dana saham turun 4,45 persen dari 52,44 miliar menjadi 50,1 miliar atau turun 4,45 persen. Hal tersebut tentu saja berdampak terhadap pertumbuhan dana kelolaan reksa dana yang menurun dimana reksa dana saham juga sebagai pemilik proporsi terbesar pada pangsa pasar reksa dana yakni sekitar 34,9 persen, seperti yang tampak pada grafik dibawah ini.
Grafik: Pangsa Pasar Reksa Dana Bulan September 2016
Sumber: bareksa.com
Selain itu, tren penurunan suku bunga yang terjadi sejak awal tahun juga berdampak terhadap penurunan suku bunga deposito yang menjadi aset mayoritas reksa dana pasar uang. Hal ini tentunya berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dana kelolaan reksa dana pasar uang. Unit penyertaan reksa dana pasar uang pada periode september ini pun tercatat menurun sebesar 8,72 persen dari 26,92 miliar unit menjadi 24,57 miliar unit.
Meski proporsi reksa dana pasar uang hanya sekitar 10,1 persen, namun cukup berpengaruh terhadap pangsa pasar (market share) reksa dana secara keseluruhan. Adapun penurunan dana kelolaan reksa dana pasar uang mencapai 4,58 persen menjadi Rp31,12 triliun dari Rp 32,62 triliun. Padahal dari sisi return, indeks reksa dana pasar uang masih mencatatkan return positif 0,27 persen pada periode September.
Penurunan dana kelolaan yang terjadi pada beberapa jenis reksa dana konvesional ini, rupanya tidak terjadi pada reksa dana pendapatan tetap. Dana kelolaan jenis reksa dana ini justru meningkat 2,43 persen menjadi Rp69,28 triliun yang diikuti pula dengan peningkatan nilai pembelian (subscription) sebanyak 1,59 miliar unit atau naik 3,67 persen unit penyertaan. Hal ini diduga para investor lebih banyak berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap yang memiliki fluktuasi pasar lebih rendah dibandingkan reksa dana saham namun return yang didapat berpotensi lebih besar dari reksa dana pasar uang ataupun deposito.
Kemudian pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana pendapatan tetap juga lebih stabil sehingga potensi pengurangan dana investasinya lebih minim, akan tetapi potensi return yang dihasilkan lebih tinggi. Adapun return yang dihasilkan indeks reksa dana pendapatan tetap sebesar 0,57 persen ditengah pasar keuangan yang terkoreksi pada periode September ini.
Dalam periode satu bulan (jangka pendek), pasar reksa dana memang terjadi koreksi hingga menurunkan total dana kelolaannya. Namun apabila dilihat dari awal tahun hingga September ini, total dana kelolaan telah tumbuh mencapai 12,17 persen dari Rp 275,9 triliun pada bulan Januari. (baca juga: Kondisi Ekonomi Membaik, AUM Reksa Dana Tumbuh 14% Dalam 7 Bulan)
***
Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.