Bareksa.com – Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) reksa dana mengalami pertumbuhan yang besar sepanjang tujuh bulan yang berakhir Juli 2016, dibandingkan dengan kinerja periode sama tahun 2015. Peningkatan nilai aset kelolaan reksa dana ini seiring dengan pergerakan positif pasar keuangan dan saham Indonesia yang terdongkrak sentimen positif ekonomi nasional.
Sepanjang tujuh bulan terakhir, AUM reksa dana mengalami pertumbuhan sebesar 14,14 persen menjadi Rp310,86 triliun per akhir Juli 2016 dari Rp272,34 triliun per akhir Desember 2015. Kondisi ini lebih baik dibandingkan peningkatan sebesar 8,81 persen pada periode sama tahun sebelumnya (akhir Juli 2015 dibandingkan akhir Desember 2014). Peningkatan sepanjang tujuh bulan ini bahkan bisa mengalahkan pertumbuhan AUM reksa dana selama setahun penuh 2015 yang hanya sebesar 10,2 persen.
Grafik: Total Dana Kelolaan Reksa Dana Per Akhir Desember 2015-Juli 2016
Sumber: Bareksa.com
Seperti terlihat pada data Bareksa, peningkatan AUM ini didorong oleh pertumbuhan pada dua jenis reksa dana dengan pangsa pasar terbesat. Pada pangsa pasar reksa dana konvensional periode Juli 2016, reksa dana saham dan pendapatan tetap memiliki porsi paling besar yakni 36,3 persen dan 21,5 persen. Sementara itu, porsi sebesar 10 persen dan 7,2 persen dikuasai reksa dana pasar uang dan campuran.
Grafik: Pangsa Pasar Reksa Dana Periode Bulan Juli 2016
Sumber: Bareksa.com
Secara lebih rinci, pertumbuhan terbesar sepanjang tujuh bulan ini ditopang oleh reksa dana jenis pendapatan tetap. AUM reksa dana pendapatan tetap juga meningkat sebesar 33,29 persen. Hal ini juga sejalan dengan pasar obligasi yang cenderung menguat dimana mayoritas aset reksa dana diinvestasikan pada instrumen obligasi. Penguatan pasar obligasi ini ditandai dengan menurunnya yield (imbal hasil) obligasi jangka panjang sebesar 22,30 persen dari level 8,89 persen menjadi 6,91 persen.
Kemudian dalam periode yang sama, dana kelolaan reksa dana saham tumbuh hanya sekitar 3,62 persen dalam tujuh bulan terakhir. Meskipun demikian, reksa dana yang mayoritas asetnya ditempatkan pada instrumen saham ini memberikan keuntungan atau return yang cukup besar sejak awal tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan return reksa dana pendapatan tetap.
Terpantau, sejak awal tahun hingga saat ini (year-to-date/YTD), indeks reksa dana saham telah menghasilkan return positif 17,71 persen sementara return indeks reksa dana pendapatan tetap sebesar 9,99 persen. Besarnya keuntungan indeks reksa dana saham ini seiring dengan pergerakan positif pasar saham yang turut meningkatkan aset reksa dana. Pasalnya, minimal 80 persen aset reksa dana saham harus ditempatkan pada instrumen saham. Berdasarkan data Bareksa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menghasilkan return 18,1 persen sejak awal tahun hingga saat ini.
Grafik: Indeks Reksa Dana Saham dana Pendapatan tetap
Sumber: Bareksa.com
Kenaikan pada AUM reksa dana ini tak terlepas dari kondisi ekonomi yang membaik, termasuk optimisme pasar keuangan yang meningkat akibat sentimen positif dari dalam negeri berupa pemberlakuan UU Tax Amnesty. Hal ini terindikasi dari data pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2016 yang tumbuh sebesar 5,18 persen, atau di atas ekspektasi pasar sekitar 5 persen saja.
(Baca juga: Euforia IHSG Berlanjut, Apakah Fundamental Ekonomi Mendukung?)
Dengan langkah-langkah kebijakan pemerintah untuk perekonomian dalam negeri yang stabil dan kondusif, diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2016 ini. Hal ini tentunya, juga akan berdampak terhadap pertumbuhan dana kelolaan reksa dana lebih besar lagi akibat minat dan optimisme investor untuk meraih keuntungan saat pasar keuangan sedang semarak.
***
Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.