Saham Sektor Konsumsi Terdiskon, Saatnya Beli Reksa Dana Ini

Bareksa • 01 Aug 2016

an image
Tangan seorang warga saat memantau kondisi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (15/7). (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)

Seiring membaiknya ekonomi, prospek sektor konsumsi tetap cerah dalam jangka panjang.

Bareksa.com - Akhir pekan kemarin (Jumat, 29 Juli 2016), perdagangan pasar saham mengalami koreksi cukup dalam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hingga 1,57 persen ke level 5.215,99. Hal ini ditengarai karena adanya aksi penjualan besar-besaran yang terjadi pada saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar di pasar saham.

Salah satu sektor yang mengalami penurunan cukup signifikan adalah sektor konsumsi. Sektor ini merosot hingga 5,41 persen yang turut menyeret IHSG ditutup ke area negatif.

Pasar saham yang melemah turut mempengaruhi kinerja reksa dana saham, yang menempatkan mayoritas aset pada instrumen saham. Return indeks reksa dana saham dalam satu hari, tercatat turun menjadi 1,10 persen.

Namun, dari kacamata investor reksa dana, penurunan ini seharusnya menjadi momentum yang tepat untuk menambah portofolio. Layaknya sedang bepergian ke pusat perbelanjaan dan melihat barang bermerek sedang didiskon, kita sebagai investor seharusnya senang mendapatkan kesempatan untuk mendapat produk bagus di harga murah.

Lantas, produk mana saja yang sedang "sale" ini?

Pada data Bareksa, terdapat sejumlah reksa dana saham yang mengalami penurunan cukup signifikan dalam satu hari terakhir. Salah satunya adalah reksa dana saham milik PT Pinnacle Persada Investama, Pinnacle Strategic Equity Fund dengan return minus 2,49 persen. 

Tabel: Daftar Reksa Dana Dengan Return Terendah Dalam Satu Hari Terakhir (Jumat 29 Juli 2016)

Sumber: Bareksa.com 

Kinerja reksa dana yang diluncurkan pada tahun 2015 ini terkena imbas dari penurunan sektor barang konsumsi. Pasalnya, sebagaimana yang tercantum dalam fund fact sheet, reksa dana ini menempatkan 28,7 persen dari total aset saham pada sektor barang konsumsi.

Saham sektor konsumsi berkapaitalisasi besar seperti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang masing-masing turun sebesar 9,7 persen dan 5,75 persen, turut berkontribusi pada penurunan nilai aset reksa dana. Kedua saham ini termasuk dalam lima besar saham korporasi yang menjadi top holding

"Saat return reksa dana turun, itu berarti posisi reksa dana dalam keadaan murah sehingga itulah waktunya untuk membeli reksa dana. Saat pasar sedang bullish (naik), keuntungan yang akan kita dapatkan pasti akan lebih besar karena kita membeli di harga lebih rendah," kata Tunggul Silaban, Vice President Pinnacle, ketika dihubungi Bareksa. 

Meskipun turun dalam sehari, kinerja Pinnacle Strategic Equity Fund sudah mencatat return 28,93 persen sejak awal tahun ini. Kinerja tersebut jauh melampaui return yang dihasilkan indeks reksa dana saham Indonesia pada periode sama, yakni 16,90 persen dan indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 16,73 persen.

Kondisi serupa juga dialami reksa dana yang dikelola oleh PT Syailendra Capital yaitu Syailendra Midcap Alpha Fund yang mencatat return negatif 2,16 persen pada Jumat. Berdasarkan fund fact sheet, reksa dana yang diluncurkan sejak tahun 2014 ini juga memiliki mayoritas aset saham pada sektor konsumsi dan keuangan dengan proporsi masing-masing sebesar 26 persen.

Meski sektor konsumsi sempat merosot cukup signifikan pada minggu lalu, pada umumnya, sektor barang konsumsi sendiri memiliki potensi yang cukup besar dan stabil dalam jangka panjang. Pasalnya pada saat kondisi ekonomi sedang ekspansif atau resesi, sektor barang konsumsi akan tetap bertumbuh. Apalagi bila hal ini seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat tetap terjaga.

(Baca Juga: Indeks Keyakinan Konsumen Membaik, Penjualan Emiten Consumer Goods Cerah)

Pergerakan harian reksa dana saham ini memang cukup berfluktuasi, sehingga membuat risiko pada jenis reksa dana ini cukup tinggi dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, berinvestasi pada reksa dana saham dengan pengelolaan aset pada saham di sektor berprospek cerah, tentunya juga berpotensi menghasilkan keuntungan (return) yang cukup  tinggi di masa depan.
 
Namun yang perlu dicatat dalam hal berinvestasi adalah semakin tinggi return yang diharapkan maka risiko yang ditanggung akan semakin besar (high risk high return). Oleh karena itu, sebaiknya berinvestasi reksa dana saham dilakukan untuk tujuan jangka panjang (lebih dari 5 tahun) dan perlu disesuaikan dengan profil risiko masing-masing setiap investor. 

***

Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.