Bareksa.com – Bagi pasangan yang baru menikah, tentunya mereka akan memasuki sebuah bahtera dan siap untuk mengarungi perjalanan mahligai rumah tangga bersama. Setelah menikah, tentunya banyak hal yang harus disesuaikan dengan pasangan kita, salah satunya adalah terkait dengan pengelolaan keuangan.
Perlu diketahui, bagi pasangan muda pengelolaan keuangan dapat menjadi pondasi finansial yang baik untuk masa depan keluarga. Masalah finansial memang sebuah hal yang sensitif untuk dibahas tetapi hal ini bila tidak dibicarakan bersama antar pasangan dapat menimbulkan perselisihan atau kecekcokan rumah tangga. Hal ini tentunya bisa mengganggu keutuhan rumah tangga.
Lantas, bagaimana cara mengatur keuangan setelah menikah ini?
Yosephine P. Tyas, S.Kom, MM, CFP®, salah satu perencana keuangan independen kepada Bareksa memberikan beberapa tips dalam mengatur keuangan bagi pasangan muda ini. Berikut ulasannya:
1. Saling Terbuka
Penting bagi sepasang suami istri untuk saling terbuka dalam segala hal termasuk mengenai pendapatan dan pengeluaran. Dengan demikian, dalam sebuah hubungan suami istri tidak ada yang ditutup-tutupi dan saling mengetahui keadaan satu sama lain.
Dengan keterbukaan seperti ini kita bisa memupuk kepercayaan dan bisa lebih memahami dan menerima segala hal yang mungkin akan terjadi di masa depan tanpa merasa ada yang ditutup-tutupi atau dibohongi.
2. Menentukan Prioritas Pengeluaran dan Membuat Anggaran Keluarga
Setelah menikah tentunya akan ada penambahan pengeluaran yakni pengeluaran keluarga. Oleh sebab itu, mulailah bersama pasangan membuat anggaran keluarga, yang berisi pengeluaran-pengeluaran yang akan ada tiap bulannya. Hal ini dilakukan agar menghindari terjadi defisit yang dapat menyebabkan kita berutang. Kurangi pengeluaran non primer, utamakan kebutuhan primer.
Apabila suami dan istri berkerja, keduanya bisa berdiskusi tentang apa saja yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil mereka. Namun, apabila sumber pendapatan hanya berasal dari suami, istri perlu membantu mengontrol pengeluaran keluarga. Jangan sampai jumlah pengeluaran rumah tangga melebihi pendapatan.
3. Menentukan Tujuan Keuangan Keluarga
Dalam bahtera setiap rumah tangga, pasangan pasti memiliki tujuan keuangan yang berbeda-beda yang perlu dibahas dan dipersiapkan bersama. Tujuan keuangan ini bisa dalam jangka pendek (1-2 tahun), menengah (3-5 tahun), dan panjang (lebih dari 5 tahun).
Pasangan suami istri tentunya suatu saat nanti mengharapkan anak (keturunan), yang akan menjadi penerus dan harapan keluarga. Sebelum memiliki anak, sebaiknya pasangan sudah mempersiapkan dana untuk biaya melahirkan jauh-jauh hari sebelum sang istri dinyatakan positif hamil. Mengingat mahalnya biaya melahirkan dan kebutuhan anak saat ini, sehingga akan lebih baik jika dana untuk kebutuhan ini sudah dipersiapkan sejak dini.
Kemudian, tujuan keuangan keluarga lainnya yang penting adalah menyekolahkan anak hingga pendidikan tinggi, membeli rumah, kendaraan, dan menyiapkan dana pensiun. Dana pensiun perlu disisihkan sejak awal bekerja karena usia produktif karyawan terbatas. Selain itu, dana pendidikan anak juga perlu dipersiapkan semenjak berkeluarga.
4. Belajar Mengenai Investasi
Mengingat tingginya tingkat inflasi yang terjadi setiap tahun yang menyebabkan kenaikan harga secara umum, pasangan suami istri perlu melakukan investasi untuk memenuhi kebutuhan di masa depan.
Meski suami istri sibuk bekerja mencari uang, dalam berinvestasi ini setiap pasangan perlu memahami dan mempelajari terlebih dahulu karakteristik setiap jenis investasi agar sesuai dengan tujuan keuangan dan profil resiko masing-masing.
Menurut Yosephine, berinvestasi merupakan kegiatan membeli aset yang nilainya naik dalam jangka panjang dan bisa dijual, atau bisa menambah penghasilan/cashflow. Investasi ini bisa dalam bentuk logam mulia, obligasi, reksa dana, saham, properti yang disewakan atau dengan membangun bisnis/usaha sendiri.
“Selain itu, apabila kita membeli kendaraan seperti mobil dan motor yang nilainya sebenarnya akan turun, kita bisa menjadikannya aset produktif dengan menjadikan kendaraan untuk transportasi umum melalui aplikasi yang ada sekarang seperti Uber atau Grab. Karena kendaraan itu untuk menambah penghasilan, maka motor atau mobil tersebut menjadi investasi.” kata Yosephine.
Wanita yang juga penulis buku ‘Kenapa Perempuan Harus Cerdas Ngatur Keuangan?’ ini menjelaskan bahwa rumah yang kita miliki bukanlah aset investasi, tetapi merupakan aset guna karena pada umumnya kita tidak mungkin menjual rumah yang kita tinggali, kecuali jika sebagian kita sewakan atau kita berencana menjual rumah kita suatu saat nanti dan berencana pindah ke rumah yang lebih kecil/lebih murah.
"Jangan berinvestasi sebelum anda mengerti benar, karena banyak kasus penipuan investasi bodong. Teliti sebelum membeli,” tambahnya.
5. Bijak Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Berutang
Berutang merupakan salah satu hal yang dapat menjadi masalah dan menyebabkan keretakan dalam rumah tangga. Saat cicilan utang mulai menggerogoti penghasilan sehingga penghasilan yang diterima hanya numpang lewat, ini yang menyebabkan stress karena uang gaji tidak sampai akhir bulan. Maksimal cicilan utang adalah 30% dari penghasilan, itupun sudah termasuk untuk utang produktif seperti membeli properti, dan utang untuk kredit usaha.
Yosephine mengutip salah satu pakar keuangan di Amerika, Dave Ramsey, “Personal Finance is 80% behavior and 20% head knowledge.”
Dia menjelaskan bahwa banyak orang sudah mengetahui bahwa bunga kartu kredit itu tinggi 2,95% per bulan setara dengan 35,4% per tahun! Namun, masih banyak orang hanya membayar minimum payment dan terkena bunga berbunga hingga saldo tagihan membengkak dan akhirnya kesulitan membayar.
Keputusan berutang perlu dibicarakan dan dibahas terlebih dahulu, karena utang berdampak panjang. Segera lunasi utang yang bersifat konsumtif sekecil apa pun itu (terutama kartu kredit), karena selain bunganya yang besar, utang konsumtif juga akan menggerogoti aset kekayaan yang kita miliki, hasil kerja keras kita dan keluarga.
Itulah beberapa tips yang mungkin dapat bermanfaat bagi kita yang baru saja memulai biduk rumah tangga dengan pasangan tercinta. Namun tips diatas tidak akan bermanfaat bila tidak direalisasikan dengan pasangan, buatlah action plan dan fokus pada apa yang menjadi prioritas keluarga.
Dengan begitu kita tidak akan keluar jalur dan tetap pada tujuan bersama. Bukan uang yang menjadi tujuan utama tetapi keharmonisan dan keutuhan keluarga. Jika masalah keuangan sudah dapat diatasi, maka hal ini akan membantu memperkuat hubungan antara suami istri serta menciptakan pernikahan yang bahagia dan kokoh. Hubungan yang baik antara suami istri adalah harta yang berharga bagi anak-anak Anda kelak.
Finacial Planner: Yosephine P. Tyas, S.Kom, MM, CFP®
Email: yosephine.tyas@gmail.com
Blog: phienstory.blogspot.com
Twitter: @phien13
* * *
Ingin berinvestasi reksa dana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.