Bareksa.com - Tahun 2015 merupakan masa yang penuh dengan tantangan, khususnya bagi investasi di bidang reksa dana. Investasi reksa dana sepanjang tahun lalu mencatatkan return negatif.
Bagaimana dengan tahun ini dan apakah yang harus kita lakukan dalam mengelola portofolio investasi? Bareksa mendapat kesempatan mewawancarai perencana keuangan Aidil Akbar. Berikut petikan wawancara tersebut.
Pada 2015 hampir semua reksa dana saham negatif. Bagaimana prospek tahun ini? Apakah kita harus membeli lagi? Apalagi ada efek psikologis dari berkurangnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) sehingga ingin mengalihkan ke investasi lainnya.
Pertama, hal yang harus kita tahu, seberapa besar minusnya. Bila minusnya 12 persen berarti performa reksa dananya masih bagus karena masih lebih baik dari market yang turun 20 persen. Kecuali kalau portofolio kita turun 20 persen, itu baru ada masalah.
Kedua, timing memasukkan reksa dananya kapan. Apakah saat market berada di level 5.000. Karena ada klien saya yang masuk ke pasar modal saat IHSG berada di level 4.000 dan (return) dia tidak minus.
Mengenai bagaimana berinvestasi saya selalu menyarankan berinvestasilah secara reguler. Kalau bisa berinvestasi pada tanggal yang sama setiap bulannya.
Jadi investasinya dilakukan terus tidak perduli market-nya mau naik atau mau turun. Hebatnya berinvestasi secara reguler saat market turun, pembelian NAB kita malah akan menjadi lebih banyak. Jadi kalau jangka panjang, yang kita hitung adalah pembelian NAB rata-rata.
Berdasarkan nasihat dari para bapak investasi di luar negeri, 90 persen keberhasilan investasi itu bukan dikarenakan masuk pada timing yang tepat, melainkan memilih portofolio yang tepat dan konsisten.
Kalau punya uang banyak masalah, bagus, tetapi investasi reguler harus dijalankan terlebih dulu. Misalkan anda mendapatkan bonus atau penghasilan anda tidak tetap dan mendapatkan pekerjaan besar. Itu tidak apa-apa diinvestasikan. Namun investasi reguler harus tetap ada.
Misalkan dalam jangka waktu tiga tahun mendatang anak saya akan sekolah, di mana saya harus menginvestasikannya?
Bila bicara tiga tahun berarti kita tidak bisa bicara dengan risiko yang lebih tinggi. Sebab berdasarkan hasil riset saya, di Indonesia jika bursa jatuh, butuh waktu 12 - 18 bulan untuk kembali ke posisi semula.
Ini hanya berdasarkan statistik saja, tidak ada garansi akan terjadi seperti itu. Namun di Amerika, cenderung pulih lebih lama hingga tiga tahun.
Artinya, kalau hanya punya waktu tiga tahun kurang, lebih baik jangan berinvestasi di reksa dana saham, pasar modal atau saham. Kecuali anda punya profil risiko yang sangat agresif.
Kalau di bawah tiga tahun sebaiknya pilih produk yang tidak terlalu turun dan naik sehingga relatif aman. Kalaupun produk tersebut menurun akan cepat naik lagi.
Contoh produk seperti itu adalah obligasi, surat utang negara, sukuk ritel, ORI, ataupun reksa dana pendapatan tetap.
Tahun 2016 dengan kondisi seperti saat ini, reksa dana apa yang performa bisa bagus?
Kalau bicara performa itu bergantung market. Sekarang euforianya positif, semua analis bilang positif termasuk saya bilang positif. Tetapi saya positif waspada karena banyak elemen di luar kontrol kita yang bisa mengganggu elemen investasi kita.
Bila ada sentimen positif sepert ini mungkin bagus untuk saham, tetapi tidak bisa hanya untuk satu tahun. Kalau investasinya untuk menikah jangan ditaruh di saham.
Kalau ditanya mana yang bagus ? Itu yang jatuh paling dalam paling bagus karena itu yang memberi diskon paling besar. Dengan catatan kita berinvestasi untuk 2017-2018.
Di Indonesia ada salah kaprah antara investor dan trader. Investor tujuannya jangka panjang mau up down berapa pun, saya tidak peduli karena tujuan saya 2020 - 2030.
Kalau pertanyaannya mana yang bagus pada 2016, itu berarti view-nya sebagai trader bukan investor. Ini banyak terjadi salah kaprah, bahkan di bursa juga sehingga semua bisa saja disebut investor.
Trader pun berbeda beda. Ada juga yang jangka panjang, Warren Buffett itu trade and hold. Ada juga yang mingguan, bulanan, harian juga ada.
Kembali lagi ke pertanyaan mana yang bagus, semakin dalam dia jatuh, semakin banyak saya taruh uang di sana selama fundamentalnya bagus.
Namun, sebagus-bagusnya investasi adalah investasi yang dilakukan. Jadi sebagus apa pun itu kalau tidak dilakukan akan bagus.
Lebih bagus mana sekali dalam jumlah besar atau kecil secara berkala?
Dua duanya bagus. Permasalahannya adalah kita mengerti pasar atau tidak. Kalau kita tidak mengerti pasar masuklah setiap bulan. Kalau anda berani kehilangan 20 persen dalam waktu singkat, jangan ditaruh sekaligus. Tetapi kalau anda oke-oke saja karena tidak akan dipakai dalam jangka waktu singkat, ya 'hajar'.
Tetapi kalau takut jangan masuk sekaligus. Itu kembali lagi, bergantung dari profil risiko kita. Namun yang paling penting adalah sebelum uang besar masuk, uang kecilnya harus dicover terlebih dulu, kalau tidak ketinggalan kereta.
***
***
Butuh bantuan?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini