Investasi Properti Vs Reksa Dana, Mana Lebih Menguntungkan di 2014?

Bareksa • 30 Dec 2014

an image
Bangunan tempat tinggal tercermin di atas air di sebuah sungai di Hechi (REUTERS)

Pertumbuhan harga properti di kuartal III melambat menjadi 6,53% dari 7,40% di kuartal II 2014.

Bareksa.com - Meningkatnya suku bunga dan pembatasan kredit membuat pertumbuhan harga properti di tahun 2014 tidak semenarik di tahun-tahun sebelumnya. Menurut survei Bank Indonesia pada kuartal III 2014 harga properti residensial hanya tumbuh 6,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya (year on year). Pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan dengan kuartal II 2014 yang mencapai 7,40 persen.

Melambatnya pertumbuhan harga properti itu terjadi pada semua tipe rumah, terutama rumah dengan tipe kecil. Sementara berdasarkan wilayah, perlambatan paling signifikan terjadi di Denpasar dan wilayah Jabodetabek-Banten.

Namun demikian, keuntungan dari investasi di saham-saham porperti pada tahun ini masih cukup menjanjikan. Indeks saham properti secara tahunan hingga September 2014 masih memperlihatkan kenaikan sebesar 16 persen; jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan potensi return dari invetasi properti secara riil sebagaimana diindikasikan survei BI tersebut.

Grafik: Pertumbuhan Indeks Saham Properti

Sumber: Bareksa.com

Perlu dicatat, tidak semua saham properti membukukan peningkatan nilai di tahun 2014. Menurut data Bareksa.com, dari beberapa saham properti papan atas hanya saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang memperlihatkan angka peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan harga properti residensial sampai September 2014.  

Grafik: Return Saham Properti

 

Sumber: Bareksa.com

Saham APLN pada periode September 2013 - September 2014 naik 22,50 persen, BSDE naik 7,29 persen dan SMRA naik 31,18 persen. Adapun PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) malah membukukan return negatif, masing-masing 23 persen dan 11 persen.

Lantas bagaimana dengan reksa dana, jika dibandingkan dengan dua jenis investasi di atas?

Berdasarkan data Bareksa.com, indeks reksa dana saham periode September 2013 - September 2014 meningkat 17 persen.

Grafik: Indeks Reksa Dana Saham

Sumber: Bareksa.com

Dalam satu tahun terakhir, dari 151 reksa dana saham yang tercatat, hanya satu yang mencatatkan return negatif. Sebanyak 76 reksa dana lain bahkan mampu menunjukkan kenaikan lebih tinggi dibandingkan indeks reksa dana saham itu sendiri.

Selain reksa dana saham, beberapa jenis reksa dana lain juga menunjukan return tahunan yang menarik. Setahun terakhir, reksa dana saham-syariah mencatat return 22,60 persen dan reksa dana campuran-syariah 17,10 persen.

Bahkan, dalam periode 5 tahun, return reksa dana campuran-syariah 61,16 persen jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan return reksa dana campuran 45,42 persen. Mengapa?

Isi portofolio reksa dana campuran merupakan gabungan antara saham dan obligasi. Reksa dana campuran-syariah memiliki return yang lebih besar karena komposisi portofolionya lebih banyak berisi saham dibandingkan obligasi. Kinerja reksa dana saham jauh melampaui reksa dana pendapatan tetap.

Selain itu, menyesuaikan dengan kategori syariah maka isi portofolionya harus merupakan saham yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES) maupun obligasi syariah (sukuk). Jumlah maupun nilai nominal sukuk masih lebih kecil dibandingkan obligasi konvensional.Karena itu, akibat dari tingginya komposisi saham, risiko reksa dana campuran-syariah otomatis lebih tinggi dibandingkan reksa dana campuran.

Tabel: Return Reksa Dana

Sumber: Bareksa.com

Dari 27 reksa dana saham-syariah yang ada di database Bareksa.com, hanya satu yang menunjukkan return negatif dalam periode satu tahun terakhir. Sementara itu, 5 reksa dana saham syariah mampu menghasilkan return lebih tinggi ketimbang Indeks LQ45.

Performa reksa dana campuran-syariah lebih bagus lagi. Dari 21 yang tercatat, tidak ada satupun yang mencatatkan return negatif. Bahkan, tiga reksa dana campuran-syariah berhasil membukukan return lebih tinggi dari IHSG. (kd)

DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.