Bareksa.com - Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 1 Desember 2022 menilai stabilitas sektor jasa keuangan pada November 2022 tetap terjaga. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) konsisten tumbuh meningkat, sehingga terus mendukung peningkatan kinerja perekonomian nasional di tengah tingginya ketidakpastian global.
“OJK mencatat sejumlah lembaga internasional seperti OECD memperkirakan ekonomi global akan tumbuh melambat di 2023 disebabkan oleh pengetatan kebijakan moneter global, tingginya harga komoditas energi dunia yang dipengaruhi tensi geopolitik, dan masih persistennya tingkat inflasi di level yang tinggi. Karena itu perlu dicermati perkembangan sektor-sektor yang memiliki porsi ekspor yang tinggi serta sektor padat modal yang akan lebih terdampak oleh kenaikan suku bunga,” kata Mahendra dalam konferensi pers hasil RDK (7/12/2022).
Menurut dia, indikator perekonomian terkini menunjukkan kinerja ekonomi nasional masih cukup baik. Di antaranya neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang berada di zona ekspansi, serta indikator pertumbuhan konsumsi masyarakat yang masih solid.
Selain itu, kata Mahendra, optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi juga masih positif. Bank Indonesia kembali meningkatkan suku bunga acuan 50 bps atau 0,5% untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Meski begitu, laju pemulihan perekonomian maupun intermediasi sektor keuangan belum terlalu terdampak atas kenaikan suku bunga tersebut,” ungkapnya.
Untuk diketahui, sepanjang 2022 hingga November, BI telah menaikkan suku bunga acuan (BI 7 Day Reverse Repo Rate) 175 basis poin atau 1,75 persen, dari sebelumnya 3,5% jadi 5,25%. Inflasi RI pada periode Januari – November 2022 mencapai 5,7%, relatif terjaga dibandingkan negara-negara lain.
Di periode yang sama, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuan 375 basis poin atau 3,75% dari sebelumnya 0-0,25% jadi 3,75% hingga 4%. Angka inflasi Negara Paman Sam masih di level tinggi yakni 7,7% sepanjang tahun berjalan hingga November.
Anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi mengatakan kinerja pasar saham hingga akhir November 2022 melemah 0,25% sepanjang bulan berjalan (MTD) ke level 7.081,31, dengan investor non residen (asing) mencatatkan inflow (dana masuk) Rp0,74 triliun. Sepanjang tahun berjalan (YTD) hingga November, IHSG tercatat menguat 7,59% dengan investor non residen membukukan beli bersih Rp81,49 triliun.
“Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 3,24% MTD dan 2,75% YTD ke level 341,96. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non residen tercatat Rp40 miliar (MTD) atau Rp530 miliar (YTD),” dia menjelaskan.
Sumber : OJK
Di pasar SBN (Surat Berharga Negara), investor non residen mencatatkan inflow Rp23,7 triliun (MTD), sehingga mendorong penurunan yield (imbal hasil) SBN rata-rata 43,32 bps MTD di seluruh tenor. Secara YTD, yield SBN telah meningkat rata-rata 57,54 bps, di seluruh tenor dengan investor non residen mencatatkan net sell Rp154,41 triliun.
Inarno menyatakan kinerja reksadana pada November 2022 tercatat menurun, yang tercermin dari penurunan nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan 1,26% (MTD) jadi Rp512,17 triliun. Tercatat net redemption (pencairan bersih) reksadana mencapai Rp9,75 triliun pada November 2022.
Sepanjang tahun berjalan hingga November 2022, NAB reksadana turun 11,46% dan masih mencatatkan net redemption Rp78,35 triliun. “Namun minat masyarakat untuk melakukan pembelian reksadana masih tinggi ditandai dengan nilai subscription Rp849,88 triliun,” Inarno menjelaskan.
Nilai net redemption reksadana pada November meningkat jika dibandingkan September 2022 yang senilai Rp68,6 triliun dan sepanjang 2021 yang hanya Rp4,85 triliun. Sedangkan pada 2020, Industri reksadana mencatatkan pembelian bersih (net subscription) Rp35,23 triliun.
Inarno menambahkan minat untuk penghimpunan dana di pasar modal masih terjaga tinggi, yaitu senilai Rp226,49 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 61 emiten. Di pipeline, masih terdapat 91 rencana Penawaran Umum dengan nilai Rp96,29 triliun dengan rencana Penawaran Umum oleh emiten baru 57 perusahaan.
Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), hingga 25 November 2022 telah terdapat 11 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK. Rinciannya, 314 Penerbit, 129.958 pemodal dan total dana yang dihimpun Rp661,32 miliar.
Inarno mengatakan jumlah investor pasar modal pada November 2022 menembus 10,15 juta dengan 52,71% merupakan investor lokal. Jumlah investor pasar modal meningkat 1,7% dibandingkan Oktober 9,98 juta investor.
Dibandingkan akhir 2021 yang sebanyak 7,49 juta investor, maka jumlah investor pasar modal November 2022 naik 35,5%. Serta dibandingkan akhir 2020 yang sejumlah 3,88 juta, maka jumlah investor pasar modal naik 2,6 kali lipat atau 161%. Serta jika dibandingkan akhir 2019 yang sebanyak 2,48 juta, maka jumlah investor pasar modal hingga November 2022 telah naik 4 kali lipat.
Sumber : KSEI
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.