Potensi dan Tantangan Fintech untuk Mendorong Pasar Modal Indonesia

Hanum Kusuma Dewi • 20 Nov 2020

an image
diskusi bertajuk "Take a Chance : Fintech Has Deepened and Further Increased Resiliance of Indonesia's Capital Market" dalam ajang Pekan Fintech Nasiconal secara virtual (20/11/2020).

Fintech tidak hanya membantu pertumbuhan pasar modal, tetapi juga menguatkan stabilitas

Bareksa.com - Indonesia memiliki potensi pertumbuhan besar di pasar modal dengan bantuan teknologi keuangan atau financial technology (fintech). Namun, masih ada tantangan yang mungkin muncul di masa depan dan perlu diatasi bersama oleh para pemangku kepentingan. ​​

Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Uriep Budhi Prasetyo mengatakan bahwa perkembangan pasar modal melalui fintech cukup pesat, bahkan dalam masa pandemi ini. Data KSEI mencatat jumlah investor pasar modal per Oktober 2020 mencapai 3,39 juta single investor identification (SID), dan sebanyak 1,69 juta atau 49,75 persen berasal dari agen penjual fintech. Dari jumlah SID melalui fintech tersebut, sekitar 99 persen merupakan investor individu atau investor ritel. 

Demografi Investor Pasar Modal Berdasarkan Usia dan Nilai Aset

Sumber: Paparan Dirut KSEI Uriep Budhi Prasetyo

"Investor muda, dengan usia di bawah 30 tahun, mendominasi pasar modal. Ke depan ini menjadi aset luar biasa karena Indonesia punya bonus demografi. Dalam 15 tahun ke depan, usia produktif di Indonesia akan meningkat dan ini meningkatkan jumlah investor," ujar Uriep dalam diskusi bertajuk "Take a Chance : Fintech Has Deepened and Further Increased Resiliance of Indonesia's Capital Market" dalam ajang Pekan Fintech Nasiconal secara virtual (20/11/2020).

Sementara itu, CEO/Co-Founder Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengakui bahwa fintech tidak hanya membantu pertumbuhan pasar modal, tetapi juga menguatkan stabilitas terutama di masa pandemi. Contoh kasus di Bareksa, jumlah dana kelolaan dan investor justru bertambah di masa pandemi, sedangkan industri mengalami penurunan. 

Ke depan, Karaniya menilai dengan potensi demografi Indonesia yang sangat besar tersebut dan tingkat pertumbuhan seperti saat ini, akan ada lonjakan jumlah investor dan dana kelolaan dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Namun, hal itu justru memicu dua tantangan baru yang harus dihadapi. 

"Pertama, masalah infrastruktur. Apakah dengan sistem yang berjalan sekarang sudah bisa menampung banyaknya transaksi, dengan potensi pertumbuhan besar tersebut?" kata Karaniya dalam diskusi yang sama.  

Tantangan kedua, berkaitan dengan skala ekonomi, terutama biaya-biaya yang harus ditanggung dengan semakin kecilnya nilai transaksi oleh investor ritel. Sebagai contoh, Surat Berharga Negara (SBN) ritel sekarang sudah bisa dibeli dengan modal Rp1 juta. Namun, nilai kupon per bulan yang ditransfer jumlahnya lebih kecil daripada biaya transfer antar bank, sehingga membuatnya kurang ekonomis. 

Menanggapi potensi pasar modal ke depan, Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko Bursa Efek Indonesia mengatakan pihaknya sudah mengantisipasi. Contohnya, dari infrastruktur bursa yang bisa menampung hingga 7 juta transaksi per hari. 

"Kami lihat pertumbuhan ketika pandemi ini eksponensial, dari 300.000 menjadi sekarang 1 juta transaksi per hari. Backbone sudah siap hingga 7 juta transaksi per hari. Hanya yang menjadi tantangan adalah masalah koneksi, karena kami masih menggunakan pihak ketiga," ujar Fitri. 

Di samping itu, Bursa Efek Indonesia juga bersinergi bersama self regulated organization lain, yaitu KSEI dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) di bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain meningkatkan kapasitas teknologi, Bursa, setelah direstui oleh OJK, sudah memungkinkan setelmen saham dalam 2 hari, dari sebelumnya 3 hari. 

"Dengan upaya-upaya tadi, kami fasilitasi naiknya jumlah partisipasi ritel di pasar modal. Kita akan improve terus," kata Fitri. 

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

​DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.