Bareksa.com - Fase new normal pasca pandemi Covid-19 diharapkan bisa kembali mendorong ekonomi Indonesia, yang tercermin lebih dahulu di pasar saham. Sejumlah sektor diperkirakan masih bisa bertahan dan bahkan segera kembali seperti masa sebelum pandemi.
Sentimen paling terpenting yang mendorong pasar saham adalah bagaimana negara-negara mulai melakukan pelonggaran terhadap pembatasan aktivitas untuk kembali mendorong ekonomi. Selain itu, para pembuat kebijakan juga memberikan stimulus besar untuk kembali menggerakkan ekonomi.
Sonny John, Head of Research Batavia Prosperindo Aset Manajemen, mengatakan bahwa negara-negara di dunia mulai melakukan pelonggaran dan ekonomi mereka mulai pulih dari titik terendah.
"Recovery global mulai terjadi perlahan. Hal ini akan terefleksi dalam data ekonomi terbaru," ujar Sonny dalam market update yang disampaikan pada nasabah, 3 Juni 2020.
Dia juga menjelaskan ada tambahan stimulus yang rencananya diberikan bank sentral AS untuk quantitative easing (QE) sebesar US$3 triliun. Bila rencana tersebut disetujui, ekonomi akan kembali bergerak.
Di samping itu, perkembangan vaksin juga memberikan harapan bahwa wabah Covid-19 akan bisa segera teratasi. Menurut World Health Organization, saat ini ada sekitar 10 vaksin yang akan memasuki tahap uji coba.
Meskipun demikian, masih ada ketidakpastian yang muncul akibat ketegangan antara Amerika Serikat dan China. AS pun telah memutuskan hubungan istimewa dengan Hong Kong, yang merupakan wilayah administrasi khusus dari China.
Dengan latar belakang tersebut, Head of Equity BPAM Fadil Kencana memandang bahwa masih ada ketidakpastian yang bisa membuat pasar bergerak volatil. Menurutnya, perlu memantau kondisi pasar setelah pembukaan kembali ekonomi. "Market sangat volatil, sebaiknya pantau setelah reopening stage," katanya dalam market update kepada nasabah 3 Juni 2020.
Di samping itu, BPAM melihat bahwa ada sejumlah sektor saham yang masih bisa bertahan dalam kondisi pandemi. Hal ini bisa dilihat dari perkiraan laba per saham (EPS forecast) yang dibuat oleh konsensus analis.
Grafik Perkiraaan EPS 2020 Menurut Konsensus Analis
Sumber: Presentasi BPAM
Menurut konsensus analis, sektor-sektor saham yang masih kuat dan tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi adalah konsumer (consumer staples), tembakau, teleomunikasi. Bahkan, sektor penyedia menara telekomunikasi bisa mendapatkan keuntungan lebih besar di saat pandemi ini.
"Consumer staples paling resilient di masa ini," ujar Fadil.
Sebagai informasi, investasi saham dilakukan oleh investor yang memiliki profil risiko tinggi dan memiliki pengetahuan cukup mendalam di pasar saham. Untuk investor yang tidak memiliki waktu untuk terus memantau aset investasi saham, bisa memilih investasi reksadana saham.
Perlu diingat, dalam investasi saham ada risiko pergerakan pasar yang cepat. Sehingga, investasi saham atau investasi reksadana saham disarankan untuk investor dengan profil risiko agresif yang bisa menerima risiko tinggi (risk taker) serta untuk investasi jangka panjang (di atas lima tahun).
Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan. Adapun reksadana saham mayoritas portofolionya adalah saham, yang berisiko fluktuatif dalam jangka pendek tetapi berpotensi imbal hasil tinggi dalam jangka panjang.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.