Dana Asing Masuk Hampir Rp20 T, IHSG dan Reksadana Saham Naik Sambut New Normal

Bareksa • 05 Jun 2020

an image
Aktivitas pekerja di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. IHSG menguat ditopang sejumlah saham berkapitalisasi pasar besar. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Indeks Reksadana Saham Bareksa sudah menguat 5,87 persen dalam sebulan terakhir hingga 4 Juni 2020

Bareksa.com - Fase new normal pasca pandemi Covid-19 diharapkan bisa kembali mendorong ekonomi Indonesia. Investor asing pun kembali masuk sehingga memberi dorongan bagi pasar saham Tanah Air.

Menurut data Bursa Efek Indonesia yang diolah Bareksa, investor asing telah kembali masuk Rp19,92 triliun ke pasar saham sejak 20 Mei hingga 4 Juni 2020.

Dalam jangka waktu 8 hari perdagangan tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal Indonesia telah menguat 8,09 persen hingga ditutup di level 4.916,70 pada penutupan 4 Juni 2020.

Grafik Kepemilikan Asing di Pasar Saham Indonesia (Rp Triliun)

Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa

Masuknya dana asing ke pasar saham (foreign inflow) ini juga seiring dengan mulai stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurut data kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah setara Rp14.075 per dolar AS pada 4 Juni 2020.

Dorongan di pasar saham ini seiring dengan sentimen positif terkait pelonggaran sosial pasca pandemi Covid-19 secara global, tidak hanya di Indonesia. Selain itu, WHO juga mengumumkan tentang perkembangan sejumlah calon vaksin yang akan masuk tahap uji coba.

Bersamaan dengan menguatnya IHSG, reksadana saham juga turut menguat. Bahkan, reksadana yang mayoritas portofolionya berisikan aset saham ini bisa mengalahkan kinerja jenis reksadana lainnya dalam sebulan terakhir.

Indeks Reksadana Saham Bareksa sudah menguat 5,87 persen dalam sebulan terakhir hingga 4 Juni 2020. Kinerja ini disusul oleh Indeks Reksadana Campuran yang naik 4,02 persen dan Indeks Reksadana Pendapatan Tetap yang naik 2,99 persen.

Sementara itu, Indeks Reksadana Pasar Uang justru melemah 0,31 persen dalam sebulan terakhir.

Grafik Perbandingan Indeks Reksadana Bareksa Sebulan*


*per 4 Juni 2020
Sumber: Bareksa.com

Direktur Utama Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana mengatakan, secara historikal, bursa saham lebih cepat bereaksi daripada ekonomi. Bursa saham Indonesia juga ikut bergerak setelah ekspektasi pemulihan ekonomi global yang berawal dari Amerika Serikat.

"Bursa saham merespon lebih dulu daripada ekonomi. Dalam tiga sampai enam bulan diperkirakan GDP (produk domestik bruto) recover," kata Jemmy dalam sebuah webinar 2 Juni 2020.

Pergerakan investor untuk kembali masuk ke pasar saham terjadi setelah mempertimbangkan valuasi saham yang terbilang cukup murah. Bila menggunakan rasio nilai buku (price to book value atau PBV), valuasi saham-saham di Bursa Efek Indonesia sudah menyentuh level terendah dalam 15 tahun.

IHSG menjadi acuan bagi pasar modal Indonesia, termasuk mereka yang memilih investasi saham dan reksadana saham. Maka, investor dengan tujuan jangka panjang bisa menggunakan momen ini untuk membeli reksadana saham atau reksadana indeks saham.

Akan tetapi, perlu diingat ada risiko pergerakan pasar yang cepat. Sehingga, investasi saham atau reksadana saham disarankan untuk investor dengan profil risiko agresif yang bisa menerima risiko tinggi (risk taker) serta untuk investasi jangka panjang (di atas lima tahun).

Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan. Adapun reksadana saham mayoritas portofolionya adalah saham, yang berisiko fluktuatif dalam jangka pendek tetapi berpotensi imbal hasil tinggi dalam jangka panjang.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.