Berapa Lama IHSG Pulih Pasca Krisis? Ini Data Historisnya
Victoria AM menilai saat ini IHSG belum menunjukkan tanda-tanda bangkit untuk pemulihan dari krisis Covid-19
Victoria AM menilai saat ini IHSG belum menunjukkan tanda-tanda bangkit untuk pemulihan dari krisis Covid-19
Bareksa.com - Pandemi virus corona Covid-19 telah menyebabkan dampak tidak hanya di sektor kesehatan tetapi juga ekonomi. Dampaknya tercermin dari kinerja pasar modal selama pandemi ini berlangsung.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa di sektor keuangan, wabah ini lebih dahsyat ketimbang krisis keuangan global 2008-2009. Hal ini bisa dilihat dari keluarnya dana investor asing dari pasar keuangan (saham dan obligasi).
Sepanjang Januari-Maret 2020 terjadi arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia yang mencapai Rp145,28 triliun. Sebagai gambaran, arus modal keluar (capital outflow) kala krisis keuangan global 2008-2009 adalah Rp67,9 triliun dan kala taper tantrum 2013 yang sebesar Rp36 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
"Periode Januari-Maret lalu sudah lebih dari dua kali lipat dibandingkan yang terjadi saat guncangan krisis keuangan global," ujar Sri Mulyani dalam jumpa pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) periode kuartal I-2020, Senin (11/5/2020).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah turun sekitar 27 persen sejak awal tahun (year to date). Per 11 Mei 2020, IHSG ditutup di level 4639,10.
Bagi kita yang berinvestasi di pasar modal, tentu mempertanyakan kapankah IHSG akan bangkit dan kembali ke level sebelum krisis akibat pandemi ini?
Grafik Pergerakan IHSG 1997-2020
Sumber: Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa.com
Mengenai hal ini, tidak ada yang tahu jawaban pastinya karena semua bergantung pada kondisi penyebaran wabah ini. Namun, kita bisa melihat data historis bagaimana IHSG bisa pulih setelah melewati krisis-krisis lain di masa lampau.
Menurut data yang dikompilasi oleh Victoria Asset Management, masa pemulihan IHSG pasca penurunan cenderung lebih lama dibandingkan dengan periode penurunan. Adapun perbandingan (rasio) rata-rata periode pemulihan dibandingkan penurunan sebesar 3,27 kali.
Tabel Periode Penurunan dan Pemulihan IHSG
Sumber: Victoria AM, diolah Bareksa.com
Fund Manager Victoria AM Putu Wahyu Suryawan menjelaskan menggunakan asumsi rasio tersebut, bila penurunan IHSG saat ini terjadi dalam 13 bulan, maka masa pemulihan (recovery) IHSG akan membutuhkan waktu 42,28 bulan. Artinya, IHSG diasumsikan mencapai puncak pada 19 September 2023 di level 7387,42.
Di sisi lain, recovery return yang dihasilkan secara rata-rata sebesar 215,57 persen. Maka apabila penurunan IHSG sebesar -37,09 persen di awal tahun 2020, maka recovery return akan sebesar 26,65 persen hingga akhir 2020 dengan IHSG di level 5.200.
"Asumsinya kalau tengah tahun IHSG akan recovery, pada akhir tahun IHSG bisa 5.200," ujarnya dalam video conference bersama Bareksa pada 12 Mei 2020.
Meskipun demikian, Putu melihat saat ini IHSG belum menunjukkan tanda-tanda bangkit untuk pemulihan. Hal ini mempertimbangkan indeks obligasi AS dan obligasi negara Indonesia bertenor 10 tahun.
"IHSG memang sempat rebound tapi bergerak flat lagi, sehingga dalam waktu dekat koreksi masih bisa saja terjadi. Investor belum yakin," katanya.
Dia berharap stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp150 triliun bisa efektif mendorong pergerakan ekonomi. Bila terbukti ekonomi bisa berjalan normal kembali, sektor keuangan bisa bangkit lebih dulu. "Kalau stimulus efektif dan terkonfirmasi, sektor keuangan bisa leading, kembali lebih cepat," jelasnya.
Akan tetapi, untuk kondisi saat ini hingga Juni masih belum diketahui. Oleh sebab itu, investor sebaiknya mengalokasikan dana ke instrumen yang stabil dan berisiko rendah, seperti reksadana pasar uang.
"Dalam kondisi sekarang, likuiditas diutamakan. Investor lebih memilih untuk memegang cash atau instrumen yang likuiditasnya tinggi seperti reksadana pasar uang," kata Putu.
Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan. Adapun reksadana saham mayoritas portofolionya adalah saham, yang berisiko fluktuatif dalam jangka pendek tetapi berpotensi imbal hasil tinggi dalam jangka panjang.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.