Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,72 persen di level 6.481 pada penutupan perdagangan menjelang libur pemilu kemarin.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin sektor properti (2,48 persen) dan sektor aneka industri (1,66 persen).
Meski begitu, asing mencatatkan net selI Rp559,81 miliar, melanjutkan reli selama tiga hari berturut-turut.
IHSG menguat didorong aksi beli domestik seiring ekspektasi investor menjelang Pemilihan Umum 2019. IHSG menguat seiring Bursa Saham Asia lainnya seperti Indeks Nikkei 225 (0,24 persen), Hang Seng (1,07 persen) ,dan Indeks Shanghai Composite (2,39 persen) seiring ekspektasi atas stabilisasi ekonomi China.
Sedangkan di Amerika Serikat, Indeks S&P 500 (-0,23 persen), Indeks Nasdaq Composite (-0,05 persen), dan Indeks Dow Jones Industrial Average (-0,01 persen) ditutup pada perdagangan Rabu (17/04) kemarin didorong pelemahan saham perusahaan kesehatan seiring kekhawatiran investor tentang perubahan keijakan AS di bidang kesehatan.
Hasil Sementara Quick Count Bawa Angin Segar untuk IHSG
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo dan Ma'ruf Amin unggul atas Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count. Menurut hitung cepat Litbang Kompas, pasangan dengan nomor urut 01 itu telah unggul dengan suara mencapai 54 persen suara nasional pada pagi ini.
Sebelumnya, IHSG ditutup menguat pada perdagangan sebelumnya berada di level 6,481. Indeks berpeluang untuk melanjutkan penguatannya menuju resistance level yang berada di 6,520.
Stochastic yang mengalami bullish crossover memberikan peluang terjadinya penguatan. Namun jika indeks berbalik melemah dapat menguji support level 6,435.
Utang Luar Negeri Swasta Meningkat Pada Februari 2019
Pada bulan Februari 2019, Utang Luar Negeri (ULN) Swasta di Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi, 10,8% ke posisi USD 194,91 miliar. Pertumbuhan ULN swasta ini salah satunya ditopang oleh pertumbuhan di sektor industri pertambangan dan penggalian serta industri pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara, yang mana bertumbuh hingga 26,8% (YoY).
Sinyal Perlambatan Ekonomi Global Makin Menguat
Kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi global semakin mendekati kenyataan. Pemerintah Jerman contohnya, memotong proyeksi pertumbuhan ekonomi Jerman pada 2019 menjadi hanya sebesar 0,5%, merevisi proyeksi sebelumnya sebesar 1,0%.
Sebelumnya di bulan Januari, pemerintah Jerman sudah memotong proyeksi pertumbuhan dari 1,8% menjadi 1,0%. Tidak hanya Jerman, Tiongkok pun memberikan sinyal serupa, di mana pertumbuhan ekonomi pada kuartal-I 2019 tercatat hanya tumbuh sebesar 6,4%, terendah sejak krisis 2008.
Meskipun demikian, pertumbuhan Tiongkok ini masih berada di atas ekspektasi pasar, yang mana memprediksi pertumbuhan Tiongkok sebesar 6,3% (YoY).