Bareksa.com - Mengawali perdagangan hari pertama di kuartal II 2019, pasar saham Indonesia berhasil bangkit dengan kenaikan cukup meyakinkan pada perdagangan kemarin.
Kinerja bursa saham domestik berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang kompak berakhir di zona hijau. Indeks Nikkei (Jepang) melaju 1,43 persen, Indeks Shanghai meroket 2,58 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) melesat 1,76 persen, Indeks Straits Times (Singapura) naik 1,09 persen, dan Indeks Kospi (Korea) menguat 1,29 persen.
Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin harmonis di bidang perdagangan membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor. Negosiasi dagang selama dua hari di Beijing yang digelar pada pekan lalu terbukti berjalan dengan konstruktif seperti yang diungkapkan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Pada Kamis dan Jumat, akhir Maret lalu (28-29 Maret), Mnuchin berkunjung ke Beijing bersama Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer guna bernegosiasi dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He.
Selepas negosiasi tersebut usai, China memutuskan untuk menunda kenaikan bea masuk atas produk otomotif dan suku cadang asal AS yang semestinya berlaku pada 2 April. Semestinya, bea masuk atas produk tersebut akan naik dari 10 persen menjadi 25 persen, tetapi diputuskan ditunda.
"Langkah ini bertujuan untuk melanjutkan atmosfer positif dari perundingan kedua negara. Ini merupakan langkah konkret China untuk mendorong negosiasi perdagangan bilateral. Kami berharap AS bisa bekerja sama dengan China untuk mempercepat proses negosiasi dan mencapai tujuan menghapus ketegangan dagang," papar keterangan tertulis dari kantor Dewan Negara China, seperti dikutip dari Reuters.
Pada pekan ini, kedua negara akan kembali menggelar negosiasi dagang. Kali ini, giliran Liu He yang menyambangi Lighthizer dan Mnuchin di Washington.
Sejauh ini, perang dagang AS-China terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Di AS, beberapa hari yang lalu pembacaan akhir untuk angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal IV 2018 diumumkan di level 2,2 persen (QoQ annualized), jauh di bawah pembacaan awal yang sebesar 2,6 persen.
Angka final pertumbuhan ekonomi AS tersebut juga lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,4 persen, seperti dilansir dari Forex Factory.
Jika kesepakatan dagang bisa dicapai, tentu perekonomian AS dan China, berikut perekonomian dunia, bisa dipacu lebih cepat.
Pada Senin, 1 April 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,25 persen berakhir di level 6.452,61. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin berlangsung cenderung sepi, di mana tercatat 17,25 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi hanya Rp7,71 triliun.
Secara sektoral,hampir seluruhnya kompak berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, kecuali tiga sektor yang berakhir di zona hijau yaitu properti (1,66 persen), pertambangan (0,77 persen), dan perdagangan (0,29 persen).
Adapun tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yakni infrastruktur (-1,28 persen), aneka industri (-0,71 persen), dan keuangan (-0,41 persen).
Beberapa saham yang memberatkan IHSG kemarin :
1. Saham BBCA (-1,4 persen)
2. Saham FREN (-9,7 persen)
3. Saham UNVR (-0,8 persen)
4. Saham INKP (-4,7 persen)
5. Saham ASII (-0,7 persen)
Sebanyak 166 saham menguat, 228 saham melemah, dan 140 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) di seluruh pasar pada perdagangan kemarin senilai Rp106,7 miliar.
Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :
1. Saham TLKM (Rp105,71 miliar)
2. Saham BMRI (Rp67,99 miliar)
3. Saham GGRM (Rp56,28 miliar)
4. Saham BRPT (Rp55,68 miliar)
5. Saham BBRI (Rp41,48 miliar)
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle yang menggambarkan pergerakan IHSG cenderung mengalami tekanan hingga nyaris ditutup pada level terendahnya.
Namun pelemahan kemarin masih cukup wajar melihat posisinya yang masih cenderung terkonsolidasi dalam jangka pendek di sekitar garis middle bollinger band.
Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terpantau bergerak turun, mengindikasikan adanya momentum pelemahan dalam jangka pendek. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan adanya rebound.
Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang mengangkat laju IHSG pada perdagangan hari ini.
Indeks Dow Jones melaju1,27 persen, kemudian S&P 500 menguat 1,16 persen, dan Nasdaq Composite melesat 1,29 persen.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.