Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pagi ini, Selasa (26/03) dibuka menguat setelah pada perdagangan kemarin ditutup tertekan dalam. IHSG pada pukul 09.53 menguat 0,93 persen di level 6.470 dibandingkan penutupan perdagangan Senin.
IHSG kemarin berakhir melemah 1,75 persen di level 6.411 pada penutupan perdagangan awal pekan ini. Seluruh sektor ditutup melemah dipimpin oleh sektor barang konsumen (-2,77 persen), aneka industri (-2,46 persen) dan properti (-1,75 persen).
IHSG melemah seiring dengan bursa utama Asia lainnya seperti Indeks Nikkei 225 Jepang (-3,01 persen), Kospi Korea Selatan (-1,92 persen) dan Shanghai Composite (-1,97 persen) seiring dengan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global setelah Gubernur The Fed Jerome Powell mengindikasikan rencana The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga tahun ini.
Di Amerika Serikat, Indeks S&P 500 (-0,08 persen) dan Nasdaq Composite (-0,07 persen) ditutup turun tipis sedangkan Dow Jones (0,06 persen) mencatatkan kenaikan tipis. Wall Street berfluktuasi akibat terbebani kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun ke level terendahnya sejak Desember 2017, sedangkan kurva imbal hasil berinversi lebih lanjut saat investor terus mencermati komentar dovish The Fed. Walau demikian, kenaikan saham Boeing masih mendorong kenaikan Indeks Dow Jones.
IHSG Berpeluang Bergerak Variatif
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah berada di level 6.411. Indeks berpotensi untuk melanjutkan pelemahannnya menuju support level yang berada di 6.365 hingga 6.330.
Stochastic yang mengalami bearish crossover dan bergerak meninggalkan wilayah overbought berpotensi membawa indeks melemah. Namun jika indeks berbalik menguat dapat menguji resistance level 6.445.
Kemenkeu Perpanjang Bea Masuk Baja
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) perpanjang Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap impor besi dan baja dari Tiongkok. Perpanjangan bea masuk ini merupakan perpanjangan dari PMK Nomor 242 Tahun 2015 yang memang masa berlakunya habis pada tahun ini.
Menurut Kemenkeu, perpanjangan ini berdasarkan hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia yang mana membuktikan bahwa masih terdapat praktik dumping terhadap beberapa produk impor baja dan besi dari China. Peraturan perpanjangan ini akan berlaku 5 tahun sejak diresmikan pada 19 Maret yang lalu.
Perdagangan Global Semakin Merosot
Volume perdagangan global semakin menurun, yang mana merupakan level terburuk sejak krisis global 1 dekade yang lalu. Salah satu data yang dirilis menunjukan bahwa dalam 3 bulan terakhir, volume perdagangan turun 1,8 persen, penurunan terbesar sejak Mei 2009.
Penurunan volume ini mengonfirmasi adanya perlambatan ekonomi dunia dan reaksi kebijakan moneters seluruh bank sentral di dunia.
Janet Yellen : Inverted Bukan Pertanda AS akan Resesi
Mantan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Janet Yellen, mengatakan pasar obligasi AS saat ini bisa jadi tengah memberi sinyal perlunya pemotongan suku bunga dan mengakhiri tren pelemahan ekonomi.
Menurutnya, pembalikan yield obligasi bertenor tiga bulan dan 10 tahun yang terjadi sejak Jumat pekan lalu itu bukanlah pertanda resesi.
"AS memang tengah mengalami perlambatan pertumbuhan," ujarnya. Namun perkiraan The Fed bahwa AS akan tumbuh 2,1 persen dari 3,1 persen tahun lalu masih mendekati potensi Negeri Paman Sam itu.
"Jadi, ini bukanlah situasi yang berbahaya," kata Yellen. "Jadi, ya, pertumbuhan melambat, namun saya tidak melihat ekonomi melambat ke level yang akan menyebabkan resesi."
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal atau lebih berturut-turut.
(KA02/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.