Bareksa.com – Sejak memasuki November tahun lalu hingga saat ini, pasar keuangan Indonesia masih menerima masuknya dana-dana asing baik di pasar saham maupun obligasi, setelah sejak awal tahun lalu pasar keuangan domestik mengalami tekanan akibat faktor eksternal. Perbaikan ekonomi domestik serta tekanan global yang diperkirakan mereda sepanjang tahun ini akan menjadi angin segar bagi pasar keuangan.
Bahkan dalam beberapa hari terakhir indeks selama tiga hari mengalami penguatan karena laporan keuangan beberapa emiten memperlihatkan pencapaian yang lebih baik dari yang diperkirakan semula. Hingga akhir tahun ini perkembangan makro ekonomi diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibanding tahun lalu, setelah perekonomian tumbuh 5,17 persen, data neraca perdagangan Februari juga mengalami surplus US$329 juta, surplus pertama sejak September 2018.
Dengan melihat perkembangan terkini, Bahana Sekuritas meyakini, indeks harga saham gabungan (IHSG) akan berada pada kisaran 6.800 sepanjang tahun ini, dengan perkiraan price to earning ratio (P/E) sebesar 15,5x, naik dibanding P/E saat ini sekitar 14,9x.
Hal ini terutama ditopang oleh pertumbuhan rata-rata pendapatan emiten yang diproyeksikan mencapai 13,2 persen, kenaikan yang signifikan dibanding laju pertumbuhan tahunan rata-rata sepanjang 2010 – 2018 yang berada pada kisaran 6,6 persen.
“Tekanan dari eksternal kelihatannya tidak seberat tahun lalu, karena kenaikan suku bunga The Fed tertahan, yang juga akan berdampak positif untuk stabilitas nilai tukar,” papar Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi, Senin, 18 Maret 2019.
Pergerakkan IHSG Secara Year to Date Hingga 15 Maret 2019
Sumber: Bareksa.com
Lucky menambahkan, investasi akan mengalami perbaikan setelah selesai Pilpres, dengan melihat pengalaman Pilpres dalam 3 periode terakhir, selalu ada boom investasi usai Pilpres yang selalu berjalan damai.
Meski secara domestik akan ada perbaikan, namun beberapa risiko juga perlu dicermati seperti kenaikan harga minyak dunia yang akan berdampak pada pembengkakan defisit transaksi berjalan, perang dagang, turunnya harga komoditas dunia yang akan berdampak pada kinerja ekspor serta pengetatan suku bunga oleh Bank Indonesia bila kembali dilanjutkan. Bank sentral akan menentukan arah suku bunga pada 21 Maret, setelah menahan suku bunga di level 6 persen sejak Desember hingga bulan lalu.
Sektor Unggulan
Berbagai estimasi ini, membawa Bahana memilih beberapa sektor unggulan yang layak dipertimbangkan seperti sektor telekomunikasi yang telah mengalami masa sulit dalam setahun terakhir, untuk sepanjang tahun ini diperkirakan akan mengalami perbaikan kinerja seperti PT XL Axiata Tbk (EXCL), juga PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) di mana Bahana memperkirakan pertumbuhan pendapatan di level 7-9 persen.
Sektor tembakau atau rokok seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga akan mendapat sentimen positif karena pemerintah telah memutuskan tidak ada kenaikan cukai rokok untuk sepanjang tahun ini yang akan berdampak positif bagi profitabilitas perusahaan.
Bagi emiten penyalur bahan bakar seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) akan mendapat sentiment positif dari turunnya harga minyak dan juga AKR ditunjuk menjadi salah satu dari 18 pemasok biodiesel. Meningkatnya investasi setelah Pilpres dan penyelesaian divestasi Freeport juga bisa menunjang penjualan tanah di kawasan industri milik perusahaan.
Sektor konsumsi juga masih memiliki prospek positif dengan konsumsi rumah tangga yang diperkirakan lebih baik sepanjang tahun ini, dengan meningkatnya penyaluran dana desa dan bertambahnya bantuan kas langsung lewat program keluarga harapan.
Sektor konsumsi khususnya untuk kelompok menengah ke bawah seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) masih menjadi favorit Bahana, selain PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).
(AM)