Asing Net Sell Delapan Hari Beruntun, Bagaimana Peluang IHSG?

Bareksa • 20 Feb 2019

an image
Mahasiswa melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (26/11/2018). IHSG ditutup menguat 0,28 persen atau naik 16,58 poin ke level 6.022,78 pada perdagangan Senin (26/11) dari posisi Jum'at (23/11) pekan lalu di level 6.006,202. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Investor asing mencatatkan penjualan bersih cukup signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp618,67 miliar

Bareksa.com - Pasca mengalami lonjakan signifikan di awal pekan ini,pasar saham Indonesia terlihat cenderung grogi pada perdagangan kemarin hingga harus berakhir melemah tipis.

Kinerja bursa saham domestik senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga mengakhiri perdagangan di zona merah. Indeks Hang Seng (Hong Kong) melemah 0,42 persen, indeks Straits Times (Singapura) terkoreksi 0,19 persen, dan Indeks Kospi (Korea) turun 0,24 persen.

Perang dagang menjadi topik utama pada perdagangan kemarin. Sejauh ini, laporan-laporan yang ada mengindikasikan Amerika Serikat (AS) dan China masih cukup jauh dari memecahkan isu-isu seperti pencurian kekayaan intelektual dan pemberian subsidi kepada perusahaan domestik yang selama ini dilakukan oleh pihak China.

Sebagai informasi, tindak lanjut dari pertemuan di China pada pekan kemarin, negosiasi dagang lanjutan akan digelar di Washington mulai kemarin di tingkat wakil menteri. Pada hari Kamis dan Jumat, negosiasi tingkat menteri akan digelar, di mana Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertemu dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.

Jika sampai hasil dari negosiasi dagang pekan ini tidak memuaskan, besar kemungkinan periode gencatan senjata yang akan berakhir pada 1 Maret tidak diperpanjang dan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$200 miliar akan dinaikkan tarifnya menjadi 25 persen (dari yang saat ini 10 persen) mulai tanggal 2 Maret.

Tidak hanya perang dagang AS - China, pelaku pasar juga dihadapkan pada perang dagang AS - Uni Eropa. Uni Eropa bersumpah untuk mengeluarkan kebijakan balasan jika AS mengenakan bea masuk baru bagi impor mobil asal Uni Eropa. Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker mengatakan blok ekonomi tersebut tidak akan membeli kedelai dan LNG dari AS.

Juncker berbicara pasca Kementerian Perdagangan AS diketahui telah mengirim rekomendasi ke meja Presiden AS Donald Trump mengenai wacana pengenaan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadangnya. Trump punya waktu 90 hari untuk mengambil keputusan berdasarkan rekomendasi tersebut.

Dari dalam negaranya sendiri, wacana pengenaan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadangnya sudah ditolak mentah-mentah oleh pelaku usaha. US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan tertulisnya menolak pengenaan bea masuk tersebut.

Bea masuk akan membuat harga jual mobil naik sampai ribuan dolar AS sehingga penjualan terancam turun. Akibatnya dikhawatirkan bisa membuat industri otomotif AS melakukan PHK terhadap ribuan pekerja.

"Bea masuk ini, kalau diterapkan, malah berpotensi membuat perusahaan memindahkan fasilitas produksinya ke luar negeri dan meninggalkan AS. Tidak ada satu pun perusahaan otomotif yang meminta penyelidikan yang berujung kepada rekomendasi ini," tegas US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan tertulisnya.

Pada Selasa, 19 Februari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,05 persen dengan berakhir di level 6.494,67. Aktivitas transaksi pada perdagangan kemarin cukup ramai, di mana tercatat 13,7 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp8,28 triliun.

Secara sektoral, penguatan dan pelemahan terbagi rata ke dalam masing-masing lima sektor pada perdagangan kemarin. Tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni pertambangan(1,51 persen), pertanian (0,57 persen), dan properti (0,43 persen).

Sementara itu, tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yakni industri dasar (-1,09 persen), aneka industri (-0,64 persen), dan manufaktur (-0,43 persen).

Beberapa saham yang memberatkan IHSG kemarin :

1. Saham BBCA (-1,8 persen)
2. Saham ASII (-1,3 persen)
3. Saham CPIN (-3 persen)
4. Saham BMRI (-1 persen)
5. SahamTPIA (-2,3 persen)

Sebanyak 226 saham menguat, 187 saham melemah, dan 118 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) cukup signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp618,67 miliar. Sebagai catatan, hal ini merupakan hari ke delapan beruntun investor asing melakukan net sell.

Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing :

1. Saham BBCA (Rp197,2 miliar)
2. Saham BMRI (Rp109,69 miliar)
3. Saham JPFA (Rp73,99 miliar)
4. Saham ASII (Rp42,14 miliar)
5. Saham BBNI (Rp37,26 miliar)

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk shooting star yang menggambarkan pergerakan IHSG cenderung mengalami tekanan, meskipun di awal perdagangan sempat bergerak positif.

Secara intraday, pergerakan IHSG sebenarnya cukup positif di sepanjang sesi pertama perdagangan dengan mampu bergerak di zona hijau, meskipun dengan kenaikan yang relatif terbatas.

Namun memasuki sesi kedua perdagangan, IHSG justru berbalik mundur hingga masuk ke zona merah dan ditutup pada level terendahnya, meskipun dengan pelemahan yang cukup tipis.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau cenderung bergerak datar, mengindikasikan adanya momentum kenaikan yang sedang tertahan. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang kembali mendorong laju IHSG pada perdagangan hari ini.

Indeks Dow Jones naik tipis 0,03 persen, kemudian S&P 500 menguat 0,15 persen, dan Nasdaq Composite bertambah 0,19 persen.

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.