Bareksa.com - Aksi jual yang dilakukan investor asing terus berlanjut pada perdagangan hari ini (Kamis 14 Februari 2019). Proyeksi perusahaan sekuritas global Credit Suisse yang dikeluarkan dua hari lalu (Selasa, 12 Februari 2019) dinilai masih jadi pemicu investor asing keluar dari pasar saham domestik.
Hingga jeda sesi pertama perdagangan siang ini, nilai jual bersih (net sell) investor asing dari pasar saham Tanah Air sudah mencapai Rp317,56 miliar. Senada dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mengalami koreksi 0,11 persen ke level 6.412,37.
Saham-saham yang terbanyak dilepas investor asing antara lain :
1. Saham BBCA (Rp146,99 miliar)
2. Saham BNLI (Rp41,42 miliar)
3. Saham BBRI (Rp37,69 miliar)
4. Saham BMRI (Rp33,97 miliar)
5. Saham TLKM(Rp31,7 miliar)
Menurut analisis Bareksa, proyeksi yang dikelurkan Credit Suisse terkait menurunkan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia telah membuat pemodal asing keluar dari pasar saham Indonesia.
Dalam risetnya yang dipublikasikan dua hari lalu (Selasa, 12 Februari 2019), Credit Suisse menurunkan rekomendasi terhadap pasar saham Indonesia menjadi 10 persen underweight (mengurangi bobot) dari yang sebelumnya 20 persen overweight (menambah bobot) karena penguatan signifikan pasar saham domestik yang terjadi sejak Mei 2018.
Alhasil, pada saat itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan anjlok 1,05 persen di level 6.426,33. Kemudian di hari yang sama, investor asing juga mencatatkan penjualan bersih (net sell) cukup signifikan mencapai Rp571 miliar.
Analis Credit Suisse, Alexander Redman dan Arun Sai menilai terjadi penguatan indeks MSCI Indonesia US Dollar sebesar 34 persen di atas indeks MSCI Emerging Market (EM) sejak pertengahan Mei 2018.
"Saat ini kami melihat ada kesempatan untuk menurunkan eksposur ke aset di Indonesia sebelum pasar memasuki fase underperformance karena enam alasan," ujar Redman dalam risetnya.
Beberapa alasan Credit Suisse menurunkan rekomendasi atas pasar saham Indonesia antara lain :
• Penguatan rupiah sudah cukup signifikan sehingga sudah cenderung dalam posisi jenuh beli (overbought),
• Secara siklus, pada 2019 Credit Suisse juga berkomitmen untuk Asia Utara, yang secara inkonsisten dengan rekomendasi overweight pada pasar saham Indonesia.
• Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat tergantung dari revisi penurunan target yang besar.
• Mengetatnya likuiditas akan membatasi pertumbuhan aset perbankan sedangkan profitabilitas sektor perbankan diprediksi akan stagnan dan valuasinya masih mahal.
• Saham Indonesia sedang ditransaksikan pada valuasi premium yang sudah tidak menarik (sudah mahal).
• Pasar saham Indonesia sudah jenuh beli (overbought) dan jenuh dimiliki (over-owned) dibanding posisinya secara historis.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.