Bareksa.com - Di tengah kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok lebih dari 1 persen kemarin (12 Februari 2019), harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) justru berhasil ditutup meroket 12,16 persen dengan berakhir pada level Rp166 per saham.
BUMI bergerak sangat atraktif pada perdagangan kemarin menempati peringkat ketiga saham dengan volume transaksi perdagangan sebanyak 8,02 juta lot, serta nilai transaksinya yang mencapai Rp127,93 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga broker teratas yang paling banyak membeli saham BUMI pada perdagangan kemarin antara lain Mirae Asset Sekuritas (YP) senilai Rp18,58 miliar, kemudian Mandiri Sekuritas (CC) Rp9,47 miliar, dan Phillip Sekuritas (KK) Rp8,09 miliar.
Nilai pembelian ketiga broker tersebut berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan BUMI masing-masing sebesar 14,52 persen, 7,40 persen, dan 6,32 persen.
Kerek Target Produksi
Emiten pertambangan terafiliasi Grup Bakrie ini mengerek target produksi batu bara perseroan pada tahun ini dari sebelumnya maksimal 90 juta ton, menjadi 94 juta ton. Perseroan mematok penjualan 2019 sebesar 96 juta ton.
Target produksi sebesar 94 juta ton tersebut diperoleh perseroan setelah pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk dua entitas anak perseroan yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (AI) yang menjadi motor utama produksi emas hitam perseroan.
Presiden Direktur Bumi Resources Saptari Hoedjaja menyampaikan bahwa di dalam RKAB yang telah disahkan tersebut, masing-masing KPC dan AI akan memproduksi hingga 62 juta ton dan 32 juta ton batu bara pada tahun ini. Sebagai catatan, pada tahun lalu perseroan memproduksi 81 juta ton batu bara.
"Kami melihat suplai batu bara dari Australia tidak akan meningkat signifikan pada 2019 ini. Kalau dolar Australia menguat, akan berat untuk mereka [untuk memproduksi], sedangkan Rusia terlalu jauh untuk memasok pasar Asia," ungkap Saptari dalam pertemuan dengan media, Selasa (12 Februari 2019).
Saptari mengungkapkan bahwa pasar Asia Pasifik merupakan pasar yang masih sangat atraktif bagi produsen-produsen batu bara global. Bumi Resources akan berkompetisi dengan produsen dari dua negara kompetitornya yaitu Australia dan Rusia.
Adapun, BUMI sebelumnya menyebut penjualan batu bara perseroan pada tahun lalu mencapai 85 juta—86 juta ton. Volume tersebut lebih tinggi dari target awal perseroan yaitu penjualan sebesar 83 juta ton.
Awalnya, perseroan berencana 90 juta ton batu bara, di mana sebagian besar kenaikannya akan disumbangkan oleh entitas anak perseroan yaitu PT Arutmin Indonesia yang membidik kenaikan produksi 2019 sebesar 10 persen.
Analisis Teknikal Saham BUMI
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham BUMI pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang sangat besar disertai short lower dan upper shadow.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa saham ini bergerak sangat positif dalam rentang yang sangat lebar hingga mampu berakhir satu tick di bawah level tertingginya, serta hanya sempat bergerak turun satu tick di bawah level pembukaannya.
Volume terlihat mengalami lonjakan signifikan dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang menandakan adanya antusiasme serta partisipasi yang besar dari para pelaku pasar.
Indikator relative strength index (RSI) juga terlihat mulai bergerak naik dan masih berada di sekitar area netral, mengindikasikan sinyal kenaikan yang kuat dengan target terdekat berada di level Rp190.
(KA01/hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.