Bareksa.com - Pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis, 17 Januari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dibuka menguat 0,59 persen ke level 6.450, dengan sektor tambang memimpin penguatan indeks secara sektoral.
Penguatan itu setelah kemarin IHSG bergerak variatif pada perdagangan kemarin meskipun pada akhirnya masih bisa berakhir pada zona hijau dengan kenaikan tipis.
Performa bursa saham domestik senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau kemarin. Indeks Shanghai (China) naik tipis 0,003 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) naik 0,27 persen, Indeks Straits Times (Singapura) menguat 0,28 persen, dan Indeks Kospi (Korea) bertambah 0,43 persen.
Sentimen yang mewarnai perdagangan kemarin datang dari ketegangan politik di Inggris. Nasib Perdana Menteri Inggris Theresa May yang berada di ujung tanduk justru membuat pelaku pasar senang. Pada dini hari kemarin, proposal Brexit yang diusung pemerintahan May ditolak oleh parlemen dengan hasil 432 berbanding 202. Ini adalah kekalahan pemerintah terbesar dalam sejarah Inggris modern.
Menanggapi hasil tersebut, pimpinan Partai Buruh Jeremy Corbyn kemudian mengajukan pelaksanaan pemungutan suara atas mosi tidak percaya terhadap kepemimpinan May. Pemungutan suara akan dilakukan pada hari ini.
Jika May lengser nantinya, Corbyn menjadi kandidat kuat untuk menempati posisi perdana menteri. Kehadiran pimpinan baru diharapkan akan membuat negosiasi dengan Uni Eropa menjadi mungkin untuk dibuka kembali sehingga proses Brexit bisa lebih mulus. Apalagi, renegosiasi memang merupakan rencana Corbyn jika dipercaya menjadi perdana menteri.
Dari China, Pemerintah China terlihat responsif dalam menanggapi data perdagangan internasionalnya yang menunjukkan adanya tekanan. Selasa (15/01/2019), Kementerian Keuangan China mengatakan mereka akan mengimplimentasikan pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar.
Melansir Reuters, beberapa analis percaya bahwa China dapat memberlakukan pemotongan pajak dan biaya senilai CNY2 triliun. Selain itu, China juga diyakini akan memperbolehkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus (special bond) senilai CNY2 triliun yang sebelumnya banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek penting.
Sementara dari dalam negeri, sentimen positif datang dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan digelar hari ini. Rencananya BI akan menggelar rapatnya pukul 14:00 WIB, di mana BI akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya.
BI berpotensi menahan suku bunga acuannya di level 6 persen seiring rupiah yang masih terjaga terhadap dolar AS, hal ini akan menjadi sentimen positif bagi IHSG serta sektor keuangan secara khusus. Saat ini BI 7 Day RR berada di level 6 persen, tingkat bunga penempatan di level 5,25 persen dan tingkat bunga fasilitas pinjaman berada di 6,75 persen.
Sentimen positif (khususnya bagi sektor keuangan) juga datang dari rilis data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengumumkan data pertumbuhan kredit. Data kredit bulan Desember 2018 tumbuh 12,9 persen, lebih tinggi dari November 2018 yang tumbuh 12,05 persen.
Menutup perdagangan Rabu, 16 Januari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,07 persen dengan berakhir di level 6.413,36. Aktivitas perdagangan terlihat berlangsung semarak, di mana tercatat 13,6 miliar saham ditransaksikan dengan total nilai transaksi Rp10,08 triliun.
Secara sektoral, penguatan dan pelemahan terbagi rata ke dalam masing-masing lima sektor. Tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggiyakni aneka industri (1,27 persen), disusul infrastruktur (1,25 persen), dan pertambangan (1,08 persen).
Sementara tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yaitu konsumer (-1,09 persen), industri dasar (-1,03 persen), dan manufaktur (-0,7 persen).
Beberapa saham yang menopang kenaikan IHSG kemarin :
1. Saham TLKM (1,5 persen)
2. Saham BBNI (2,8 persen)
3. Saham ASII (1,2 persen)
4. Saham BBCA (0,5 persen)
5. Saham PGAS (3,9 persen)
Sebanyak 214 saham menguat, 182 saham melemah, dan 148 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,45 triliun.
Saham-saham yang paling banyak diburu investor asing :
1. Saham BBCA (Rp348,54 miliar)
2. Saham TLKM (Rp258,46miliar)
3. Saham BBRI (Rp216,68 miliar)
4. Saham BBNI (Rp150,20 miliar)
5. Saham ASII (Rp130,04 miliar)
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk doji yang menggambarkan pergerakan IHSG cenderung mondar-mandir dari zona hijau ke zona merah, meskipun pada akhirnya mampu ditutup berakhir di zona hijau dengan kenaikan tipis.
Secara intraday, pergerakan IHSG cenderung masih berada di zona positif sepanjang sesi pertama perdagangan meskipun dengan penguatan yang relatif terbatas.
Memasuki sesi kedua perdagangan, IHSG justru cenderung berbalik arah hingga harus masuk ke zona merah. Namun pada akhirnya IHSG mampu mengakhiri perdagangan dengan kembali masuk ke zona hijau pada saat pre closing.
Kenaikan IHSG kemarin yang cenderung terbatas dengan mampu bertahan di atas level psikologis 6.400 mengindikasikan adanya uptrend yang masih terjaga dengan kuat, disamping garis upper dan middle bollinger band yang juga masih bergerak naik.
Selain itu, indikator relative strength index (RSI) juga terpantau masih bergerak naik, mengindikasikan sinyal kenaikan IHSG yang masih cukup kuat. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini masih berpotensi mengalami penguatan.
Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup serentak di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang mendorong IHSG pada hari ini. Indeks Dow Jones menguat 0,59 persen, kemudian S&P500 bertambah 0,22 persen, dan Nasdaq naik tipis 0,15 persen.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.