Ada Peluang Perdamaian Dagang AS - China, IHSG Berpeluang Lanjutkan Penguatan

Bareksa • 08 Jan 2019

an image
Karyawan melintas di bawah layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (13/9). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Lima saham yang paling diburu asing kemarin yakni BBCA, BBNI, TLKM, PGAS dan BBRI

Bareksa.com - Mengawali perdagangan pekan kedua di bulan Januari tahun 2019, pasar saham Indonesia berhasil mengalami pergerakan cukup positif meskipun relatif tipis.

Namun, jika dibandingkan dengan bursa saham utama Asia, penguatan bursa saham domestik terlihat minimalis. Indeks Nikkei 225 mengakhiri hari dengan lonjakan 2,44 persen, Hang Seng naik 0,82 persen, Shanghai Composite bertambah 0,72 persen, Kospi melesat 1,34 persen, dan Straits Times melompat 1,42 persen.

Optimisme terkait peluang perdamaian dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi buruan pelaku pasar.Kemarin dan hari ini (8/1/2019), perundingan tingkat wakil menteri terkait dengan isu-isu perdagangan antara AS dan China digelar di Beijing.

Kementerian Luar Negeri China kemarin mengatakan kedua belah pihak telah mengekspresikan keinginan untuk bekerja sama dalam mengimplementasikan kesepakatan yang telah dicapai antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping.

Dalam pertemuan tersebut, Wakil Perdana Menteri China Liu He yang merupakan tokoh penting dalam negosiasi dagang antar kedua negara ikut hadir. Pelaku pasar lantas menaruh harapan besar bahwa negosiasi tersebut akan membawa kedua negara satu langkah lebih dekat kepada damai dagang secara permanen.

Sentimen positif bagi bursa saham regional juga datang dari rilis data ekonomi. Kemarin, cadangan devisa China per akhir Desember 2018 diumumkan sebesar US$3,07 triliun atau sama dengan konsensus, seperti dilansir dari Trading Economics.

Kemudian, cadangan devisa Hong Kong periode yang sama diumumkan sebesar US$424,6 miliar, naik dari capaian per akhir November US$423,2 miliar.

Sentimen lain yang ikut meningkatkan risk appetite pasar adalah pernyataan Jerome Powell, Gubernur bank sentral AS (The Fed). Akhir pekan lalu, Powell mengungkapkan bank sentral Negeri Adidaya siap untuk mengubah posisi (stance) kebijakan moneter jika memang diperlukan.

Pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dua kali sepanjang tahun 2019, lebih sedikit dibandingkan kenaikan tahun sebelumnya yang mencapai empat kali.

Namun dengan data-data ekonomi AS yang “kurang gereget”, ditambah pernyataan terbaru dari Powell, bisa jadi dosis kenaikan Federal Funds Rate tahun ini dikurangi. Bahkan ada kemungkinan suku bunga acuan diturunkan.

Menutup perdagangan Senin, 7 Januari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,2 persen dengan berakhir di level 6.287,010. Aktivitas perdagangan terlihat cukup ramai,di mana tercatat12,19 miliar saham ditransaksikan dengan total nilai transaksi Rp8,67 triliun.

Secara sektoral, mayoritas sektor saham berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, dengan tiga sektor yang mengalami kenaikan tertinggi yakni sektor pertanian (1,94 persen), disusul infrastruktur (1,19 persen), dan properti (1,09 persen).

Sementara itu, ada empat sektor yang berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin yakni sektor aneka industri (-1,87 persen), manufaktur (-0,36 persen), konsumer (-0,17 persen), dan perdagangan (-0,09 persen).

Beberapa saham yang menopang kenaikan IHSG kemarin :

1. Saham UNVR (1,7 persen)
2. Saham TLKM (1,6 persen)
3. Saham BBCA (0,8 persen)
4. Saham BBNI (1,7 persen)
5. Saham BDMN (3,5 persen)

Sebanyak 240 saham menguat, 166 saham melemah, dan 146 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) pada perdagangan kemarin senilai Rp398,74miliar.

Saham-saham yang terbanyak diburu investor asing :

1. Saham BBCA (Rp202,02 miliar)
2. Saham BBNI (Rp91,03miliar)
3. Saham TLKM (Rp86,91 miliar)
4. Saham PGAS (Rp46,91 miliar)
5. Saham BBRI (Rp44,97 miliar)

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk shooting star. Kondisi tersebut menggambarkan IHSG mengalami pergerakan yang sebenarnya negatif namun masih mampu ditutup sedikit di atas level penutupan akhir pekan lalu.

Secara intraday, pergerakan IHSG sepanjang perdagangan kemarin sebenarnya terlihat cukup positif  namun seiring berjalannya waktu semakin menipis. Sempat dibuka menguat 0,91 persen, selepas itu IHSG justru berangsur menurun yang disebabkan adanya aksi ambil untung (profit taking).

Pergerakan IHSG kemarin berhasil menembus garis upper bollinger band yang menandakan adanya potensi uptrend lebih lanjut. Selain itu, indikator relative strength index (RSI) IHSG terpantau masih bergerak bergerak naik, yang menandakan sinyal kenaikan yang masih cukup kuat. Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi melanjutkan kenaikan.

Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak menguat pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang mendorong laju IHSG lebih kuat lagi ke zona hijau pada hari ini. Indeks Dow Jones naik 0,42 persen, S&P500 bertambah 0,7 persen, dan Nasdaq terapresiasi 1,26 persen.  

(KA01/AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.