Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan pada pembukaan perdagangan pagi ini, Kamis, 3 Januari yang merupakan hari kedua perdagangan di Tahun 2019, dibuka langsung menghijau. Pada pukul 09.10 WIB, IHSG di level 6.214 atau menguat 0,53 persen dari penutupan perdagangan Rabu, 2 Januari 2019.
Sumber : Bareksa
Pada perdagangan hari pertama di tahun 2019, yakni pada 2 Januari 2019, pasar saham Indonesia bergerak kurang mulus hingga harus berakhir di zona merah meskipun dengan pelemahan relatif terbatas.
Pergerakan bursa saham domestik masih tergolong beruntung jika dibandingkan bursa saham utama kawasan Asia yang terpantau melemah lebih dalam kemarin. Indeks Shanghai (China) anjlok 1,15 persen, Indeks Hang Seng (Hong Kong) jatuh 2,77 persen, Indeks Strait Times (Singapura) turun 0,97 persen, dan Indeks Kospi melemah 1,52 persen.
Dari sisi eksternal, kurang memuaskannya data ekonomi yang dirilis di kawasan regional membuat pelaku pasar tidak berani menyentuh instrumen berisiko seperti saham. Pada pagi kemarin, Manufacturing PMI China periode Desember versi Caixin diumumkan di level 49,7, turun dari capaian bulan November yang sebesar 50,2. Capaian tersebut juga berada di bawah konsensus yang sebesar 50,1, seperti dilansir dari Trading Economics.
Sekadar informasi, data tersebut menggambarkan tingkat aktivitas manufaktur di China dan angka di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kontraksi pada bulan Desember merupakan yang pertama dalam 19 bulan, seperti dilansir dari CNBC International.
Perang dagang yang terus memanas dengan Amerika Serikat (AS) terlihat terus menyakiti perekonomian Negeri Tirai Bambu. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru untuk produk impor asal China senilai US$250 miliar, sementara China mengincar US$110 miliar produk impor asal AS.
Sementara itu dari Singapura, pembacaan awal untuk pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2018 diumumkan sebesar 2,2 persen YoY, jauh di bawah konsensus yang sebesar 2,7 persen YoY.
Kemudian dari Korea Selatan, Manufacturing PMI periode Desember versi Nikkei diumumkan di level 49,8. Sejatinya, capaian periode Desember membaik dibandingkan dengan November yang sebesar 48,6. Namun, angkanya tetap saja berada di bawah 50 atau masih menunjukkan adanya kontraksi.
Sementara dari dalam negeri, rilis data inflasi Desember 2018 yang berada di atas ekspektasi mampu menahan IHSG dari koreksi lebih dalam.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Desember 2018, di mana pada periode tersebut tercatat inflasi 0,62 persen secara bulanan (month on month/MoM), atau 3,13 persen secara tahunan (year on year/YoY). Sementara itu, inflasi inti atau core inflation tercatat 3,07 persen (YoY).
Capaian tersebut berhasil di atas ekspektasi konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan laju inflasi tahunan (year on year/YoY) pada Desember 2018 sebesar 2,98 persen.
Menutup perdagangan Rabu, 2 Januari 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,22 persen berakhir di level 6.181,175. Aktivitas perdagangan terlihat belum begitu ramai di mana tercatat 15,26 miliar saham ditransaksikan dengan total nilai transaksi Rp7,48 triliun.
Secara sektoral, mayoritas sektor saham berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, dengan tiga sektor yang mengalami penurunan terdalam yakni sektor pertambangan (-1,6 persen), industri dasar (-1,04 persen), dan pertanian (-0,8 persen).
Sementara itu, hanya ada dua sektor yang berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin yakni sektor konsumer dan properti yang masing-masing menguat 0,39 persen dan 0,19 persen.
Beberapa saham yang menekan IHSG pada perdagangan kemarin :
1. Saham BBRI (-1,4 persen)
2. Saham CPIN (-3,8 persen)
3. Saham INAF (-15,4 persen)
4. Saham BMRI (-0,7 persen)
5. Saham TLKM (-0,5 persen)
Sebanyak 157 saham menguat, 258 saham melemah, dan 122 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) pada perdagangan kemarin senilai Rp207,47miliar.
Saham-saham yang paling banyak diburu investor asing yaitu :
1. Saham PGAS (Rp97,27 miliar)
2. Saham BBCA (Rp45,57miliar)
3. Saham UNVR(Rp35,10 miliar)
4. Saham UNTR (Rp23,09 miliar)
5. Saham WSKT (Rp20,53 miliar)
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish spinning top dengan disertai short lower shadow. Kondisi tersebut menggambarkan IHSG mengalami pergerakan yang cenderung tertekan meskipun relatif terbatas.
Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat sudah mengalami tekanan sejak awal perdagangan dan cenderung berlangsung sepanjang hari.
Adapun penurunan IHSG mulai sedikit terpangkas menjelang detik-detik perdagangan berakhir, atau lebih tepatnya saat memasuki sesi pre closing.
Penurunan IHSG kemarin masih cukup wajar dalam fase uptrend-nya selama masih terjaga di atas garis middle bollinger band. Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terpantau sedikit bergerak turun, yang menandakan sinyal kenaikan yang sedang tertahan.
Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat.
Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak menguat pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang membawa IHSG ke zona hijau pada hari ini. Indeks Dow Jones naik tipis 0,08 persen, kemudian S&P500 bertambah 0,13 persen, dan Nasdaq terapresiasi 0,46 persen.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.