Bareksa.com - Kinerja pasar saham Indonesia kembali melanjutkan tren positifnya pada perdagangan kemarin. Sejatinya, sentimen pada perdagangan kemarin cukup kondusif bagi pelaku pasar untuk terus melakukan aksi beli di pasar saham kawasan Asia, seiring dengan hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang semakin membaik.
Mengutip Reuters, China bersedia meningkatkan impor produk-produk asal AS senilai US$1,2 triliun. Tidak hanya itu, China (seperti yang sudah disebutkan oleh Presiden AS Donald Trump sebelumnya) juga akan menghapus bea masuk untuk impor mobil dan hambatan non-tarif.
"Kami ingin tarif bea masuk (otomotif) turun ke 0 persen. Saya bisa katakan bahwa Presiden Xi tidak pernah begitu terlibat, dan kata yang mereka sebutkan adalah 'secepatnya'," tegas Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, dikutip dari Reuters.
Negeri Adidaya pun semakin optimistis China mampu lebih membuka perekonomian mereka. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengungkapkan bahwa Presiden China Xi Jinping menunjukkan komitmen tersebut kala berbincang dengan Trump di Buenos Aires.
Lebih lanjut, rilis data ekonomi di kawasan Asia juga mendukung bagi investor untuk melakukan aksi beli. Kemarin, angka final untuk Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode November 2018 diumumkan di level 52,2, mengalahkan konsensus yang sebesar 51,8, seperti dilansir dari Trading Economics.
Kemudian, Caixin Manufacturing PMI China periode November 2018 diumumkan 50,2, lebih tinggi ketimbang konsensus yang dihimpun Reuters yang sebesar 50.
Sementara itu, laju rupiah kemarin mengalami tekanan lantaran kenaikan harga minyak mentah dunia yang begitu pesat dalam dua hari terakhir.
Pada perdagangan Senin, harga minyak WTI kontrak pengiriman Januari 2019 melejit 3,97 persen ke level US$52,95 per barel, sementara minyak Brent kontrak pengiriman Februari 2019 meroket 5,08 persen ke level US$61,69 per barel. Kemudian pada perdagangan kemarin, WTI menguat 1,85 persen, sementara Brent menguat 1,88 persen.
Kenaikan harga minyak mentah dunia yang signifikan membuat pelaku pasar khawatir defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan kembali membengkak pada kuartal IV 2018. Sebelumnya pada kuartal II dan III, CAD membengkak di atas 3 persen dari PDB, seiring dengan besarnya defisit dagang di pos minyak dan gas.
Menutup perdagangan Selasa, 4 Desember 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,56 persen dengan berakhir di level 6.152,86.
Aktivitas perdagangan terlihat masih cukup ramai di mana tercatat 12,63 miliar saham ditransaksikan dengan total mencapai Rp10,89 triliun.
Secara sektoral, mayoritas sektor berakhir di zona hijau IHSG pada perdagangan kemarin dengan tiga sektor yang naik paling tajam yakni industri dasar (1,66 persen), infrastruktur (1,63 persen), dan keuangan (0,74 persen).
Beberapa saham yang menjadi penopang kenaikan IHSG :
1. Saham BBCA (1,6 persen)
2. Saham TLKM (2,2 persen)
3. Saham INKP (10,2 persen)
4. Saham UNTR (4,3 persen)
5. Saham CPIN (3,3 persen)
Sebanyak 187 menguat, 221 saham melemah, dan 127 saham tidak mengalami perubahan harga. Di sisi lain, investor asing terpantau banyak berburu aset di pasar saham domestik dengan membukukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp1,66 triliun.
Saham-saham yang paling banyak diincar asing yaitu:
1. Saham UNTR (Rp102,42 miliar)
2. Saham BBCA (Rp63,76 miliar)
3. Saham UNVR(Rp47,45 miliar)
4. Saham TLKM (Rp43,90 miliar)
5. Saham BBNI (Rp42,44 miliar)
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk white marubozu yang mengambarkan IHSG bergerak positif hingga mampu berakhir pada level tertingginya.
Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat cenderung berfluktuatif pada sesi pertama perdagangan dengan bergerak dalam rentang yang relatif sempit.
Memasuki 30 menit awal sesi kedua perdagangan, IHSG sempat mengalami penurunan sebelum akhirnya bangkit dan terus menguat hingga perdagangan berakhir dan mampu ditutup pada level tertingginya.
Indikator relative strength index (RSI) terpantau masih bergerak naik namun mulai mendekati area jenuh beli, mengindikasikan IHSG masih dalam momentum positifnya.
Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi mengalami menguat terbatas hingga dapat melemah.
Kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak melemah tajam pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang dapat menekan IHSG pada hari ini. Adapun Dow Jones anjlok 3,10 persen, kemudian S&P 500 jatuh 3,24 persen, dan Nasdaq Composite rontok 3,8 persen.
(KA01/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.