Begini Strategi Manajer Investasi Meracik Saham Pendatang Baru

Bareksa • 05 Dec 2018

an image
Prosesi pencatatan perdana saham (IPO) PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis (11/10)

Saham pendatang baru bisa dikombinasikan dengan saham lain yang sudah ada tergantung bobot masing-masing reksadana

Bareksa.com – Jumlah saham pendatang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus bertambah. Hingga kini, BEI telah mencatat lebih dari 53 saham baru melalui initial public offering (IPO) dan masih menyisakan beberapa nama lain sampai akhir tahun.

Penambahan jumlah saham pendatang baru ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa pihak. Tak terkecuali para manajer investasi yang menggunakan saham-saham baru listing ini untuk meracik portofolio produk reksadana mereka.

Strategi untuk meracik portofolio dengan saham-saham baru ini juga diungkapkan oleh Head of Investment Avrist Asset Management Tubagus Farash Akbar Farich. Kepada Bareksa, Farash menyampaikan ketertarikannya pada saham-saham pendatang baru. “Baik sekali untuk menambah ide investasi untuk dikombinasikan dengan saham lain yang sudah ada,” ujar Farash belum lama ini.

Kombinasi menjadi salah satu strategi manajer investasi dalam memilih saham pendatang baru. Terlebih, banyak saham pendatang baru masuk kategori small cap atau berkapitalisasi kecil. Oleh karena itu, kata Farash, perlu dikombinasikan dengan saham big caps dan medium caps yang sudah ada.

“Bobotnya tergantung strategi masing-masing reksadana,” terangnya.

Misalnya, kata Farash, kalau condong ke big caps, saham-saham pendatang baru ini mungkin hanya bisa menambah sedikit bobot di reksadana. “Tapi, kalau strateginya memang di small caps active fund, saham-saham baru ini sangat cocok untuk menambah portofolio,” imbuh dia.

Daftar Saham Pendatang Baru Hingga 28 November 2018

Sumber:BEI

Farash menegaskan, bobot masing-masing saham baru di portofolio seperti ini bisa bobot kecil-kecil tapi banyak saham barunya untuk strategi yang sangat diversify. “Atau bobot saham baru tidak terlalu kecil tapi tidak banyak saham baru yang dimasukkan ke portofolio untuk strategi pembobotan portofolio yang lebih concentrated,” jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 50 emiten baru sejak awal tahun hingga 9 November 2018. Torehan ini menjadi rekor tersendiri bagi BEI sejak privatisasi bursa pada tahun 1992.

Melihat pencapaian tahun ini, BEI tak langsung agresif menetapkan target penambahan jumlah emiten baru pada tahun depan. Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menyampaikan, pihaknya masih mempertahankan target 35 emiten baru tahun depan.

“Tahun ini kan sudah lebih dari 50 emiten, padahal targetnya memang 35 emiten baru. Jadi, kami pertahankan target emiten baru di tahun depan,” ungkapnya. (hm)