Bareksa.com - Performa pasar saham Indonesia terbilang sangat ciamik pada perdagangan kemarin dengan mampu menembus level psikologis baru.
Sementara itu, rupiah tercatat menguat 1 persen terhadap dolar AS yakni di level Rp14.380 per dolar AS. Penguatan rupiah menjadi yang terbaik kedua, hanya kalah dari rupee India yang menguat 1,23 persen.
Ada beberapa sentimen utama yang menjadi pemicu urama penguatan pasar keuangan kawasan Asia :
Pertama, optimisme terkait kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyatakan ada kemungkinan AS dan China akan mencapai kesepakatan yang signifikan saat Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir pekan ini.
Apalagi, pernyataan Kudlow seakan disambut naik oleh pihak China. Presiden Xi menyatakan China siap untuk lebih membuka diri terhadap perekonomian global, sesuatu yang selama ini menjadi tuntutan Trump.
Kedua, pernyataan dovish dari Gubernur bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell bahwa suku bunga acuan sudah mendekati posisi netral, yang artinya tidak lagi bisa digunakan untuk meredam atau mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pelaku pasar membaca Powell mulai sedikit dovish. Artinya, bukan tidak mungkin The Fed akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan karena dirasa sudah hampir cukup.
Sikap agak dovish ini juga ditunjukkan dari pernyataan bahwa The Fed akan sangat memperhatikan data, bahkan saat ekonomi tumbuh dengan solid serta angka inflasi dan pengangguran sudah membaik.
Pernyataan Powell datang setelah Presiden Trump mengkritik kebijakan The Fed. Bahkan Trump menegaskan tidak sedikit pun senang dengan Powell dan kebijakannya yang terlalu cepat menaikkan suku bunga acuan.
Dengan stance Powell yang kini dibaca pelaku pasar tidak lagi hawkish, maka harapan prospek kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam sedikit memudar.
Dolar AS yang kehilangan power-nya dan mengalami tekanan jual, yang akhirnya kemarin membuat mata uang kawasan Asia mengalami apresiasi, termasuk rupiah.
Menutup perdagangan Kamis 29 November 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat tajam hingga 1,93 persen dengan berakhir di level 6.107,17.
Aktivitas perdagangan terlihat sangat semarak di mana tercatat 11,68 miliar saham ditransaksikan dengan total nilai mencapai Rp13,22 triliun.
Secara sektoral, seluruhya kompak menopang kenaikan IHSG dengan tiga sektor yang naik paling tajam yakni properti (2,9 persen), konsumer (2,87 persen), dan industri dasar (2,4 persen).
Di sisi lain, investor asing tampak berbondong-bondong masuk ke pasar saham domestik dengan membukukan pembelian bersih (net buy) cukup signifikan senilai Rp690,9 miliar.
Saham-saham yang paling banyak diburu investor asing yaitu :
1. Saham BBRI (Rp166,86 miliar)
2. Saham BBCA (Rp139,34 miliar)
3. Saham ICBP (Rp131,22 miliar)
4. Saham BMRI (Rp92,88 miliar)
5. Saham HMSP (Rp76,64 miliar)
Di samping itu, 10 saham dengan kapitalisasi terbesar semuanya kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin, dengan saham-saham yang paling berkontribusi besar terhadap kenaikan IHSG yaitu:
1. Saham BBCA (2,9 persen)
2.Saham HMSP (3 persen)
3. Saham UNVR (4 persen)
4. Saham BMRI (3,4 persen)
5. Saham ICBP (7,8 persen)
Analisis Teknikal IHSG
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk white marubozu dengan body yang cukup besar menggambarkan IHSG mengalami pergerakan yang sangat positif hingga mampu berakhir pada level tertingginya.
Secara intraday, pergerakan IHSG terlihat langsung lompat menguat cukup jauh dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang menandakan adanya indikasi kenaikan sejak awal pembukaan.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG terlihat tidak sedikitpun mengalami penurunan di bawah level pembukaannya, hal tersebut membuat IHSG mampu berakhir di level tertingginya.
Indikator relative strength index (RSI) terpantau mulai naik cukup tajam mengindikasikan IHSG sedang dalam momentum positif yang cukup kuat.
Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi mengalami kenaikan meskipun potensiaksi profit taking cukup terbuka mengingat kenaikan kemarin yang terbilang signifikan.
Di sisi lain, kondisi bursa saham Wall Street yang ditutup kompak terkoreksi pada perdagangan kemarin diperkirakan bisa menjadi sentimen negatif yang bisa menahan laju IHSG ke zona hijau pada hari ini.
Indeks Dow Jones melemah tipis 0,11 persen, kemudian S&P500 terkoreksi 0,22 persen, dan Nasdaq Composite berkurang 0,25 persen.
(AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.