Ditopang Sentimen Membaiknya Hubungan AS - China, Ini Peluang IHSG

Bareksa • 07 Nov 2018

an image
Pekerja melintas dengan latar belakang layar monitor yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (26/1). Pergerakan IHSG pada penutupan akhir pekan terkoreksi tipis 0,16 poin di posisi 6.615,32. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Pada perdagangan Selasa, 6 November, IHSG ditutup menguat tipis 0,06 persen berakhir di level 5.923

Bareksa.com - Bergerak “bolak-balik” dari zona hijau ke zona merah sepanjang perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyaris tidak berubah, meskipun akhirnya tercatat mampu ditutup sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

Kondisi di Asia yang sedang kondusif mampu menahan IHSG tidak berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin. Tensi hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China terus kelihatan membaik.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk bertemu di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires, Argentina pada akhir bulan ini. Diharapkan dialog tersebut bisa melahirkan solusi untuk mengakhiri perang dagang keduanya yang terus memanas sepanjang tahun ini. 

Tidak hanya di bidang perdagangan, kerja sama AS-China juga berlanjut di bidang pertahanan. Bulan lalu sejatinya AS dan China akan bertemu untuk membahas isu-isu perdagangan, tetapi batal salah satunya akibat tensi perang dagang yang tidak kunjung reda. 

Sekarang dengan meredanya tensi perang dagang, pembicaraan pertahanan pun siap dimulai kembali. Kementerian Pertahanan AS dalam keterangan tertulisnya menyatakan pertemuan ini akan dihadiri oleh Mike Pompeo (Menteri Luar Negeri AS), Jim Mattis (Menteri Pertahanan AS), Yang Jiechi (Anggota Politbiro Partai Komunis China), dan Wei Fenghe (Menteri Pertahanan China). 

Kondisi tersebut menyebabkan investor asing berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan tanah air. Derasnya arus modal yang masuk ke pasar keuangan Indonesia menyebabkan rupiah menguat. Tidak sembarang menguat, tapi menjadi yang terbaik di Asia karena apresiasi rupiah mencapai 1,17 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain, greenback juga sedang diliputi ketidakpastian. Investor lebih memilih wait and see sebelum memutuskan untuk berinvestasi di mata uang ini.  

Pada Selasa waktu setempat, AS akan menghadapi pemilihan sela (mid term election). Ada kemungkinan Partai Demokrat akan menguasai House of Representative, mengubah peta kekuatan politik AS. Namun Partai Republik akan terus “mengawal” Presiden Donald Trump dengan kekuatan mayoritas di Senat.

Pada perdagangan Senin, 5 November 2018, IHSG ditutup menguat tipis 0,06 persen dengan berakhir di level 5.923,93. Aktivitas perdagangan tergolong cukup ramai. Tercatat 7,79 miliar saham ditransaksikan dengan nilai transaksi mencapai Rp7,53 triliun.

Sebanyak 199 saham mengalami kenaikan, sementara 189 saham mengalami penurunan, serta 121 saham tidak mengalami perubahan harga.

Selain itu, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih (net buy) yang signifikan pada perdagangan kemarin senilai Rp1,06 triliun..

Secara sektoral, penguatan dan pelemahan terbagi rata ke dalam masing-masing lima sektor pada perdagangan kemarin.

Tiga sektor yang mencatatkan kenaikan tertinggi yaitu pertambangan (1,07 persen), properti (0,96 persen), dan keuangan (0,74 persen).

Sementara itu, tiga sektor dengan pelemahan terdalam yaitu aneka industri (-1,66 persen), kemudian konsumer (-1,21 persen), dan manufaktur (-0,94 persen).

Saham - saham yang menopang kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin :

• PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) : 1,8 persen
• PTBank Central Asia Tbk (BBCA) : 0,9 persen
• PT United Tractors Tbk (UNTR) : 2,6 persen
• PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) : 2 persen
• PT Adaro Energy Tbk (ADRO) : 3,5 persen

Analisis Teknikal IHSG


Sumber: Bareksa

Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle IHSG pada perdagangan kemarin membentuk bearish candle dengan short upper shadow yang menggambarkan IHSG mengalami pergerakan yang cenderung negatif, meskipun di sisi lain posisinya berhasil lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya.

Adapun secara intraday, pergerakan IHSG sebenarnya sempat menguat di satu jam awal perdagangan sesi pertama sebelum akhirnya secara perlahan bergerak turun dan berakhir di sekitar level penutupan hari Senin.

Memasuki sesi kedua, IHSG terlihat mengalami tekanan hingga harus masuk ke zona merah meskipun tidak terlalu dalam. Namun saat menjelang penutupan atau tepatnya saat memasuki sesi pre-closing, IHSG terlihat kembali mengalami mark-up hingga berhasil ditutup di zona hijau meskipun dengan kenaikan sangat tipis.

Indikator relative strength index (RSI) terpantau masih bergerak datar mengindikasikan momentum kenaikan IHSG sedang sedikit tertahan pasca rally dalam beberapa hari terakhir.

Dilihat dari sudut pandang teknikal, pergerakan IHSG pada hari ini berpotensi bergerak mixed dengan kecenderungan menguat dengan resisten terdekat berada di level 5.982.

Selain itu, kondisi Bursa Saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup kompak berakhir di zona hijau pada perdagangan kemarin diharapkan bisa menjadi sentimen positif yang mendorong IHSG melaju pada hari ini.

Indeks Dow Jones ditutup naik 0,68 persen, kemudian S&P500 menguat 0,63 persen, dan Nasdaq bertambah 0,64 per

(AM)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut