Berita Hari Ini : BBTN Bidik Manajemen Investasi, BBCA Segera Akuisisi Dua Bank

Bareksa • 26 Oct 2018

an image
Dirut BTN Maryono memberikan sambutan pada acara puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-68 Bank BTN di Jakarta, Jumat (9/2). Dalam acara tersebut BTN meluncurkan buku 68 tahun BTN yang berisi rekam jejak perjalanan Bank BTN mengabdi di Indonesia sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

BEI ubah mekanisme pre-closing, laba bersih JSMR turun, INDY proyeksi produksi Kideco 500 juta ton

Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 26 Oktober 2018 :

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menargetkan bakal memiliki anak usaha di bidang manajemen investasi pada tahun ini. Seperti dikutip Kontan (26/10), Bank yang fokus pada kredit perumahan ini masih di tahap uji tuntas atau due dilligence dan mengumpulkan data calon anak usahanya.

Direktur BTN, Mahelan Prabantarikso, mengatakan pembentukan penyertaan saham anak usaha sedang dalam proses. “Karena proses due diligence membutuhkan kelengkapan data,” katanya. 

Terkait apakah nanti BTN akan menjadi pemegang saham mayoritas di anak usaha manajemen investasi ini, Mahelan belum merinci lebih jauh. Hal ini akan disampaikan manajemen BTN ketika proses perjanjian jual beli bersyarat sudah dilakukan.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA)

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengupayakan proses akuisisi dua bank kecil dapat dituntaskan sebelum akhir tahun ini. Namun, akuisisi tersebut harus mendapatkan persetujuan dari regulator.

Wakil Presiden Direktur BCA Eugene K Galbraith mengatakan, perseroan akan berupaya semaksimal mungkin. Target penyelesaian akuisisi dua bank kecil ini sudah mundur dari target yang ditetapkan BCA sebelumnya, yakni September 2018. "Kami ingin menyelesaikan transaksi ini sebelum akhir tahun," kata Eugene dikutip Katadata (25/10).

Namun Eugene tidak menyebutkan dua nama bank yang akan diakuisisi BCA. Ia juga enggan menyebutkan total pendanaan yang disiapkan BCA untuk akuisisi kedua bank tersebut.

Emiten berkode BBCA itu mencatatkan laba bersih periode Janiari - September 2018 tumbuh 9,5 persen menjadi Rp18,5 triliun. Eugene menjelaskan pertumbuhan laba ini didorong dari pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya Rp45,9 triliun atau meningkat 10 persen.

Penyaluran kredit BCA tumbuh 17,3 persen menjadi Rp516 triliun. Pertumbuhan ditopang kredit korporasi tumbuh 23,3 persen menjadi Rp199,2 triliun, kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) naik 17,6 persen menjadi Rp176,4 triliun, kredit konsumer naik 9 persen jadi Rp139,9 triliun, kredit pemilikan rumah naik 9,4 persen jadi Rp86,3 triliun serta kredit kendaraan bermotor tumbuh 7,7 persen jadi Rp41,5 triliun. 

PT Indika Energy Tbk (INDY)

 

PT Indika Energy Tbk (INDY) memproyeksikan total cadangan batu bara dari PT Kideco Jaya Agung bisa mencapai 500 juta metrik ton. Dikutip Kontan (25/10), Direktur INDY Energy, Azis Armand, mengatakan peningkatan cadangan batu bara berasal dari empat wilayah usaha penambangan (WUP) yakni Roto Samurangau, Susubang Uko, Samu Biu dan Pinang Jatus.

"Sementara untuk Samurangau dan Pinang masih dalam tahap eksplorasi. Mayoritas dari Roto dan Susubang. Penaikan sebagian besar dari yang eksisting," ungkapnya.

Dalam laporan eksplorasi September 2018, luas empat lahan WUP tersebut mencapai 47,5 hektare. Adapun, total cadangan Kideco pada 2018 sekitar 422 juta ton. Hingga saat ini, Kideco memiliki 50 pelanggan yang berasal dari 16 negara.

INDY juga akan membangun gudang di Kalimantan Timur, melalui PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE), dengan nilai investasi US$108 juta atau setara Rp1,5 triliun.

Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mengubah mekanisme penutupan perdagangan atau pre-closing pasar saham tahun depan. Hal itu dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan para pelaku pasar dalam menghadapi penutupan perdagangan.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo, mengatakan investor besar sering kebingungan saat jelang penutupan perdagangan, pukul 15.50- 16.00 waktu JATS atau 10 menit terakhir. Karena itu, mekanisme closing price ini perlu diperbaiki.

"Biasanya 10 menit terakhir tutup perdagangan itu investor buta atau blind. Jadi dengan mekanisme ini maka price berubah, algoritma berubah dan informasi berubah," ujarnya dikutip Liputan6.com (25/10).

Sistem baru yang diperkenalkan bertujuan menciptakan keadilan atau fairness bagi para pelaku pasar modal. Sistem anggota bursa pun dipastikan ikut berubah dengan adanya mekanisme closing price itu. Namun dia belum dapat menceritakan perubahan itu secara lebih detail.

PT Jasa Marga Tbk (JSMR)

PT Jasa Marga (JSMR) mencatatkan penurunan pada laba bersih 6,88 persen pada periode Januari - September 2018. Penurunan itu akibat kenaikan sejumlah biaya keuangan. Perseroan mengantongi laba bersih Rp1,77 triliun atau turun 6,88 persen.

Corporate Secretary Jasa Marga, Mohamad Agus Setiawan menjelaskan ada beberapa penyebab tergerusnya laba bersih perseroan. Di antaranya ekspansi dan pengembangan usaha, terjadi peningkatan biaya keuangan karena beroperasinya ruas-ruas jalan tol baru.

Dalam laporan keuangan September 2018, tercatat biaya keuangan JSMR naik 66 persen dari Rp895,97 miliar pada September 2017 menjadi Rp1.486,96 pada September 2018.

Penurunan laba bersih yang dikantongi Jasa Marga terdapat biaya untuk pelaksanaan program alif profesi karena program transaksi non tunai. Selanjutnya, terjadi kenaikan beban pajak bumi dan bangunan khususnya di wilayah Jakarta.

“Dalam kondisi yang ekspansi sekarang, Jasa Marga tetap berupaya menjaga kinerja tidak hanya pengembangan, operasional tetapi juga kinerja keuangan,” ujarnya dikutip Bisnis.com (25/10).

(AM)