Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal bulan oktober telah melemah nyaris 10 persen sepanjang tahun ini. Hingga 7 Oktober 2018 atau year to date 2018, IHSG anjlok 9,8 persen.
Hal ini terjadi di tengah banyaknya beban serta tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah. Di antaranya pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor, rupiah terus tertekan, harga minyak terus meroket, serta defisit transaksi berjalan yang diperkirakan akan melebar di kuartal III.
Mengutip situs Bursa Efek Indonesia (BEI), per 7 Oktober, performa IHSG sepanjang tahun 2018 (YTD) merupakan yang terburuk ke-4 di Asia Pasifik, setelah Hong Kong, China, dan Filipina.
Performa Indeks di Negara Asia Pasifik (YTD)
Sumber : Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa
Dalam data tersebut, benchmark yang digunakan oleh Indonesia ialah IHSG. Menariknya jika diteliti lebih dalam, benchmark lain seperti LQ45 dan IDX30 justru mencatatkan pelemahan lebih dalam dibanding IHSG secara year to date.
Indeks IDX30 adalah indeks yang terdiri dari 30 saham yang konstituennya dipilih dari konstituen Indeks LQ45. Konstituen Indeks LQ45 merupakan 45 saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar yang ditentukan 2 kali dalam setahun oleh BEI.
Dasar pertimbangan pemilihan konstituen Indeks IDX30 adalah faktor kuantitatif yang terkait dengan nilai, frekuensi dan transaksi serta kapitalisasi pasar.
Selain faktor-faktor yang bersifat kuantitatif tersebut, BEI juga mempertimbangkan informasi kelangsungan usaha, laporan keuangan dan pertimbangan lain, misalnya sedang diberlakukan suspensi atau tidak.
Performa Benchmark dan Sektoral (YTD)
Sumber : Bursa Efek Indonesia, diolah Bareksa
Mengacu pada data tersebut terlihat jika IDX30 melemah hingga 17 persen YtD 2018. Hal itu berdampak pada pelemahan IHSG. Sebab IDX30 merupakan 30 saham dengan kapitalisasi yang terbilang cukup besar untuk mempengaruhi IHSG. Dengan kata lain, 30 saham tersebut justru mempunyai kinerja jauh lebih buruk dibanding IHSG.
Dari 10 sektor saham yang kini tercatat, hanya dua sektor yang mampu tumbuh positif sepanjang tahun ini, yaitu pertambangan dan industri dasar yang masing-masing tumbuh 23,8 persen dan 8,4 persen.
(AM)