IHSG Anjlok Tapi Saham TKIM dan INKP Tetap Meroket, Kenapa?

Bareksa • 16 May 2018

an image
Seorang karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (7/3). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Bagaimana fundamental saham-saham perusahaan milik Grup Sinarmas ini?

Bareksa.com- Di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), saham-saham yang tergabung dalam Grup Sinarmas itu adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) justru meroket.

Hingga perdagangan pukul 13.30 WIB, IHSG tercatat turun 1,38 persen ke level 5.759,11 dari sebelumnya 5.838,12. Sementara itu, harga saham TKIM justru meroket 7,6 persen ke level Rp11.300 per saham dan saham INKP naik 1,4 persen ke level Rp14.400 per saham.

Jika ditarik lebih jauh dalam satu tahun terakhir, saham TKIM telah naik 647,33 persen dari Rp1.405, sementara saham INKP telah naik 472,58 persen dari sebelumnya hanya Rp2.480 per saham.

Pergerakan Saham INKP Selama 1 Tahun

 

Sumber: Bareksa.com

Pertumbuhan harga saham INKP didukung oleh fundamental yang baik, terutama dari sisi kinerja keuangan per Maret 2018. Pada periode ini, Indah Kiat mencatat laba bersih Rp2,09 triliun atau melonjak 80,73 persen dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp1,14 triliun.

Perolehan laba Indah Kiat sejalan dengan kenaikan penjualan dari Rp9,94 triliun menjadi Rp11,4 triliun, ditambah dengan menurunnya beban pokok penjualan dari Rp74,29 miliar  menjadi Rp73 miliar.

Namun beda dengan Indah Kiat, laba bersih Tjiwi Kimia didorong kenaikan bagian laba bersih dari entitas asosiasi yang mencapai Rp681,75 miliar dari periode tiga bulan pertama tahun 2017 Rp146,7 miliar.

Sementara pada periode ini, perseroan hanya mencatat kenaikan tipis pada pendapatan, 1,71 persen dari Rp3,6 triliun menjadi Rp3,72 triliun

Laba dan Pendapatan INKP dan TKIM

Meroketnya harga saham TKIM dan INKP juga terdorong kebijakan pemerintah Cina yang ingin mengurangi polusi besar-besaran dengan cara menutup beberapa pabrik kertas pada 2017, membuat pasokan pulp di pasar global berkurang hingga 40 persen.

Lembaga penyedia data hutan global, RISI memproyeksikan jika akan ada peningkatan permintaan tissue dan pulp sejak 2016 hingga 2020 masing-masing 5 dan 4 persen per tahunnya.

Disebutkan juga oleh Analis Bahana, dampak berkelanjutan dari tindakan lingkungan Cina yang ketat di 2017 mendorong harga pulp di 2017 berada di harga rata-rata US$636 per ton atau tumbuh 26 persen year on year (YOY).

Harga Bubur Kertas


Sumber: Bloomberg yang disajikan dalam riset Bahana Sekuritas

Indonesia tercatat sebagai produsen kayu pulp dengan biaya terendah di dunia. Sebab pasokan kayu di Indonesia yang banyak sehingga mampu menekan harga.

Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai hutan paling luas dengan cakupan area 94 juta hektare, yang setara dengan 52 persen dari total luas lahan hutan di bumi. (Baca : Perusahaan Kertas Grup Sinar Mas, TKIM & INKP Bagi Deviden; Cum 17 Okt)

Biaya Produksi (US$/Ton)

Sumber: Fibria’s 9M17 presentation

Alasan harga pulp akan kembali meningkat

1) Kenaikan dalam perdagangan global. Pertumbuhan perdagangan global telah berangsur pulih sejak awal 2015.

2) Pemulihan ekonomi Cina. Membaiknya beberapa data Cina seperti kenaikan listrik dan beberapa komoditas serta kenaikan impor Cina. Permintaan dan impor pulp Cina turut meningkat.

3) Komitmen Cina terhadap polusi. Gangguan pasokan dari Cina (penutupan pabrik) dan pembatasan impor kertas bekas, maka Cina menargetkan pengurangan kapasitas produksi 4 juta ton per tahun dari pabrik pulp dan kertas non kayu.

Pada kuartal IV 2017, Kementerian Industri Cina memberlakukan larangan impor atas 24 jenis sampah sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk mengatasi pencemaran lingkungan secara besar-besaran. (Lihat : Operasikan Mesin Baru, Kertas Basuki Rachmat Target Penjualan Rp800 Miliar)

(AM)