Bareksa.com – Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi dan aksi korporasi emiten saham yang dirangkum dari sejumlah media dan keterbukaan informasi, Selasa, 15 Mei 2018 :
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) bakal menjual aset jenis spreads perseroan senilai Rp2,9 triliun. Jumlah itu berasal dari penjualan aset berwujud dan tak berwujud perseroan yang berjenis spreads.
Beradasarkan prospektus ringkas Unilever Indonesia, perseroan bakal menjual aset tak bewujud kategori spreads senilai 164 juta euro atau setara Rp2,65 triliun. Aset tak berwujud yang dijual termasuk namun tidak terbatas pada hak untuk mendistribusikan produksi menggunakan merek dagang global dan lokal serta daftar pelanggan di Indonesia.
Perseroan juga bakal melepas aset berwujudnya senilai Rp195,4 miliar. Jumlah itu terdri atas penjualan aset produksi dan perlengkapannya Rp152,64 miliar dan penjualan persediaan dan barang dagang Rp42,83 miliar.
Perseroan bakal menyewakan sebagian dari tanah dan bangunan pabriknya di Cikarang yang digunakan untuk pengoperasian aset kategori spreads Rp56,29 miliar serta menjual merek dagang lokal Rp9,7 miliar.
Unilever Indonesia akan menjual aset jenis spreadsnya kepada Sigma Bidco B.V. Perseroan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Sigma Bidco.
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) telah meraih restu pemegang saham untuk melangsungkan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) atau non-preemptive rights issue. Pemegang saham perseroan juga menyetujui rencana Medco melakukan pembelian kembali (buyback) saham.
Perseroan memperkirakan proses aksi korporasi yang telah direstui pemegang saham akan selesai hingga dua tahun mendatang. Medco memperoleh restu melangsungkan non-HMETD minimal Rp1.305 per saham.
Dana hasil penambahan modal rencananya akan digunakan untuk keperluan umum perusahaan, termasuk peningkatan struktur modal, working capital, atau untuk keperluan investasi di masa depan. Perseroan masih mencari mitra strategis termasuk financial investor untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan nantinya.
Jepang Pemberi Pinjaman Proyek PUPR
Jepang menjadi negara dengan pemberi komitmen pinjaman terbanyak untuk proyek infrastruktur yang sedang berjalan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Berdasarkan data, World Bank dan Asian Development Bank (ADB) masih menjadi institusi pemberi pinjaman terbanyak. World Bank telah mengucurkan pinjaman sebesar US$2 triliun kepada pemerintah, sementara ADB US$1,26 triliun.
Di bawah dua institusi tersebut, Jepang berada di urutan ketiga dengan menyalurkan pinjaman US$1,14 triliun, atau 18,65 persen dari total pinjaman. Jumlah pinjaman itu digunakan pemerintah utuk mendanai 11 program yang sedang berjalan.
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyiapkan produk derivatif baru, yakni single stock options. Produk itu dapat digunakan untuk aksi lindung nilai (hedging) saham-saham dalam indeks LQ45.
BEI menjelaskan produk derivatif LQ45 futures sebenarnya sudah ada di bursa. Namun, perkembangannya kurang baik sehingga bursa ingin mendorong perkembangan produk derivatif dengan menerbitkan produk baru.
BEI berharap produk derivatif single stock option dapat diterima oleh pelaku pasar saat ini.
Laba Industri Perbankan
Berdasarkan data statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perolehan laba bersih industri perbankan sepanjang kuartal I 2018 mencapai Rp36,39 triliun, tumbuh 10,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp32,88 triliun.
Pertumbuhan laba bersih industri bank ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bunga menjadi Rp189,35 triliun. Jumlah itu meningkat 7,5 persen dibandingkan dengan kuartal I tahun lalu Rp176,13 triliun.
Dari total Rp36,39 triliun, empat bank badan usaha milik negara (BUMN) berkontribusi Rp17,42 triliun, atau 47,87 persen dari total laba industri.
OJK menjelaskan bahwa mayoritas kontribusi laba bersih industri perbankan pada kuartal I berasal dari penyaluran kredit. (AM)