Bareksa.com – Saham-saham anggota klub gocap kembali bergeliat. Hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini, Kamis, 12 April 2018, setidaknya ada tiga saham anggota klub gocap yang naik kencang.
Tiga saham itu adalah PT Mitra Investindo Tbk (MITI), PT Mitra International Resources Tbk (MIRA), dan PT Himalaya Energi Perkasa Tbk (HADE). Menutup sesi I perdagangan, saham MITI dan MIRA naik 34 persen, sementara saham HADE naik 22 persen.
Pergerakkan tiga saham ini mengingatkan kembali bagaimana saham-saham lain yang berhasil keluar dari klub gocap. Sebelum ini, saham yang sudah keluar dari klub gocap hingga awal April tahun ini adalah PT Mahaka Media Tbk (ABBA), PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM), PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), dan PT Triwira Insanlestari Tbk (TRIL), serta saham PT Indo Acidatama Tbk (SRSN).
Secara total, Bareksa mencatat setidaknya sudah delapan saham yang keluar dari klub gocap setelah pada akhir 2017 masih berada pada level Rp50.
Namun bagi Anda yang sedang memburu saham-saham seperti ini, ada baiknya melihat lebih dalam lagi bagaimana performa keuangan mereka. Pasalnya, dari delapan saham-saham itu, sekitar tujuh perusahaan masih menderita kerugian.
Misalnya saja saham-saham yang pada sesi I hari ini bergerak naik yakni MITI, MIRA, dan HADE. Perusahaan pemilik kode saham itu masing-masing menderita kerugian lebih dari Rp20 miliar per akhir 2017.
Rasio Keuangan dan Valuasi Saham yang Keluar dari Klub Gocap
Sumber: Laporan keuangan perseroan dan Bareksa.com
Mitra Investindo misalnya, catatan pendapatan Rp28,67 miliar belum bisa membuat perseroan meraup untung. Per akhir 2017, Mitra Investindo merugi Rp23,35 miliar. Begitu juga Mitra International Resources dengan catatan rugi Rp20,05 miliar padahal memiliki pendapatan Rp121,47 miliar.
Himalaya Energi Perkasa justru lebih buruk. Perusahaan yang sebelumnya bernama HD Capital ini hanya punya pendapatan Rp1,72 miliar, sementara kerugiannya mencapai Rp29,32 miliar.
Valuasi Saham
Setali tiga uang, kerugian secara keuangan cukup berdampak pada valuasi harga saham-saham itu. Dari delapan saham, tujuh saham punya price to earning ratio (PER) minus. Saham dengan PER minus paling besar adalah ABBA.
Berdasarkan pantauan Bareksa hingga sesi I perdagangan hari ini (Kamis, 12 April 2018), PER ABBA minus 77,19 kali. Adapun harga saham ABBA pada periode ini berada pada level Rp88. Pada periode yang sama, saham ABBA punya price to book value (PBV) sebesar 1,88 kali.
Selain ABBA, PER dengan minus terbesar dimiliki saham TRIL. PER saham TRIL minus 53,15 kali dengan PBV 1,2 kali. Menutup sesi I hari ini, saham TRIL sedang berada pada level Rp132 atau turun 2,22 persen dari hari sebelumnya Rp135.
Posisi ke tiga saham dengan PER minus terbesar adalah MIRA dengan catatan minus 21,19 kali. Saham ini punya PBV 0,86 kali.
Dan satu-satunya PER yang positif adalah saham SRSN. Hingga sesi I, PER saham SRSN mencapai 33,18 kali dengan PBV 1,08 kali. Valuasi ini terjadi saat harga saham SRSN menutup sesi I pada level Rp90 setelah sempat menyentuh Rp99 dari hari sebelumnya Rp74. (AM)