Bareksa.com - Harga saham PT Charoen Pokphand IndonesiaTbk (CPIN) pada perdagangan Selasa, 10 April2018 ditutup menguat 3,87 persen dengan berakhir di level Rp3.750 per saham. Saham CPIN ditransaksikan sebanyak 3.884 kali dengan nilai transaksi Rp52,53 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pembeli terbanyak saham CPIN pada Selasa yaitu Credit Suisse Sekuritas (CS) dengan nilai pembelian Rp14,27 miliar, kemudian Danareksa Sekuritas (OD) Rp8,18 miliar, dan UBS Sekuritas (AK) Rp4,89miliar.
Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan saham CPIN yaitu 27,17 persen, 15,57 persen, dan 9,31 persen.
Fundamental CPIN
Secara fundamental, kinerja emiten yang bergerak di bidang poultry ini masih menorehkan kinerja cukup solid sepanjang 2017. CPIN berhasil membukukan laba bersih Rp2,5 triliun pada 2017, atau mengalami kenaikan 12,11 persen dari sebelumnya Rp2,23 triliun pada 2016.
Kenaikan laba bersih ini, tidak lepas dari kenaikan pada top line-nya yakni penjualan bersih yang naik 29,04 persen menjadi Rp49,37 triliun pada 2017 dari sebelumnya Rp38,26 triliun pada 2016.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan CPIN pada 2017 juga naik 35,85 persen menjadi Rp43,12 triliun dari sebelumnya Rp31,74 triliun pada 2016.
Alhasil persentase kenaikan beban pokoknya yang lebih besar dibandingkan penjualan menggerus laba kotor CPIN tergerus 3,99 persen menjadi Rp6,25 triliun pada 2017, dari sebelumnya Rp6,51 triliun pada 2017.
Berdasarkan segmen usaha yang dijalankan perseroan, penjualan utama CPIN ditopang oleh dua lini bisnis utama yakni penjualan pakan ternak (feed) yang berkontribusi kebih dari separuh total penjualan secara keseluruhan.
Sementara itu penjualan ayam pedaging (broiler) menyumbang 23 persen, anak ayam usia sehari (day-old chicks) 11,03 persen, ayam olahan (processed chicken) 5,83 persen, dan lain-lain 4,39 persen.
Sumber : laporan keuangan perusahaan
Di sisi lain, total utang perseroan tercatat mengalami penurunan 12,24 persen menjadi Rp8,82 triliun pada 2017 dari sebelumnya Rp10,05 triliun pada 2016. Utang tersebut, terdiri dari utang jangka pendek Rp5,06 triliun dan utang jangka panjang Rp3,76 triliun.
Selain itu, perseroan mencatatkan kenaikan tipis pada total aset sebesar1,32 persen menjadi Rp24,52 triliun pada 2017 dari sebelumnya Rp24,2 triliun pada 2016. Adapun aset tersebut, terdiri dari aset lancar Rp11,72 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp12,8 triliun.
Analisis Teknikal CPIN
Sumber : Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal, candle saham CPIN pada perdagangan kemarin membentuk white marubozu dengan body besar menandakan pergerakan sangat positif pada saham ini dengan bergerak dalam rentang yang lebar dan mampu ditutup pada level tertingginya.
Selain itu, pola three white soldiers menunjukkan adanya sinyal kenaikan cukup kuat pada saham ini dengan terus mencatatkan kenaikan dalam tiga hari terakhir. Kemudian saham CPIN juga berhasil menembus level tertinggi setahun terakhir dengan menembus resisten pada level Rp3.680 per saham.
Secara volume, saham CPIN juga menunjukkan konsistensi peningkatan dengan lonjakan pada perdagangan kemarin menandakan adanya sinyal akumulasi pada saham ini. Selain itu, investor asing juga tampak terus mengoleksi saham ini dengan mencatatkan net buy Rp27,4 miliar pada perdagangan kemarin.
Di sisi lain MA 5 terlihat telah golden cross dengan MA 20 dan MA 60, kemudian akan disusul oleh MA 20 yang berpotensi golden cross dengan MA 60 mengindikasikan adanya potensi sinyal uptrend cukup kuat pada saham ini.
Kemudian indikator relative strength index (RSI) juga terlihat mendukung hal tersebut dengan pergerakan yang masih positif. (AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.