Pilkada Diprediksi Aman, IHSG Masih Murah Ketimbang Thailand dan Malaysia

Bareksa • 31 Jan 2018

an image
Seorang karyawan melintas di depan monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini ditutup menguat 20 poin atau 0,3 persen dibanding penutupan kemarin. IHSG pun kembali mencetak rekor baru di level 6.680. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia prediksi IHSG bisa sentuh 6.800

Bareksa.com –Saham-saham Indonesia bergerak fluktuatif setelah menembus rekor penutupan tertinggi berkali-kali pada bulan Januari 2018. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 3,6 persen sejak awal tahun ini, valuasinya terbilang masih murah dibandingkan indeks saham acuan di negara tetangga.

Setelah menembus rekor penutupan baru pada level 6.680,62, IHSG pada perdagangan Selasa, 30 Januari 2018 tertekan cukup dalam. Menutup hari, IHSG turun 1,57 persen menjadi 6.575,49.

Banyak pihak pun meyakini IHSG masih akan tertekan karena dianggap terlalu kencang dalam sebulan pertama tahun ini. Namun nyatanya, pada perdagangan hari ini (Rabu, 31 Januari 2018), IHSG kembali menguat, seiring sentimen positif dari pidato kenegaraan Presiden AS Donald Trump. Memasuki sesi II perdagangan, IHSG naik 0,77 persen ke 6.626,86.

Pergerakan IHSG pun semakin menarik untuk disimak, karena sepanjang bulan pertama tahun ini indeks acuan tersebut cukup fluktuatif, seperti disampaikan oleh Head of Research Strategist PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Heriyanto Irawan dalam Market Outlook 2018 yang digelar PT Syailendra Capital. Heriyanto memaparkan, IHSG memang tidak murah jika dibandingkan tahun lalu.

“Tapi, jika dibandingkan dengan negara sejenis seperti Thailand dan Malaysia, IHSG masih lebih murah. Sehingga kami proyeksikan IHSG bisa menyentuh level 6.800 pada tahun ini,” ungkap Heriyanto.

Heriyanto juga menyebut, investor Indonesia saat ini sudah semakin kuat, terutama yang muncul dari asuransi dan dana pensiun. Hal ini pun terlihat pada sepanjang 2017 lalu saat investor asing mencatat jual bersih, IHSG justru tumbuh kuat dan menebus rekor psikologis.

Di sisi lain, Heriyanto menyebut tak perlu mengkhawatirkan Fed Fund Rate. Menurutnya, kenaikan sekarang tidak berbahaya karena baru dimulai bukan kenaikan secara berkala.

Tabel: Stock Trading Snapshot per 30 Januari 2018

Sumber: BEI

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya meyakini, pasar saham Indonesia tak akan mendapat pengaruh besar dari tahun politik Indonesia, terutama saat Pilkada serentak. Yunarto mengungkapkan, meski isu SARA masih akan dimunculkan, situasi politik tidak akan memanas. (Lihat Ulasan Lengkap Prospek Pasar Saham Jelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019)

“Apa yang terjadi pada Pilkada DKI tak akan terulang di Pilkada 2018. Suasana politik tidak akan memanas, meskipun demikian isu SARA akan terus digoreng. Harmoni TNI dan Polri pun sudah baik,” imbuh Yunarto. (Baca juga Bagaimana Outlook Reksa Dana di Tahun Politik 2018?) (hm)