Bareksa.com – Saham-saham sektor tambang (mining) melonjak cukup signifikan dalam beberapa waktu terakhir, seiring sentimen kenaikan harga komoditas di dalam negeri dan menguatnya harga minyak dunia.
Hijaunya indeks tambang juga mendongkrak kinerja beberapa reksa dana, khususnya reksa dana saham. (Baca : IHSG Ditutup Tembus Rekor Baru 6.385, Sektor Mining Jadi Penopang Terbesar)
Sejak menyentuh titik terendah selama 12 tahun terakhir, yaitu pada Januari 2016 sebesar US$27 per barel, kini harga minyak mentah WTI untuk kontrak Februari 2018 terus menguat hingga US$64,5 per barel.
Kemudian, berdasarkan pengumuman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, harga batu bara acuan (HBA) bulan Januari 2018 untuk penjualan langsung (spot) pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB vessel) adalah US$95,5 per ton. (Lihat : Harga Batu Bara Acuan Naik, Adakah Korelasi dengan Lonjakan Saham DOID?)
Harga yang menjadi acuan untuk batu bara yang akan diekspor maupun digunakan di dalam negeri tersebut naik 1 persen dibandingkan harga di bulan sebelumnya. Peningkatan harga ini merupakan kelanjutan uptrend HBA selama delapan bulan berturut-turut. (Baca : Menguat Tipis, IHSG Ditekan Sektor Keuangan dan Ditopang Sektor Tambang)
Pergerakan Harga Minyak Dunia
Sumber : Marketwatch.com
Penyebab Harga Minyak Terus Menguat
Menurut analisis Bareksa, peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
1. Negara-negara OPEC memperpanjang kesepakatan untuk membatasi produksi hingga 2018.
2. Komitmen negara-negara non-OPEC untuk membatasi produksi mencapai 107 persen pada Oktober 2017.
3. Jumlah peralatan pengeboran minyak (rig) di Amerika Serikat pada November 2017 turun sebesar 38 rig menjadi sebesar 898 dibandingkan dengan Oktober 2017 sebanyak 939 rig.
4. Pengaliran minyak melalui pipa dari Kanada menuju Amerika Serikat yang selama ini sekitar 560.000 barel per hari (bph) mengalami gangguan akibat kebocoran pada pipa.
5. Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi antara lain oleh meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah antara Arab Saudi dan Iran. Selain itu, juga terdapat ketidakstabilan politik dalam negeri di Arab Saudi.
6. Faktor lainnya, Arab Saudi mengurangi ekspor minyak mentah hingga 120.000 bph dibandingkan ekspor pada Oktober 2017 dan gempa bumi yang terjadi di Iran dan Irak pada 12 November 2017 menyebabkan terganggunya produksi minyak mentah dari kedua negara tersebut. (
Akankah Tren Kenaikan Saham Sektor Tambang Akan Berulang?
Sumber : Bareksa.com
Dalam dua tahun terakhir, indeks tambang menunjukkan tren kenaikan. Tak heran, beberapa saham pertambangan kini berada dalam posisi uptrend. (Baca : Reksa Dana Sucorinvest Sharia Equity Raih Profit Tertinggi Gara-Gara Sektor Ini)
Sampai kapan tren indeks sektor tambang terus menguat?
Historikal Pertumbuhan Sektor Tambang
Sumber : Bareksa.com
Dalam dua tahun terakhir di kuartal I tahun 2016 dan 2017, indeks sektor tambang membukukan pertumbuhan cukup tinggi pada periode Januari – Maret. Kemudian, di kuartal II dan III sektor tambang cenderung untuk koreksi khususnya di 2017, sebelum akhirnya kembali meroket hingga mencatatkan pertumbuhan double digit di kuartal IV dalam dua tahun terakhir. (Lihat : Harga Minyak Brent Tembus US$65 per Barel, Level Tertinggi Sejak 2015)
Sehingga berdasarkan data historical, menurut analisis Bareksa bahwa sektor tambang berpeluang untuk terus melanjutkan penguatan setidaknya hingga kuartal I 2018 berakhir setelah didukung adanya beberapa katalis seperti yang telah dijabarkan di atas. (AM)