Bareksa.com – Memasuki minggu kedua perdagangan saham tahun ini, investor asing terus membukukan beli bersih (net buy) di pasar modal Indonesia. Hingga penutupan perdagangan Selasa, 9 Januari 2018 sejak awal tahun, net buy asing telah mencapai Rp1,98 triliun.
Catatan itu pun semakin meningkatkan optimisme kalangan pelaku pasar modal bahwa investor asing akan kembali menutup tahun ini dengan aksi beli bersih. Hal ini disampaikan oleh Head of Intermediary Business Schroders Indonesia Teddy Oetomo di Jakarta, Rabu, 10 Januari 2018.
Salah satu poin penting bagaimana asing akan kembali membukukan net buy pada tahun ini adalah mengenai laba bersih emiten. Menurut Teddy, laba bersih emiten di sepanjang tahun 2017 tumbuh sekitar 16 persen atau lebih rendah dari negara-negara lain yang berkisar 20 persen.
Grafik Kepemilikan Investor Asing di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Sumber: Bareksa.com
“Dan tahun ini, proyeksi pertumbuhan laba bersih emiten hanya 13,3 persen. Tapi ternyata proyeksi ini lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang turun lebih dalam menjadi sekitar 10,8 persen,” ungkap Teddy dalam Macro Economic Outlook & Investment Strategy 2018 Bank Commonwealth.
Mengacu data itu, Teddy pun menilai pertumbuhan laba bersih emiten tahun 2018 akan menjadi katalis positif untuk mendorong dana asing masuk. Terlebih, lanjut Teddy, rasio harga terhadap laba bersih (price to earning/PE) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung stagnan, berbeda dengan indeks negara lain yang sudah terlalu tinggi.
“Dengan begitu, asing akan merealisasikan keuntungan di negara lain dan memasukkan dananya ke Indonesia. Ini seperti yang terjadi pada Indonesia tahun 2017,” imbuh Teddy.
Gambar: Net Trading Value IHSG per 9 Januari 2018
Sumber: BEI
Selain pertumbuhan laba bersih emiten, Teddy juga menyebut tahun ini akan ada perbaikan daya beli masyarakat. Potensi perbaikan ini mulai terlihat dari penjualan semen dan mobil komersial yang mulai membaik.
Di sisi lain, Indonesia juga memasuki tahun politik yang artinya akan banyak pengeluaran yang bersifat konsumtif. “Ditambah lagi perbaikan harga komoditas, Asian Games, IMF & World Bank Annual Meeting. Jadi, Indonesia tahun ini lumayan mapan sehingga asing akan kembali masuk,” ujar Teddy. (Baca juga Ulasan Lengkap Prospek Pasar Saham Jelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019)
Sebagai informasi, meski mencatat net sell sekitar Rp40 triliun pada tahun lalu, kenyataannya nilai investasi asing pada pasar saham Indonesia hingga November 2017 naik Rp167 triliun. Artinya, asing hanya merealisasikan sebagian keuntungannya untuk kembali menempatkan dananya itu ke negara lain yang tengah mencatat return lebih baik. (Baca juga IHSG Cetak Rekor Baru, Kenapa Asing Tetap Net Sell?)
Teddy menambahkan, tekanan ekonomi dalam negeri di tahun ini akan lebih disebabkan faktor eksternal seperti risiko geopolitik. Kalau dari dalam negeri, Teddy melihat ekspor-impor dalam posisi yang cukup baik dan likuiditas perbankan juga dalam keadaan yang cukup. Rasio utang Indonesia pun merupakan paling rendah dibandingkan banyak negara lain di dunia. (Baca juga Fitch Naikkan Peringkat Utang, BI : Bukti Kondisi Ekonomi dan Keuangan RI Stabil)
“Momentum perekonomian yang membaik ini harus dijadikan peluang untuk berinvestasi. Namun perlu diingat, dalam berinvestasi harus memperhatikan bentuk investasi dan profil risiko dari masing-masing,” tambahnya. (hm)