Meski Banyak Dijual Asing, Saham BBCA Masih Premium di Pasar Negosiasi

Bareksa • 16 May 2017

an image
Seorang karyawan melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Dalam setengah hari, sudah ada transaksi bernilai Rp164,38 miliar

Bareksa.com – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat turun pada Selasa, 16 Mei 2017, seiring penjualan yang dilakukan oleh investor asing. Saham bank berkapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia ini mengalami pengurangan bobot dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang). Meskipun demikian, saham bank terafiliasi Grup Djarum ini masih memiliki harga premium di pasar negosiasi.

Harga saham BBCA tercatat turun 4,66 persen atau 850 poin dalam setengah hari perdagangan menjadi Rp17.400 dari posisi sebelumnya Rp18.250. Saham BBCA menjadi saham dengan kategori top net sell foreign yang mencapai Rp123,3 miliar.

Para investor banyak menjual dan membeli saham BBCA melalui UBS Sekuritas Indonesia. Melalui broker dengan kode AK itu, penjualan mencapai 77.371 lot pada harga rata-rata Rp17.481, dan catatan pembeliannya mencapai 68.746 lot pada harga rata-rata Rp17.513.

Nilai transaksi saham BBCA pun terbilang besar. Angkanya mencapai Rp422,72 miliar dengan volume 241.525 lot dan frekuensi 9.443 kali.

Grafik: Pergerakan Intraday Saham BBCA Hingga Pukul 11:00 WIB Selasa, 16 Mei 2017

Sumber: Bareksa.com

Meski di pasar reguler harga saham BBCA turun dalam, hal itu tidak terjadi di pasar negosiasi. Tercatat, harga saham BBCA di pasar negosiasi ada pada level Rp18.250.

Bahkan, secara keseluruhan sudah terjadi transaksi sebanyak 9,09 juta saham dengan nilai Rp164,38 miliar hari ini. Dengan tambahan nilai ini, total transaksi saham BBCA di pasar negosiasi sepanjang tahun ini telah mencapai Rp44,64 triliun.

Pada tahun ini, saham BBCA pernah ditransaksikan dengan nilai Rp34,02 triliun untuk 1,95 miliar saham pada 12 April 2017. Transaksi saham BBCA di pasar negosiasi juga pernah mencapai Rp3,51 triliun pada 4 Mei 2017. (hm)