Jelang Cum Date Dividen, Bagaimana Pergerakan Saham BMRI dan BBRI?

Bareksa • 21 Mar 2017

an image
Foto Double Expossure Pengunjung Bursa Efek Indonesia (Bareksa/Alfin Tofler)

BMRI akan membagikan dividen Rp266,3 per lembar dan BBRI Rp428,6 per lembar

Bareksa.com – Maraknya pembagian dividen di bulan Maret-April setiap tahun dijadikan momentum oleh sebagian para pelaku pasar untuk membeli saham suatu emiten. Apalagi, beberapa emiten di Indonesia, khususnya BUMN, yang telah mengadakan rapat umum pemegang saham sepakat untuk meningkatkan rasio pembagian dividen. (Baca Juga : Persentase Dividen 4 Bank BUMN Meningkat, Mana Yang Lebih Menarik?)

Nah, pembagian dividen ini merupakan hal yang menarik karena bisa memberikan keuntungan di luar peningkatan harga saham (capital gain) bagi para investornya. Kuncinya adalah waktu kapan investor tersebut memiliki saham sehingga dinyatakan berhak mendapatkan dividen.

Cum date merupakan tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan berhak untuk mendapatkan dividen perusahaan yang telah diumumkan. Sementara ex date merupakan hari pertama di mana pemegang saham tidak berhak lagi mendapatkan dividen dari suatu perusahaan. Tanggal ex dividend dijadwalkan satu hari kerja setelah tanggal cum dividend.

Lantas, bagaimana kecenderungan harga saham mendekati tanggal-tanggal tersebut?

Bareksa melakukan analisis terhadap tiga saham bank. Satu di antaranya telah melewati masa ex date, yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM). Sementara dua lainnya, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sedang mendekati masa cum date.

Saham BJTM membagikan dividen sebesar Rp43,64 per lembar dengan cum date pada 7 Februari 2017. Menjelang cum date, saham BJTM beranjak naik 4 persen dalam 7 hari perdagangan sejak 1 Februari 2017. Lalu, pada tanggal 7 Februari 2017, saham BJTM ditutup Rp640, sehingga saham ini mempunyai dividen yield (rasio besaran dividen per saham dibandingkan dengan harga saham pada saat cum date) sebesar 6,8 persen.

Namun, sehari setelahnya atau pada ex date, para pelaku pasar berlomba-lomba untuk melakukan aksi jual setelah memastikan namanya berhak mendapatkan dividen. Alhasil penurunan harga saham BJTM pun tak dapat terhindarkan dan saham bank ini ditutup di level Rp585 atau melemah 8,6 persen dibandingkan penutupan 7 Februari.

Angka penurunan saat ex date tersebut lebih dari besaran dividen yield. Namun, sebulan setelahnya saham BJTM kembali membaik dan saat ini diperdagangkan di kisaran Rp640 per lembar.

Gambar : Pergerakan Saham BJTM

Sumber : Bareksa.com

Selanjutnya, mari kita melihat pergerakan saham BBRI. Sejak RUPS bank ini memutuskan untuk membagikan dividen payout ratio hingga 45 persen dari total laba bersih, saham BBRI telah menguat 7 persen hingga saat ini. Bank ini akan membagikan dividen Rp428,6 per lembar dengan masa cum date untuk mendapatkan dividen dari BBRI adalah besok, 22 Maret 2017.

Sehingga, apabila mengacu pada analisis sebelumnya, saham ini masih berpeluang untuk naik. Namun, saham BBRI juga berpotensi mengalami aksi profit taking pada keesokan harinya sesuai besaran dividen yield di masa cum date.

Gambar : Pergerakan Saham BBRI

Sumber : Bareksa.com

Kemudian, mari kita juga menilik saham BMRI yang memiliki pola sama dengan dua saham sebelumnya. Sejak hari di mana emiten mengadakan RUPS, saham BMRI telah menguat 2,6 persen hingga saat ini. Adapun, BMRI akan membagikan dividen Rp266,3 per lembar dan mempunyai masa cum date pada hari ini, 21 Maret 2017. Apabila mengacu pada analisis sebelumnya, BMRI berpeluang mengalami aksi profit taking pada esok hari sesuai besaran dividen yield di masa cum date.

Gambar : Pergerakan Saham BMRI

Sumber : Bareksa.com

Secara umum, saham-saham yang telah menyatakan akan membagikan dividen disertai pengumuman tentang tanggal cum dan ex date akan menguat menjelang cum date. Namun, harga saham tersebut akan melemah saat ex date. Besaran presentase melemahnya suatu saham pada saat ex date pada umumnya sesuai dengan presentase dividen yield suatu emiten. Pelemahan tersebut terjadi akibat para pelaku pasar cenderung melakukan aksi profit taking setelah memastikan telah mendapatkan dividen yang akan dibayarkan pada saat tanggalnya nanti.

Biasanya, para investor cenderung mencari spread atau keuntungan dari selisih harga saham dan dividen yang didapat. Caranya, investor memastikan mendapat dividen dengan memegang saham hingga masa cum date, kemudian menjualnya pada ex date. Strategi ini bisa menguntungkan, dengan syarat persentase penurunan harga saham di periode ex date tidak sebesar persentase besaran dividen yield. Namun, saham-saham dengan fundamental baik dan mempunyai prospek yang menarik akan kembali bangkit pasca penurunan harga saham yang terjadi di periode ex date.

Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa kondisi kenaikan harga saham pada saat cum date dan penurunan di periode ex date hanya terjadi secara umum seiring dengan psikologi para pelaku pasar dan tidak menggambarkan bahwa kondisi tersebut terjadi di seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (hm)