Bareksa.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) memastikan sembilan perusahaan anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan melepas saham ke publik (initial public offering/IPO) pada tahun ini. Pernyataan ini disampaikan Direktur Utama BEI Tito Sulistio, Rabu, 8 Maret 2017.
Bahkan, Tito bilang, sekitar tujuh dari sembilan perusahaan tersebut telah memproses pencatatan awal di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Mungkin April nanti sudah ada yang mulai,” kata Tito tanpa menyebut identitas perusahaan tersebut.
Tito menambahkan, perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan anak dari induknya yang memang sudah listing di BEI. Dengan begitu, Tito menilai, kinerja bisnis perusahaan tersebut sudah tertata rapi sesuai dengan induknya. (Baca juga: Mengukur Performa Saham dan Rencana IPO Perusahaan Anak BUMN)
Di sisi lain, perusahaan anak BUMN memiliki keuntungan dari sisi prosesnya. “Kalau BUMN-nya sendiri itu perlu 25 tahap untuk bisa IPO. Kalau anaknya bisa lebih cepat,” tambah dia.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro pernah bilang, total perkiraaan perolehan dana dari sembilan anak usaha BUMN dari IPO mencapai Rp21 triliun. Sembilan anak usaha BUMN tersebut yaitu anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (2 perusahaan), PT PP Tbk (2 perusahaan), PT Pertamina (1 perusahaan), PT Pelindo I (1 perusahaan), PT Garuda Indonesia Tbk (1 perusahaan), PT PLN (1 perusahaan).
Dua Perusahaan Mini Expose
Sambil menunggu kepastian IPO anak usaha BUMN, BEI juga terus menerima pengajuan IPO dari beberapa perusahaan. Yang terbaru melakukan presentasi tertutup dengan pihak Bursa, atau biasa disebut dengan mini expose, adalah PT Alfa Energi Investama dan PT Financial Pratama Investama.
Kedua perusahaan itu melengkapi dua perusahaan lainnya yang bahkan sudah melakukan due diligence meeting yakni PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma serta PT Nusantara Pelabuhan Handal.
Untuk Alfa Energi, perseroan berencana melepas 23 persen saham dengan menggunakan laporan keuangan Desember 2016. Direktur Utama Alfa Energi Aris Munandar mengatakan, pihaknya mengincar dana hingga Rp160 miliar dari hajatan ini.
“Dana untuk melunasi utang dan modal kerja,” kata Aris. (hm)