Cegah Marking The Close, BEI Perketat Aturan Pre Closing

Bareksa • 02 Feb 2017

an image
Seorang karyawan melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Belakang ini praktik marking the close membawa IHSG masuk zona merah di akhir perdagangan

Bareksa.com – Peningkatan transaksi saham, terutama yang masuk kategori lapis ketiga, di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini, memicu pihak-pihak tertentu melakukan praktik manipulasi transaksi. Salah satu yang paling kerap terjadi belakangan ini adalah marking the close.

Marking the close adalah cara ilegal pembentukan harga semu yang dilakukan oleh investor menjelang penutupan perdagangan. Praktik ini pun terbukti mengganggu perdagangan dan sering mengerek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masuk zona merah.

Untuk itu, BEI bertindak tegas. Aturan pun disiapkan. Ini terkait dengan transaksi yang lebih transparan untuk sesi pra penutupan alias pre closing.

“Kami sedang cara agar perhitungan IHSG sudah selesai saat sesi kedua perdagangan berakhir. Sehingga tidak bisa dipermainkan lagi. Jadi, jika ada perubahan harga saham-saham pada saat pra penutupan hanya untuk saham itu saja,” ungkap Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Alpino Kianjaya, Kamis, 2 Februari 2017.

Sambil mencari cara ampuh mengatasi manipulasi transaksi ini, Alpino bilang, pihaknya akan menghimbau anggota bursa untuk mencermati nasabah-nasabahnya yang sering melakukan marking the close. Karena, lanjut dia, anggota bursa lah yang paling tahu atas nasabah-nasabahnya.

Transaksi pra penutupan sendiri berlangsung pada pukul 15.50-16.00 WIB. Di sini, investor dapat melakukan perintah transaksi dan dengan volume permintaan terbanyak akan membentuk harga.

Namun belakangan ini banyak terjadi dengan tidak transparan. “Khususnya di saham-saham blue chip yang selama ini merupakan penopang IHSG,” imbuh Alpino. Ketegasan BEI tentu saja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Alpino mengatakan, pihaknya ingin memastikan setiap transaksi berjalan dengan wajar.

Grafik: Pergerakan IHSG Periode 30 Desember 2016 – 1 Februari 2017

Sumber: Bareksa.com

Secara year to date, IHSG baru tumbuh 0,57 persen dari posisi akhir tahun 2016 pada level 5.296,71 menjadi 5.327,16. Catatan IHSG tersebut terjadi melalui rata-rata volume transaksi harian sebesar 15,113 miliar lot, dengan rata-rata nilai transaksi harian Rp5,764 triliun.

Pada tahun ini, IHSG sempat berada di zona merah dalam kurun waktu 7 hari berturut mulai 9 Januari hingga 17 Januari 2017. Bahkan pada periode itu, beberapa kali IHSG ditutup turun 0,16 persen dan 0,06 persen. (hm)