IHSG Diproyeksi Capai 6.100 Tahun Depan, Faktor Apa Pendorongnya?

Bareksa • 29 Nov 2016

an image
Pengunjung berfoto di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

Syailendra Capital menilai ekonomi makro tanah air tetap kokoh meski dihantam berbagai sentimen negatif

Bareksa.com – Kondisi ekonomi makro tanah air tetap kokoh meski dihantam berbagai sentimen negatif, baik secara global maupun domestik. Pencapaian inflasi yang rendah dalam sepanjang sejarah dengan tingkat deflasi yang terjaga baik, jadi salah satu tolak ukurnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), inflasi Oktober lalu mencapai 3,31 persen atau turun dari posisi Desember 2015 sebesar 3,35 persen. Catatan ini pula yang meyakinkan PT Syailendra Capital untuk memasang proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada pada kisaran level 5.900 hingga 6.100 pada 2017 mendatang.

Pernyataan tersebut disampaikan Direktur/Chief Investment Officer Syailendra Capital Cholis Baidowi, Selasa, 29 November 2016. Cholis juga menyampaikan, IHSG pada akhir tahun ini akan ditutup pada level 5.200 – 5.300.

“Kondisi domestik secara makro ekonomi lebih kuat dibanding tahun sebelumnya. Kita harus apresiasi kinerja pemerintah. Jadi, sangat yakin apa yang terjadi di luar sana, impaknya tidak terlalu besar bagi pasar,” papar Cholis.

Tabel: IHSG Penutupan Perdagangan Senin, 28 November 2016

Sumber: Bursa Efek Indonesia

Secara sederhana, Cholis menjelaskan, pergerakan indeks tidak akan terlalu bereaksi di luar fundamental ekonomi sepanjang makro ekonomi tetap bagus. Dia juga berpendapat, Syailendra Capital berasumsi inflasi pada 2017 masih cukup rendah.

Dari sektor saham, Cholis menyampaikan, pergerakan bullish masih akan terjadi pada sektor konstruksi, perbankan, komoditas berbasis minyak sawit, dan konsumsi. Khusus sektor perbankan, pertumbuhan saham akan didukung melalui perbaikan kredit bermasalah dan pertumbuhan kredit.

Sementara itu, konsumsi akan didorong melalui basis middle to low income class. “Ini bisa terlihat dari penjualan mobil. Yang naik kuat itu yang mahal sekali dan murah sekali. Peningkatan penjualan mobil di atas Rp400 juta menunjukkan naiknya kepercayaan masyarakat, sementara pertumbuhan penjualan mobil murah menandakan adanya perbaikan daya beli,” tambah Cholis.

Per 28 November 2016, IHSG ditutup di 5.114,57 dan sudah memberikan keuntungan (return) 11,35 persen sejak awal tahun. Level tertinggi yang pernah dicatatkan IHSG pada tahun ini adalah 5.472,32 pada penutupan 4 Oktober 2016. (hm)

Grafik: Pergerakan IHSG Secara YTD Hingga 28 November 2016

Sumber: Bareksa.com