Mencermati Pergerakan 16 Harga Saham Setelah Rights Issue

Bareksa • 19 Sep 2016

an image
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Tak semua saham perusahaan rights issue bergerak naik

Bareksa.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada 16 emiten yang telah menggelar penawaran umum terbatas (rights issue) hingga Agustus 2016. Total nilai rights issue tersebut mencapai Rp38,96 triliun.

Salah satu emisi rights issue terbesar adalah PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA), yang nilainya mencapai Rp13,99 triliun. Ada juga PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan nilai emisi Rp8,66 triliun, PT Bank Permata Tbk (BNLI) Rp5,45 triliun, dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Rp3,99 triliun.

Namun, meski menggelar rights issue bernilai besar, ternyata tidak menjamin pergerakan sahamnya tumbuh positif. Harga saham terkini sangat terpengaruh dengan aktivitas pelaku pasar, yang mungkin mendapat sentimen dari kinerja emiten maupun harga eksekusi rights issue.

Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pergerakan saham dari emiten pelaksana rights issue, berikut daftarnya.

Tabel: Perubahan harga saham emiten pelaksana rights issue

Sumber: OJK, diolah

Dari daftar di atas, saham PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL) menjadi saham yang tumbuh paling tinggi di antara saham perusahaan pelaksana rights issue. Perusahaan penyedia konsultasi bisnis dan investasi ini melepas 1,57 miliar saham baru dengan nilai emisi Rp393,74 miliar.

Berdasarkan penelusuran Bareksa, saham POOL berada pada level Rp551 per saham saat menerima tanggal efektif rights issue dan hingga penutupan perdagangan Jumat, 16 September 2016, harga sahamnya sudah naik 133,21 persen menjadi Rp1.285. Dengan rasio 1:7 atau pemegang saham lama berhak membeli 7 saham baru seharga Rp250, pemegang saham lama sudah dapat dipastikan mendapatkan untung berkali lipat bila tetap memegang sahamnya.

Selain POOL, ada PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) yang melepas 1,09 miliar saham dengan nilai emisi Rp439,8 miliar. Harga saham BSIM sudah naik 76,07 persen dari Rp443 saat tanggal efektif rights issue, menjadi Rp780.

Pertumbuhan harga saham yang signifikan juga terjadi pada PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB). Harga saham emiten ini mencapai Rp248 per 16 September, atau 69,86 persen dari saat tanggal efektif Rp146. Padahal, harga eksekusinya hanya Rp125 per saham. Bank Yudha melepas saham baru sebanyak 1,51 miliar dengan nilai emisi Rp188,64 miliar.

Berbanding terbalik, tiga saham selanjutnya justru menurun cukup dalam setelah menggelar rights issue. Salah satunya saham PT Bank Pundi Indonesia Tbk yang kini telah berganti nama menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS).

Saat tanggal efektif rights issue pada 29 Juli 2016, saham BEKS berada pada level Rp90. Kini, saham BEKS masuk dalam deretan saham gocap setelah rencana rights issue ke-lima memakai nama BPD Banten. Saham BEKS sudah turun 44,44 persen. Penurunan harga ini sebenarnya akibat penetapan harga eksekusi di Rp18,35 per saham, di bawah batas harga yang diperbolehkan di pasa reguler Bursa.

Begitu juga saham PT Graha Layar Prima Tbk (BLTZ). Efektif rights issue pada 29 Juni 2016 dengan melepas 99,31 juta saham bernilai Rp650,49 miliar, saham BLTZ berada pada level Rp6.000. Kini, saham BLTZ sudah turun 25,83 persen menjadi Rp4.450. Padahal, harga eksekusinya terbilang mahal di Rp6.550 per saham.

Saham lainnya yang turun setelah rights issue adalah PT Acset Indonusa Tbk (ACST). Harga sahamnya turun 18,44 persen dari Rp3.433 saat tanggal efektif menjadi Rp2.800.

Kini, beberapa perusahaan juga tengah memproses pelaksanaan rights issue. Diantaranya empat perusahaan BUMN seperti PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT PP Tbk, PT Adhi Karya Tbk, dan PT Krakatau Steel Tbk. Selain itu ada juga nama-nama lainnya seperti PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk, PT J Resources Asia Pacifik Tbk, PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk, PT Evergreen Invesco Tbk, dan PT Berlina Tbk. (hm)