Bareksa.com- Sejumlah sentimen positif seperti perbaikan pertumbuhan ekonomi, pengesahan undang-undang pengampunan pajak sampai dengan reshuffle kabinet kembali menggairahkan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menguat sejak awal Juli dan kini telah tembus batas psikologis investor di atas 5.400. Bahkan, sejumlah analis memperkirakan IHSG akan terus menanjak hingga akhir tahun dan menembus level 5.700. (Baca juga: Survei Analis: Tax Amnesty & Reshuffle Bisa Dorong IHSG Capai 5.700)
Naiknya IHSG pada bulan Juli hingga awal pekan pertama Agustus ini cukup menarik. Pasalnya, menurut data Bareksa, penurunan IHSG di Tanah Air paling sering terjadi pada Agustus, seperti yang terlihat di dalam tabel (hijau menunjukkan peningkatan dan abu-abu menunjukkan penurunan IHSG)
Selama 10 tahun terakhir tingkat prevalensi penurunan IHSG pada Agustus mencapai 70 persen, sedangkan jika ditarik lebih jauh lagi, selama 20 tahun terakhir sebanyak 78 persen kejadian menunjukkan penurunan. Artinya, ada 14 kali penurunan IHSG pada bulan Agustus sejak 1996 sampai 2015.
Sementara pada bulan Juli selama 20 tahun terakhir, terjadi delapan kali penurunan IHSG. Dengan demikian, prevalensi penurunan IHSG pada bulan Juli selama 20 tahun terakhir sebesar 40 persen.
Tabel: Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Dari Januari 1996- Juli 2016
Sumber: Bareksa.com
Menurut Research Analyst Avrist Asset Management Billy Nugraha, menguatnya IHSG pada bulan Juli ini disebabkan sejumlah sentimen positif dari dalam negeri. Yang pertama adalah disetujuinya tax amnesty yang memang sudah ditunggu oleh pasar. Sentimen lainnya adalah dari stabilitas rupiah akibat pelonggaran moneter (loosening monetary policy) dari Bank Indonesia serta inflasi yang terkendali, termasuk ekspektasi pemulihan ekonomi Indonesia.
Disamping itu, Billy juga menjelaskan bahwa sentimen dari luar negeri juga mendukung pergerakan positif di pasar modal Indonesia. Secara global, sentimen negatif sudah mereda seperti Produk Domestik Bruto (PDB) China semester I-2016 juga menunjukan perbaikan. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) juga membaik sehingga memberikan keyakinan kalau The Fed akan menaikkan suku bunga lagi tahun ini.
“Sementara hingga akhir Agustus, market akan sedikit lebih slow down, tapi koreksi yang terjadi akan sangat kecil ditopang arus dana asing yang masih masuk terus dan global environment masih stabil,” ungkap Billy.
Senada dengan Billy, Analis Oso Securities Riska Afriani juga menyatakan sejauh ini katalis-katalis positif yang kuat seperti tax amnesty, masuknya Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan membuat investor memandang positif outlook pasar saham Indonesia di masa depan.
Salah satu buktinya adalah secara sejak awal tahun hingga 10 Agustus (year to date), arus dana asing yang masuk mencapai Rp34 triliun, hampir 10 kali lipat dibandingkan nilai beli bersih investor asing pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar Rp3,5 triliun. (Baca juga: Dana Asing Masuk Pasar Saham Rp11 Triliun Pada Juli, Dekati Rekor Pilpres 2014)